Vina kedatangan tamu tak diundang, Yoga tiba tiba saja sudah ada didepan pintu tempat tinggalnya saat Vina hendak keluar untuk menyirami tanaman. Vina terkejut bukan main, dari mana pria itu bisa tau dimana dirinya berada? Apakah kemarin Yoga diam diam mengikutinya dari rumah Ibu kemarin?
Perasaan Vina berubah tidak enak, pria itu pastinya akan mencari gara gara dengannya nanti.
"Loh, Vina? Kenapa kamu ada disini?" Tanya Yoga.
"Ah, ini rumah Bos ku. Kamu sendiri mau apa datang kesini?" Tanya Vina balik. Dia berbohong agar Yoga tidak curiga kalau Vina adalah istri simpanan dari pemilik rumah itu.
"Aku mau mencari Kakak angkat ku, Kak Dimas," sahut Yoga.
"Oh, Kak Dimas itu Kakak angkat mu. Dia tidak ada disini, dia ada dirumah istri pertamanya," ujar Vina sambil berharap Yoga segera pergi dari hadapannya.
Sial, kenapa juga Vina harus menikah dengan Kakak angkat Yoga? Kakak beradik itu benar benar sama mengusahakannya, apa yang harus dia lakukan sekarang? Vina menggigit bibir bawahnya untuk menutupi rasa takut dan cemas yang sedang melanda harinya.
"Tadi aku telfon istrinya dia ada di kantor, aku ke kantor tidak ada. Kata orang kantor mungkin dia ada disini, jadi sebenarnya ada dimana dia?" Yoga kebingungan sendiri.
Vina menggigit bibir bawahnya lagi, dia sangat berharap Dimas tidak datang kerumah itu. Bisa gawat urusannya jika dua pria beda usia itu bertemu dan rahasia Vina terbongkar.
Tapi sayang, harapan Vina tak terkabul. Mobil mewah milik Dimas muncul dan berhenti didepan pintu gerbang yang terbuka.
Dimas keluar dari mobil, dia berjalan menghampiri Yoga dan Vina.
"Yoga, sedang apa kamu disini?" Dimas terkejut.
"Aku mencari Kakak," sahut Dimas.
Dimas melirik kearah Vina, dia terlihat sedikit takut dan panik. "Dua manusia itu apa mereka saling kenal?" Batin Dimas.
"Ada perlu apa mencari aku?" Tanya Dimas.
"Ayah sakit, dia ingin bertemu dengan Kakak,"
"Katakan padanya aku akan kesana besok, sekarang kamu pulang saja ya," pinta Dimas sambil mendorong tubuh ramping Yoga.
"Kakak mengusirku? Aku bahkan belum minum,"
Dimas membuka dompetnya, dia mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada Yoga.
"Disini sedang kemarau, tidak ada air. Kamu beli air diluar saja sana," usir Dimas lagi.
"Tapi kak,"
"Sudah sana pergi!" Usir Dimas.
Pak Anton keluar dari rumah itu, dia membawa secangkir teh dan dua tangkup roti untuk Vina.
"Nona muda, sarapan sudah siap," seru Anton.
Seketika Yoga menatap Vina dengan tatapan penuh selidik. Bukanya dia hanya seorang ART? Kenapa dipanggil Nona muda? Kenapa dia dilayani seperti Bos oleh pekerja disini? Yoga mulai bertanya tanya.
"Nona muda? Jadi, kamu bukan art dirumah ini? Jangan jangan, kamu adalah wanita simpanan Kakakku?" Yoga mencoba menebak nebak.
"Dasar bocah tengil, cepat pergi dari sini! Segala hal yang terjadi didalam rumah ini bukanlah urusanmu!" sentak Dimas.
"Tentu saja akan menjadi urusanku kak, aku cinta Vina, dia wanita baik baik dan Kakak merusaknya," sentak Yoga balik.
Dua saudara tak sekandung itu bertengkar, sementara Vina hanya berdiri dengan tubuh gemetar.Yoga telah mengetahui sesuatu dan sekarang tinggal menunggu waktu saja sampai kedua orang tua Vina tau kalau dia adalah wanita sewaan Tuan Dimas.
Pertengkaran Yoga dan Dimas dilerai oleh Pak Anton, Yoga yang kesal melempar kaca rumah Dimas dengan batu kemudian dia beranjak pergi dari rumah itu.
Ternyata, pria lugu dan pemalu seperti Yoga bisa mengamuk. Hal itu membuat Vina ketakutan, dia takut suatu saat Yoga kembali dan membuat keributan lebih besar dari hari ini. Untung saja rumah itu jauh dari tetangga, kalau sampai dekat, Vina pasti akan malu karena aibnya terbongkar.
🍃🍃🍃
"Mulai sekarang, kamu tidak boleh berteman lagi dengan Yoga!" Pinta Dimas pada Vina.
"Kenapa memangnya? Apa kamu cemburu?" Vina menatap pria itu lekat lekat.
"Pertanyaan konyol. Mana mungkin aku cemburu, kamu itu hanya wanita sewaan ku!" Ucap Dimas.
Vina tersenyum kecut, mendengar jawaban itu keluar dari mulut Dimas hatinya seperti terkena serpihan bom Hiroshima dan Nagasaki. Sakit, perih, kecewa, semua bercampur dan melebur menjadi satu.
Ya, Vina memang konyol. Untuk apa dia bertanya pertanyaan yang tidak masuk akal seperti itu? Mana mungkin Dimas cemburu pada remahan rengginang seperti dirinya? Dia sudah punya istri yang cantik dan baik seperti Peri.
"Siapkan makan untukku," Dimas kembali memberi perintah. Vina melakukan apa yang Dimas suruh tanpa banyak berbicara.
Malam harinya, Dimas merasa ada yang berbeda dengan sikap Vina. Wanita itu jadi pendiam dan tidak cerewet lagi seperti biasanya. Dia telah berhasil membuat Dimas bertanya tanya, apakah ada sikap atau kata katanya yang menyinggung hati Vina?
Dimas mendekati Vina yang sedang duduk termenung di tepi tempat tidur, wajahnya terlihat murung dan sedih. Dimas mendekatkan wajahnya pada leher Vina memberikan beberapa kecupan lalu meraih wajah cantik itu dengan kedua tangannya.
"Ada apa denganmu?"
"Berhenti peduli padaku, aku hanyalah wanita sewaan mu!"
"Jadi, kamu marah padaku karena itu? Bukankah kata kataku itu tidak salah?"
"Ya, kata katamu memang tidak salah. Yang salah itu aku karena sudah terhanyut dalam permainan sewa menyewa ini sampai aku berharap lebih padamu," mata Vina berkaca kaca.
"Apa kamu mulai menyukaiku?" Tanya Dimas serius. Vina ingin menjawab, tapi bibirnya terasa kelu dan kaku. Akhirnya dia hanya bisa diam dan menitihkan air mata saja.
Hati Dimas bergetar melihat Vina menangis, dia segera memeluknya dan mengusap kepalanya lembut. Tak lama, dekapan hangat itu membuat Vina terbakar rasa, hasratnya meninggi dan akhirnya dia memulai permainan panas itu duluan.
Dimas nampak pasrah saat Vina mengambil alih kendali atas dirinya, dia begitu sangat menikmati sentuhan demi sentuhan yang istri keduanya itu lakukan.
"Eumh... Ya, terus lakukan itu sayang. Aku sudah sangat menginginkan ini sejak tadi, hanya kamu yang bisa memanjakan aset negaraku dengan baik." Oceh Dimas panjang lebar.
Vina benar benar menggila malam itu, untuk melampiaskan rasa sedihnya dia menghajar Dimas tanpa ampun. Pria itu hampir saja kalah dalam pertarungan dan terkapar lemah dalam dekapan Vina.
Keringat keduanya mengucur deras, membasahi kulit mereka dan menambah sensasi saat bersentuhan. Hanya dalam beberapa goyangan maut saja, Dimas akhirnya menemui puncaknya, disusul oleh Vina beberapa detik kemudian.
"Kamu luar biasa sayang," puji Dimas lirih dengan nafas yang masih tersengal.
Entah berapa kali keduanya melakukan pelepasan, yang jelas jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. Keduanya menyembunyikan tubuh polos mereka dan bersiap untuk pergi tidur dan merajut mimpi bersama.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments