Bab 5

Vina berdiri didepan cermin, dia memperhatikan pantulan bayangannya sendiri yang nampak anggun mengenakan kebaya pengantin berwarna broken white. Sementara dibawah sana, Denis sedang mengucapkan ijab qobul.

Vina sama sekali tak menyangka kalau dirinya akan melepas masa lajang diusia yang relatif muda, usia 21 tahun lewat dua hari. Teman teman sebayanya masih menikmati indahnya masa remaja mereka, tapi Vina? Dia menjual dirinya sendiri demi setumpuk uang.

Pikiran Vina melayang memikirkan keadaan orang tuanya yang jauh disana. Andai mereka tau soal perbuatan buruk yang sedang Vina lakoni saat ini, mereka mungkin tidak mau mengganggap Vina sebagai anak mereka lagi.

Perbuatan Vina sungguh bisa membuat kedua orangtuanya malu jika sampai diketahui oleh tetangga dan sanak saudaranya. Tapi untuk apa Vina memusingkannya? Toh saat Vina dan orangtuanya kesusahan, tak ada satupun dari mereka semua yang mau membantu.

Sosok Pak Anton muncul dari balik pintu, dia memberi kode pada Vina untuk keluar dari kamar dan menemui suaminya yang telah selesai membaca ijab qobul. Entah sah atau tidak pernikahan mereka berdua, biarlah menjadi urusan Tuhan saja.

Vina menyalami Dimas, mencium telapak tangannya lembut. Sentuhan bibir mungil Vina di kulit tangan Dimas telah berhasil membuat pria itu merinding. Bahkan Dimas sampai membayangkan jika bibir itu menyentuh bibirnya, sudah pasti dia akan porak poranda dimakan hasratnya sendiri.

Acara pernikahan sembunyi sembunyi itu selesai, Dimas menggiring Vina masuk ke dalam kamar pribadinya yang telah dihias dengan bunga mawar merah khas pengantin baru. Jangan ditanya bagaimana perasaan Vina saat itu, jantungnya berdegup kencang seperti mau meledak.

Dimas membuka jas pengantin yang dia kenakan lalu menggantinya dengan jas kerja. Dia terlihat mau pergi meninggalkan Vina yang baru beberapa menit lalu dinikahi olehnya.

"Tuan, anda mau pergi kemana?" Celetuk Vina.

"Bukan urusanmu! Tetaplah dirumah dan jangan pergi kemana mana tanpa izin dariku, mengerti?" Titah Dimas.

"Iya Tuan, aku mengerti."

Vina, kamu adalah manusia paling bodoh yang pernah hidup di planet ini. Untuk apa kamu bertanya kemana dia akan pergi? Biarkan saja Tuan kulkas itu pergi, harusnya kamu senang karena malam pertama yang mengerikan itu bisa tertunda.

Kini, kamu sudah mirip dengan seorang wanita gatal yang sedang haus akan belaian. Benar benar menggelikan kamu Vina. Seperti itulah kira kira Isi pikiran Vina saat itu.

🍃🍃🍃

Padahal sudah resmi menjadi istrinya, tapi Dimas masih merasa gugup untuk menyentuhnya. Dimas memilih kabur dan pulang ke rumah utama untuk menemui Desi, yang mungkin tidak bisa tidur sejak kemarin karena membayangkan suaminya berhubungan intim dengan wanita lain.

Vina mungkin lebih cantik dan lebih muda dari Desi, tapi Desi adalah wanita yang telah lama menghuni relung hati Dimas, dia sangat tidak tega melihat wanita itu menderita hanya karena keinginannya memiliki keturunan.

"Dimas, dari mana saja kamu? Kenapa kamu baru pulang ke rumah?" Mayang menatap putranya dengan tatapan penuh selidik.

"Aku sedang banyak pekerjaan di kantor, jadi aku bermalam disana," sahut Dimas asal.

"Jangan jadikan kantor sebagai alasan ya! Awas saja kalau kamu nakal diluar sana dan membuat Ibu malu!" Mayang memberikan peringatan keras kepada Dimas.

"Ini semua karena istrimu itu tidak bisa memberikan anak, jadi kamu tidak ada hiburan dan tak betah berada dirumah," lanjut Manyang. Dia sengaja mengatakan hal pedas itu dengan nada tinggi agar Desi yang sedang menyiram bunga di samping rumah mendengarnya.

"Bu, tolong jangan menyudutkan Desi terus. Nanti kalau sudah waktunya juga dia akan hamil dan melahirkan anak," Dimas berusaha membela Desi.

"Sudah waktunya katamu? Kalian sudah sepuluh tahun berumah tangga, sampai kapan lagi kamu harus menunggu hanya untuk menjadi seorang Ayah? Wanita tak berguna seperti Desi harusnya kamu ceraikan saja!" Ucap Mayang penuh penekanan.

Selesai mengatakan hal itu, Mayang berlalu pergi meninggalkan Dimas tanpa merasa bersalah sedikitpun. Pria itu mencoba menahan emosinya dalam hati, dia sangat tidak terima wanita yang dicintainya dimaki oleh Ibunya sendiri.

Tapi mau bagaimana lagi? Dimas tidak mungkin melawan dan memarahi balik sang Ibu. Dia tidak mau dicap sebagai anak durhaka yang suka berbuat kasar pada orang tua.

Dibalik tembok rumahnya, Desi terisak menahan tangis. Hatinya terasa sakit karena setiap hari dihina dan diperlakukan secara tidak baik oleh Ibu mertuanya. Parahnya, dia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk membela dirinya sendiri.

"Wahai diri, bersabarlah. Tunggulah sebentar lagi, karena bayi yang begitu sangat kamu rindukan kehadirannya akan muncul ditengah tengah mereka," Desi mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri. Kini, Desi sangat menaruh harapan pada kerja keras sang suami dengan wanita sewaan itu, semoga saja kerja keras mereka cepat membuahkan hasil.

🍃🍃🍃

Desi masuk ke dalam kamarnya, keduanya matanya sembab karena menangis terlalu lama. Meskipun dia mencoba menyembunyikan rasa sedihnya dengan bersikap ceria, Dimas masih saja bisa melihat kebenarannya.

Dimas memberikan pelukan hangat yang cukup lama, berharap pelukan itu bisa mengurangi rasa sakit dihati Desi. Meski Ibunya terus berkata buruk dan bersikap buruk pada Desi, Dimas sangat berharap kalau istrinya itu tidak menaruh dendam apalagi benci pada Mayang.

"Maafkan aku, aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengakhiri penderitaan mu," Dimas memasang raut wajah menyesal.

"Kata siapa kamu tidak melakukan apapun? Kamu kan sedang berusaha membuahi wanita bayaran itu, kalau dia hamil dan berhasil melahirkan anak untuk kita, kesedihanku akan berakhir seketika," seloroh Desi.

"Apa kamu sungguh rela aku menjamah wanita lain selain dirimu?" Tanya Dimas sambil menatap wajah istrinya lekat lekat.

"Kalau untuk kebaikan rumah tangga kita berdua, tentu saja aku rela." Desi berujar mantap.

Kalau sudah seperti itu, Dimas harus membuang jauh jauh rasa grogi dan ragu yang menyelimuti hatinya untuk menjamah tubuh Vina. Semakin lama Dimas menunda malam pertama mereka, semakin lama pula Dimas harus membagi waktunya untuk Vina.

🍃🍃🍃

Waktu makan malam tiba, Desi dan Dimas langsung duduk manis di kursi meja makan setelah Mbok Darmi ART mereka selesai menyiapkan makanan.

Tak lama, Mayang datang. Desi dengan suka rela menyiapkan piring dan menyendok kan nasi juga lauk pauk untuk Ibu mertuanya itu.

"Jangan kira, dengan kamu bersikap baik kepada Ibu, Ibu akan luluh dan bersikap baik padamu juga. Ibu tidak akan bersikap baik padamu, kecuali kamu bisa memberikan Ibu seorang cucu," Mayang menatap sinis menantunya.

"Bu, berhentilah membuat keributan di ruang makan. Selera makan ku bisa hilang nanti," ucap Dimas.

"Bela saja terus istrimu yang tak berguna itu, kalian berdua memang sama saja. Sama sama menyebalkan!" Mayang mengurungkan niatnya untuk makan malam karena kesal pada menantu dan anaknya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sanatun Eka Ayu Aprilya

Sanatun Eka Ayu Aprilya

kalau muslim jelas pernikahan vina dan dimas ga sah kak, karena vina masih punya ayah yg harus jadi wali nikahnya, kecuali keberadaan ayah vina tidak bisa di jangkau karena berbagai hal, atau tidak di ketahui keberadaan nya baru boleh di wakilkan dgn adik laki2 dari pihak ayah, saudara laki2 jika ada. jika semuanya tidak ada maka bisa dgn wali hakim dari pihak KUA.

2024-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!