Hari terasa bergulir begitu cepat bagi Dimas, rasanya baru kemarin dia pulang kerumah ke dua, tapi pagi itu Dimas harus sudah kembali ke rumah utamanya.
Senyum senang terukir jelas di wajah Vina, untuk satu minggu depan dia bebas tanpa ada gangguan dari Dimas. Tapi tidak dengan Dimas, kembali kerumah utama itu artinya dia harus bersiap stres lagi karena mendengar pertengkaran istrinya dan Ibunya.
"Tuan, apa boleh aku pulang ke rumah sebentar? Aku ingin menjenguk Ayah dan Ibuku," ucap Vina sambil memandangi Dimas yang sedang memakai jas kebesarannya.
"Boleh, tapi jangan lama lama ya. Dan jangan coba coba melarikan diri dariku," Dimas memberi Vina sebuah peringatan keras.
"Tuan, aku mana berani melarikan diri dari anda. Kalaupun aku melarikan diri juga percuma, anak buah Tuan pasti akan dengan cepat bisa menangkapku," celoteh Vina.
Polos dan penurut, beda sekali dengan Desi yang suka mengatur dan menuntut lebih pada Dimas. Secara tidak sadar, otak kecil Dimas mulai menggeser posisi Desi dari hati Dimas.
"Dimas, tolong jaga hatimu. Ingat, tujuan utamamu menikahinya hanyalah untuk mendapatkan keturunan saja," Dimas menceramahi dirinya sendiri didalam hati.
"Tuan, kenapa anda melamun? Apa ada yang sedang Tuan pikirkan?" Tegur Vina saat melihat Dimas seperti orang linglung. Tatapan matanya kosong dan pikirannya melayang entah kemana.
"Selain gadis cengeng, aku juga tidak suka pada gadis yang cerewet dan banyak bicara." Dimas memarahi Vina secara halus.
Vina langsung menutup mulutnya rapat rapat, jangankan berbicara, mengedipkan mata pun Vina tak berani. Pria itu benar benar seperti kutub Utara, Vina merasa heran kenapa ada wanita yang mau menikah dengannya. Apa wanita itu juga terpaksa menikahi Tuan Dimas sama seperti Vina?
Dimas pergi meninggalkan rumah keduanya, meninggalkan Vina dan Pak Anton dirumah itu. Rumah yang seminggu terakhir terasa ramai seketika menjadi sepi. Sepi seperti hati Vina karena tak ada lagi yang menemaninya mengobrol dan beradu mulut.
Di dalam mobil, Dimas terus saja memikirkan bayangan wajah dan suara seksi Vina saat mereka sedang melakukan penyatuan. Meski terkesan kaku, Dimas mengaku ketagihan dengan permainan wanita itu.
Sepertinya Dimas akan rindu pada Vina selama tinggal dirumah utama. Tidak bisa, Dimas harus pandai membawa diri agar Desi tidak merasa dinomor duakan oleh Dimas setelah kehadiran Vina ditengah tengah rumah tangga mereka.
🍃🍃🍃
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam lebih, Vina tiba dirumah kedua orang tuanya. Dia sengaja tidak mengabari mereka kalau mau pulang kerumah, agar dua orang tersayangnya itu terkejut.
"Bu, aku pulang," ucap Vina sambil menutup pintu taksi.
Karti yang saat itu sedang menyapu halaman rumah langsung melempar sapu yang dipegangnya dan berlari menghampiri Vina.
"Anak Ibu pulang," karti memeluk erat tubuh Vina.
"Iya, tapi hanya sebentar. Nanti sore aku harus kembali lagi ke kota sebelah," ucap Vina.
"Kenapa tidak menginap?" Karti sedikit kesal.
"Tidak bisa, aku hanya libur setengah hari saja. Mana Ayah?" Vina mencari sosok Ayahnya.
"Ada di dalam, ayo masuk."
Setelah sekian lama, akhirnya Vina bisa makan bersama keluarganya di meja makan. Hari itu mereka menyantap makanan enak, Vina sengaja membawa makanan itu dari rumah kedua Dimas.
Masakan Pak Anton memang tiada lawan, meski seorang pria masakannya mengalahkan masakan seorang wanita. Sepertinya dia dulu mantan koki di restoran bintang lima, hingga sebuah terong saja kalau dia yang memasak rasanya berubah seperti daging.
"Baru kerja dua minggu, kok sudah pulang? Memang kamu sudah dapat uang?" Ucap bayu sambil mengunyah makanan.
"Sudah, aku minta separuh gaji pada Bos ku," Vina berbohong.
"Dia baik sekali ya, semoga dia panjang umur dan sehat selalu," Karti mendoakan orang yang telah baik pada keluarganya.
"Amin..." Ucap bayu dan Vina berbarengan.
"Ngomong ngomong, Ayah sudah terlihat sehat sekarang," Vina menatap sang Ayah dengan tatapan senang.
"Sudah dong, semua berkat kamu. Sekarang Ayah juga sudah mulai mencari uang, jualan gorengan di pasar induk," tutur Bayu.
"Tapi jangan capek capek ya Ayah, aku tidak mau Ayah sakit lagi," pesan Vina pada Bayu.
Diam diam, Karti mencuri pandang pada pakaian yang dipakai oleh Vina. Musim panas seperti ini kenapa Vina memakai pakaian musim dingin? Jaket tebal, syal menutup leher, apa dia sedang sakit?
"Vina, apa kamu sedang sakit? Pakaianmu rapat sekali," celetuk Karti.
Vina tersentak, dia bingung mau menjawab apa. Semua gara gara Dimas, dia harus banyak berbohong kepada orang tuanya hari ini. Tidak mungkin juga Vina menjawab jujur, sang Ayah pasti akan mengikatnya di tiang listrik dan mencambuknya dengan sabuk.
"Iya, aku sedang sakit flu dan batuk. Tapi, sudah mendingan kok," sahut Vina.
"Kamu harus pandai menjaga kesehatan ya, bagaimanapun kamu jauh dari orang tua disana," Karti merasa sangat khawatir.
"Iya Bu, aku tidak akan lupa pada wejangan dan pesan pesan Ibu."
🍃🍃🍃
Waktu untuk bercengkrama dengan keluarga telah usai, Vina harus kembali ke rumah kedua Tuan Denis. Dari balik kaca mobil Taxi yang dia tumpangi, Vina menahan Isak tangis.
Vina sedih bukan hanya karena dia akan berpisah dengan keluarganya lagi, tapi karena dia akan kembali ke rumah mewah yang terasa seperti sebuah penjara olehnya. Siang dan malam melayani hasrat Tuan Denis, meski lelah dia tak punya kesempatan untuk menolak melayani bangkok tua itu.
Tiba dirumah, kepulangan Vina disambut oleh senyum ramah Pak Anton.
"Nona pasti lelah, mau saya buatkan teh?" Anton siap melayani Nona mudanya dengan sepenuh hati.
"Tidak perlu, aku bisa membuatnya sendiri nanti," sahut Vina. Dia merasa tidak enak hati jika terus dilayani oleh Pria yang usianya hampir sama dengan Ayahnya.
"Baiklah kalau begitu, saya akan menghubungi Tuan Dimas dulu dan mengatakan kalau Nona sudah tiba dirumah,"
"Apa anda harus selalu melaporkan gerak gerik saya dirumah ini? Hah... Tuan mu itu menyebalkan sekali!" Vina menarik nafas berat.
"Walaupun dia menyebalkan tapi dia manis bukan?" Goda Pak Anton sambil tertawa.
"Manis? Ya... Mungkin Bapak benar. Dia memang manis, juga tampan." Puji Vina sambil senyum senyum sendiri.
Vina lupa kalau Pak Anton adalah mata mata dirumah itu, dia tak hanya akan melaporkan gerak gerik Vina tapi juga melaporkan segala hal yang keluar dari dalam mulutnya.
Vina masuk ke dalam kamarnya, dia membuka jaket dan syal tebal yang dia pakai sejak pagi. Tubuhnya terasa lengket karena keringat, dia harus segera mandi dan membersihkan diri.
Saat Vina meletakan tas diatas kasur, mata Vina tak sengaja melihat selembar kertas tergeletak manja disana. Vina meraih kertas itu, matanya membulat sempurna saat mengetahui kertas itu adalah sebuah cek dengan nominal angka yang lumayan banyak.
"Selesai meniduri aku selama satu minggu, dia memberiku uang saku sebesar dua puluh juta rupiah? Ini masih kurang banyak, aku akan meminta tambahan kalau dia datang kesini lagi besok," gerutu Vina lirih.
Bukannya Vina tak tau malu, dia hanya tidak ingin tanggung dalam melakukan sesuatu. Dimas sudah memandangnya rendah, sekalian saja dia merendahkan diri dan menguras sedikit demi sedikit harta kekayaan yang dia punya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments