Bab 6 + Visual

Satu minggu kemudian...

Dimas pulang ke rumah kedua untuk menenangkan diri, dia terlalu lelah melihat istri dan Ibunya tidak pernah akur, belum lagi memikirkan banyaknya pekerjaan di kantor. Menyendiri adalah hal terbaik untuk mengusir stres, apa lagi dirumah itu Dimas memiliki hiburan baru.

Sore itu, rumah kedua Dimas terlihat sepi. Tidak terlihat aktifitas Vina istri keduanya di segala sudut rumah. Kemana wanita itu pergi? Masa masih sore begini sudah pergi tidur?

Melihat sang Bos datang, Anton berlari kecil menghampirinya. Dia memang selalu sigap untuk melayani pria yang telah menjadi Bosnya selama lima belas tahun itu.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya Anton.

"Tidak ada. Mana Vina?" Dimas bertanya balik.

"Dia ada didalam kamarnya, dia memang jarang sekali melakukan aktifitas di luar kamar selain makan," ucap Anton.

Dimas pergi ke kamar Vina yang terletak dilantai atas, ternyata pintunya tidak tertutup rapat. Dimas mengintip dari balik celah itu dan mendapati Vina baru saja selesai mandi.

Rambut panjang Vina yang basah terurai, baju mandi super mini membalut indah tubuh ramping nan kencang gadis muda itu.

Glek....

Dimas menelan air liurnya, tubuhnya memanas dan jantungnya berdegup kencang. Seiring dengan hasrat lelakinya yang meninggi dan meminta untuk dipuaskan.

Dimas menerobos masuk kedalam kamar Vina tanpa permisi, wanita itu kaget dan reflek mundur beberapa langkah ke belakang. Dimas menatap Vina dengan tatapan tajam, pria itu terlihat seperti seekor singa yang sedang lapar saat ini.

"Tu... Tuan, kapan anda datang?" Vina terbata bata.

"Baru saja," sahut Dimas parau.

"Kenapa anda tidak bilang kalau anda mau datang?"

"Kenapa aku harus bilang terlebih dahulu padamu? Bukankah rumah ini rumah saya?"

"Maksudku, aku jadi bisa bersiap siap sebelumnya," Vina malu malu.

"Sepertinya kamu tidak membutuhkan banyak persiapan untuk melakukan itu," Dimas tersenyum pelit.

Klik...

Lampu kamar dimatikan, Dimas menutup dan mengunci pintu dari luar. Suasana sekitar yang remang remang dan sepi sangatlah mendukung keduanya untuk melakukan reka adegan bercocok tanam.

Dimas membuka satu persatu benda yang melekat ditubuhnya, dia berjalan pelan mendekati Vina yang membuang pandangannya kearah samping. Jelas sekali Vina ketakutan, bukannya iba Dimas malah merasa senang karena hal itu menandakan Vina masih tersegel.

Suatu kebanggan bagi Dimas bisa menjadi orang pertama yang membuka segel Vina, gadis berusia muda yang telah dia sewa dengan harga yang tidak murah.

"Kamu sudah siap bukan?" Bisik Dimas ditelinga Vina.

"Untuk apa Tuan bertanya kepadaku? Bukankah aku tidak punya hak untuk menolaknya?" Vina mengalihkan pandangannya pada Dimas dan menatapnya dengan intens.

Dengan nafas yang memburu, Dimas membopong Vina ala bridal style dan menaruhnya diatas ranjang. Setelah melakukan pemanasan diberbagai area sensitif milik Vina, Dimas akhirnya memasang kuda kuda untuk menyerang istri keduanya itu tanpa ampun.

🍃🍃🍃

Vina terbangun dari tidur panjangnya karena sapaan sinar matahari dari balik celah fentilasi udara. Tubuhnya terasa pegal dan linu, seperti baru saja bertarung dengan seekor banteng gila. Bagian inti dari tubuhnya terasa begitu sakit dan pedih.

"Kenapa banyak wanita terburu buru ingin menikah dengan pasangannya? Padahal malam pertama rasanya sakit sekali," gerutu Vina lirih.

Vina menurunkan kedua kakinya ke lantai, saat dia bangun dan bersiap untuk melangkah tiba tiba dia merasakan sensasi nyeri yang hebat di bagian pusat tubuhnya.

"Awh..." Keluh Vina. Dia masih berusaha merayap menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Vina berdiri didepan cermin, dia memperhatikan tanda merah bekas kecupan dan gigitan liat seorang Dimas. Benar benar mengerikan sekali, apa pria itu tidak pernah dipuaskan oleh istri pertamanya selama ini?

Vina harus memakai pakaian tertutup untuk agar sisa percintaan itu tidak terlihat. Kalau sampai terlihat, dia pasti akan digoda oleh Pak Anton habis habisan.

Srash....

Bunyi keran air dibuka, Vina berdiri dibawahnya kemudian membasuh seluruh tubuhnya dengan sabun cair beraroma mawar. Aroma yang ringan tapi menyegarkan, membuat siapa saja yang menghirupnya dimabuk kepayang seperti Dimas saat ini.

Dimas duduk terpaku diatas ranjang, menatap bercak darah segar yang tertinggal diatas sprei. Dia tertawa kecil mengingat aksi nakalnya pada Vina semalam, dia bahkan tidak pernah nakal seperti itu pada Desi istri pertamanya.

Vina berbeda, dia mampu membangkitkan hasrat seorang Dimas hingga bisa on seribu persen. Sensasi kenikmatan yang diberikan oleh Vina benar benar membuatnya candu hingga kehilangan akal sehat.

Sepertinya untuk beberapa hari ke depan, Dimas harus cuti kerja agar bisa bersenang senang dengan Vina. Sekaligus agar gadis muda nan manis itu bisa segera mengandung anaknya.

Urusan Desi gampang lah, tinggal mengatakan kalau semuanya sudah menjadi kesepakatan mereka diawal. Desi tidak boleh cemburu, apalagi marah dan protes kepadanya. Karena apapun yang Dimas lakukan adalah untuk kebaikan rumah tangga mereka berdua.

🍃🍃🍃

Sarapan telah tertata diatas meja makan, Anton menyiapkannya dengan penuh suka cita. Setelah menghabiskan malam melelahkan bersama, dua majikannya itu pasti akan merasa sangat lapar. Apa lagi mereka sudah melewatkan makan malam.

Dimas dan Vina berjalan beriringan, tak ada suara diantara mereka berdua, keduanya sama sama memasang wajah datar dan tenang seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu diantara mereka berdua.

"Pak Anton, tolong telfon orang kantor dan katakan saya ambil cuti satu minggu," perintah Dimas.

"Baik Tuan," Anton mengangguk patuh.

"Cuti satu minggu?" Vina mendelik kaget.

"Iya, cuti satu minggu. Aku masih punya banyak pekerjaan dirumah ini," cicit Dimas.

Seketika tubuh Vina diserang rasa merinding, dia membayangkan jika selama satu minggu itu Dimas meminta jatah padanya dua atau tiga kali sehari. Bisa remuk tulang belulang kecil yang dia miliki saat ini.

Kemudian karena kelelahan, Vina terkena tipes dan harus diopname selama beberapa hari. Dia overdosis obat, meninggal dunia dengan posisi belum bertaubat dan melunasi hutangnya pada Dimas. Benar benar mengerikan!

Bayangan buruk bergelayut manja dipikiran Vina, dia benar benar tidak suka Dimas mengambil cuti terlalu lama. Vina yakin betul kalau yang dimaksud pekerjaan oleh Dimas adalah mengerjai dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku berpura pura datang bulan saja? Ah, tidak. Dia akan mengamuk kalau tau aku menipunya," ucap Vina panjang lebar didalam hati.

"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kamu terlihat tidak suka kalau saya berlama lama dirumah ini?" Tanya Dimas.

"Maaf, Tuan telah salah sangka. Wajahku dari lahir memang sudah seperti ini," Vina meringis. Tapi Dimas tau kalau senyum masam itu adalah senyuman palsu.

"Persiapkan dirimu, karena kamu harus menemani aku bekerja," celetuk Dimas.

"Uhuk... Uhuk... Uhuk..." Vina tersedak air yang sedang dia minum. Vina melirik kearah Pak Anton yang sedang berdiri disebelahnya, pria tua itu terlihat sedang tertawa geli.

"Tuan Dimas, kamu benar benar sudah membuat aku malu. Dasar perkutut tua menyebalkan!" Umpat Vina didalam hati.

Takut mengganggu obrolan intim Tuan muda dan Nona mudanya, Anton akhirnya memilih untuk pergi dari ruangan berukuran besar itu.

Visual

Vina

Dimas

Desi

Terpopuler

Comments

Dodo Aja

Dodo Aja

jangan artis Indonesia donk KK..kurang seru ya menurut aku... terlalu pemiliar...

2023-09-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!