Bab 10

"Tuan, apa istri anda tau kalau anda memiliki wanita simpanan?" Vina memberanikan diri untuk mengutarakan pertanyaan yang telah lama terpendam dihatinya.

"Tentu saja tau, aku tidak akan mencari wanita lain untuk disewa rahimnya tanpa persetujuan darinya," sahut Dimas.

Entah mengapa, Vina merasa sangat penasaran pada sosok istri pertama Dimas. Wanita seperti apa yang rela suaminya tidur dengan wanita lain hanya untuk mendapatkan seorang anak? Apa dia telah divonis mandul oleh Dokter?

Ada yang aneh dengan sikap Dimas, biasanya dia akan marah jika Vina bertanya tentang masalah pribadinya. Tapi kali ini dia tidak marah sama sekali, malah sedikit terbuka. Ah, mungkin moodnya sedang baik hari ini. Mood seorang pria memang mudah berubah ubah, seperti layangan yang terombang-ambing tertiup angin.

"Dia divonis mandul oleh Dokter, sementara Ibuku sangat menuntut dia segera punya anak. Setiap hari, dia dihina dan dicaci oleh Ibuku, dia selalu sabar menghadapinya. Dia wanita penyabar, aku kagum padanya," kisah Damian. Wajahnya berubah murung saat mengatakan hal itu, Vina menyesal karena sudah terlalu kepo dengan hidup pria itu.

Selama ini dimas tidak pernah curhat pada orang lain, tapi kali ini dia mencoba untuk membagi perasaanya dengan Vina karena merasa nyaman dengan wanita itu. Lagi pula, curhat bisa menurunkan tingkat stres seseorang.

Author : Tapi, kita harus berhati hati mencari lawan curhat ya, agar curhatan kita tidak menyebar kemana mana.

"Saat kamu hamil nanti, dia juga akan berpura pura hamil. Saat kamu melahirkan, dia juga akan berpura pura melahirkan dan mengakui anakmu sebagai anaknya." Lanjut Dimas.

Deg...!

Bukankah itu sama halnya dengan menipu orang tua sendiri? Sekalipun tujuan awal keduanya baik, menipu orang tua bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan. Tapi Vina tak punya hak untuk menghakimi suami istri itu, karena Vina sendiri juga sedang menipu kedua orang tuanya saat ini.

"Kalau boleh tau, siapa nama istri anda?" Tanya Vina lagi.

"Namanya Desi, dia wanita cantik dan penuh semangat," sahut Dimas.

Sangat menyenangkan jika Vina bisa memiliki suami sungguhan seperti Dimas, suami yang akan selalu memuji dan mengagungkannya di hadapan wanita lain. Wanita itu pasti memiliki perangai baik, itu kenapa Dimas sangat sayang padanya. Vina diserbu rasa iri yang bertubi, dia berharap bisa menemukan pria sejati yang mencintainya setulus hati suatu saat nanti.

Acara sarapan bersama selesai, Vina menyiapkan segala keperluan Dimas untuk di kantor termasuk dengan sekotak bekal makan siang berwarna pink. Dimas tersanjung, meski bukan suami istri yang saling mencintai, Vina tetap mau melayani Dimas layaknya suami sungguhan.

"Apa uang jajan tempo hari sudah habis?" Dima bangkit dari kursi dan merapihkan pakaiannya.

"Belum, aku baru menggunakannya tadi," sahut Vina.

"Aku menaruh uang di laci lemari pakaian, kamu bisa menggunakannya untuk jajan. Aku harus pulang sekarang, sampai bertemu dua hari lagi," ujar Dimas. Biasanya dia pelit pada orang asing, tapi karena Vina bisa membuatnya puas dan melayaninya dengan baik, Dimas jadi royal kepadanya.

"Oke, hati hati di jalan. Terimakasih atas uang jajannya, jaga kesehatan ya!" Pesan Vina dengan penuh perhatian.

🍃🍃🍃

Siang hari, Vina merasa jenuh karena tidak melakukan aktifitas apapun. Setiap Vina ingin membantu mengerjakan pekerjaan rumah, Pak Anton pasti selalu melarangnya dengan alasan semua sudah menjadi kewajibannya dan dia takut dimarahi oleh Tuan Dimas jika aku turut membantu.

Padahal, aku dan dia sama saja, sama sama seorang pembantu. Hanya pekerjaan kami saja yang berbeda. Bahkan posisi Pak Anton jauh lebih terhormat dari Vina Dimata Tuhan, karena dia bisa mencari uang secara halal. Sementara Vina? Dia tidak pernah memikirkan halal dan haram lagi, yang penting hidup keluarganya sejah tera.

Vina merebahkan tubuhnya diatas kasur, tiba tiba ponselnya bergetar tanda ada telfon masuk dari seseorang. Vina meraih ponselnya, dan ternyata telfon itu adalah dari Ibunya.

"Hallo, Ibu. Apa kabar?" Sapa Vina ramah.

"Kabar Ibu baik, kamu sendiri bagaimana?" Tanya karti.

"Kabarku baik Bu, tumben telfon? Ada apa?" Vina bertanya balik.

"Ibu sakit demam, Ibu butuh uang untuk berobat ke Dokter. Apa kamu ada simpanan?"

"Ada Bu, nanti aku transfer. Ibu butuh berapa?"

"Lima ratus ribu saja kalau ada,"

"Iya, nanti aku transfer. Ibu jaga kesehatan ya, jangan makan sembarangan biar tidak gampang sakit,"

"Iya, Ibu ingat selalu pesan kamu. Mungkin Ibu hanya sedang rindu padamu, kita sudah lama tidak bertemu kan,"

"Vina juga rindu pada Ibu. Tapi maaf ya Bu, Vina tidak bisa pulang sekarang sekarang,"

"Tidak apa apa, yang penting kamu sehat. Ya sudah kalau begitu, Ibu mau lanjut beres beres rumah dulu. Yang semangat kerjanya ya!"

"Iya Bu."

Klik...

Vina menutup telfon, dia melempar ponselnya keatas kasur lalu beranjak menuju lemari pakaian. Dia mencari uang jajan yang diberikan oleh Dimas untuknya di dalam lemari.

Total ad sepuluh juta rupiah uang pemberian Dimas, dia bisa mengambilnya dua juta rupiah dan mengirimkannya kepada sang Ibu. Semoga saja Dimas tidak marah karena Vina mengirimkan uang itu kepada orangtuanya. Tapi untuk apa dia marah? Uang itu sudah menjadi haknya, terserah Vina mau menggunakan untuk apa.

Hal terberat dalam hidup Vina adalah saat orang tuanya sakit, tapi Vina tidak ada disisi mereka untuk merawatnya. Vina hanya bisa diam memendam rasa khawatir, dia juga berdoa semoga Ibunya cepat sehat dan pulih seperti sedia kala.

Bukannya Vina tak mau menjenguk, dia hanya merasa tidak enak hati jika terus menerus ijin pergi kepada Dimas. Selain dingin, pria itu sangat galak dan cerewet. Dia tidak mau diceramahi dan dimarahi seperti tempo hari.

🍃🍃🍃

Vina menuruni anak tangga dengan langkah hati hati, dia berniat untuk pergi agen b*i link terdekat untuk mentransfer uang kepada nomor rekening Ibunya.

"Mau kemana Non?" Tanya Pak Anton yang muncul tiba tiba.

"Aku mau transfer uang untuk Ibu," sahut Vina.

"Kebetulan saya juga mau kesana Non,"

"Kalau begitu aku titip saja ya, boleh tidak? Aku sedang malas keluar," Vina meminta tolong pada Anton.

"Tentu saja boleh Non," Anton bersedia dengan senang hati.

Vina menyerahkan sejumlah uang beserta secarik kertas bertuliskan nomor rekening Ibunya.

"Ambil saja kembaliannya untuk Pak Anton, lumayan kan bisa buat beli es sama seblak mercon,"

"Terimakasih Non,"

Anton bergerak pergi menunaikan perintah Vina, sementara Vina pergi ke dapur untuk membuat kue kering. Membuat kue adalah cara terbaik untuk mengisi waktu luang, selain itu membuat kue juga bisa membuat hati senang karena memiliki stok camilan banyak.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

Semangat yaaa... Aku mampir nih bawa like and bunga ❤️🌻🌻🌻 tetp sling dukung ya

2023-06-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!