Bab 13

Rindu

Semilir angin berhembus

Menerbangkan rindu yang tak Terendus

Siang malam selalu terbayang

Wajah manis mu duhai sayang...

Rindu ini begitu menggebu

Merasuk dan mengakar didalam kalbu

Ingin rasa segera bertemu

Denganmu wahai pujaan hatiku..

Kau pasti tahu tentang rindu ini

Rindu yang lebih besar dari ukuran bumi

Datanglah wahai kekasih hati

Telah lama aku disini menanti..

Karya : Author.

Total delapan hari Dimas tak pulang ke rumah, Vina dilanda rindu berat hingga dadanya terasa sesak dan sulit bernafas. Benar dugaannya, dia telah jatuh hati pada pria yang menyewa rahimnya untuk sementara itu. Meski Vina berusaha untuk mengelak, perasaan itu malah semakin terasa nyata dan datang dengan cara membabi buta.

Untuk mengusir rasa jenuh dan pusing di kepalanya, Vina memutuskan untuk pergi ke kedai kopi yang biasa dia datangi bersama teman temannya. Minum kopi favorit bisa mengembalikan mood Vina yang sedang rusak beberapa hari terakhir karena ulah seorang pria.

Tak disangka, tak dinyana, Vina melihat sosok Dimas disana. Dia sedang bersama seorang wanita cantik jelita dengan kulit putih sebening kristal. Mungkinkah itu Desi istri pertama Dimas? Jika ia, maka jatuhlah derajat seorang Vina.

Mana mungkin remahan rengginang seperti dirinya bisa bersaing dengan seorang peri seperti Desi? Bahkan kalau bukan karena terpaksa, Dimas mungkin tidak akan sudi untuk meliriknya apa lagi menyentuhnya.

Samar samar, telinga Vina mendengar ocehan dua orang wanita yang ada disebelah mejanya. Mereka terus menatap kearah Desi dan Dimas sambil terus menggunjing tanpa jeda.

"Percuma cantik kalau tidak bisa memberikan keturunan," ucap salah seorang dari dua wanita itu.

"Betul, bodoh sekali Tuan Dimas itu. Istri tak berguna macam dia masih saja dipertahankan, kalau aku jadi dia pasti aku sudah pergi mencari istri baru," sambung wanita yang satunya lagi.

Desi menoleh kearah dua orang wanita itu, Vina sangat yakin kalau Desi mendengar ocehan mereka. Kalau Vina jadi Desi, dia pasti sudah bangun dan menghajar dua wanita itu habis habisan.

Tak lama, Desi bangkit dari kursinya. Dia berjalan menghampiri dua wanita yang baru saja bicara buruk tentangnya.

"Permisi, apa boleh aku mengganggu sebentar?" Tanya Desi sambil mengukir senyum.

"Tentu saja boleh," ucap salah seorang wanita itu.

"Begini, apa aku pernah mengganggu kehidupan kalian berdua? Sepertinya tidak. Jadi, kenapa kalian berani mengganggu kehidupan pribadiku dengan membicarakan hal hal buruk tentangku? Padahal, kita bertiga tidak pernah saling kenal," ucap Desi.

"Maaf, kami tidak bermaksud membuat kamu tidak nyaman. Hanya saja, kami fans garis keras Tuan Dimas. Kami kasihan dan tidak tega padanya karena memiliki seorang istri yang tidak sempurna seperti kamu," cibir salah seorang dari mereka.

Vina naik darah, meski tak kenal dekat dengan Desi, Vina merasa kesal istri pertama dari suaminya itu dihina oleh orang lain.

"Permisi Tante Tante yang Budiman, anda berdua mengatai Nona ini tidak sempurna?" celetuk Vina. Tiga wanita itu langsung menoleh kearahnya.

"Hello... Coba lihat wajah kalian yang sempurna itu. Hidung oprasi, mata oprasi, dagu dan bibir juga hasil oprasi. Itu yang kalian bilang sempurna?"

"Siapa kamu, jangan ikut campur urusan kami!" Omel dua wanita itu berbarengan. Sementara Desi hanya menatap Vina dengan tatapan bingung.

"Aku ingatkan pada kalian ya, tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali Tuhan. Kalian bilang Nona ini tidak sempurna, kalian juga sama tidak sempurna. Walaupun tidak sempurna, Nona ini punya kepribadian baik, tidak seperti kalian. Mulut ember bau comberan!" Vina memaki dua wanita itu dengan lantang hingga menimbulkan keributan.

Desi mendelik, dia kagum dengan keberanian seorang Vina. Dia sama sekali tidak takut pada ancaman pidana karena telah menghina orang lain ditempat umum.

"Tante Tante julid seperti kalian itu harusnya nongkrong di hutan, bukan di kedai kopi tempat manusia normal berkumpul. Kalian juga sama sama wanita, bisa bisanya kalian menghina dan merendahkan sesama wanita? Apa otak kalian sudah soak?" Maki Vina lagi.

Dua wanita itu mengkerut, terlebih saat Vina menaikan lengan kemeja panjang yang dia kenakan sampai keatas siku. Jujur saja, saat itu Vina sangat ingin menjambak rambut dan menarik hidung palsu kedua wanita itu karena gemas.

"Sebaiknya kita pergi dari sini, aku tidak mau dijambak oleh gadis gila itu," bisik salah seorang wanita itu pada temannya.

Dimas memandang Vina dan Desi dari jauh, dua wanita miliknya sedang saling bertemu dan beratap muka untuk pertama kalinya. Apa yang harus dia lakukan saat ini? Apa Dimas lari dan bersembunyi di kamar mandi saja?

Desi melempar senyum ramah pada Vina, begitu juga sebaliknya. Dia sangat berterimakasih karena Vina telah mengusir dua hama menyebalkan itu dari kedai kopi miliknya.

"Siapa namamu?" Tanya Desi.

"Namaku Vina," sahut Vina.

"Vina?" Desi menaikan alisnya sebelah.

"Anda kenapa? Apa ada yang salah dengan namaku?" Vina penasaran.

"Ah, tidak. Hanya saja nama itu sangat mirip dengan nama teman suamiku," sahut Desi.

"Oh... Begitu," Vina berpura pura tidak tau.

"Emh... Terimakasih karena telah menolongku. Aku akan memberikan kamu fasilitas gratis ngopi dan makan di kedai ini selama satu tahun, kebetulan kedai ini adalah milikku," ucap Desi panjang lebar.

"Ah, terimakasih. Aku sangat suka hadiah darimu Nona," Vina menyambut tawaran baik Desi dengan senang hati.

"Panggil saja aku Desi," pinta Desi.

"Aku tidak mungkin memanggil nama, Anda jauh lebih tua dariku," ucap Vina.

"Dari mana kamu bisa tau berapa umurku?" Desi makin penasaran.

"Emhmmm... Aku hanya menebaknya saja. Ha... Ha... Ha..." Vina menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal untuk menghilangkan grogi.

"Aneh ya, tebakan mu bisa betul begitu. Tapi, apa kita bisa berteman baik mulai saat ini?"

"Tentu saja,"

Vina dan Desi saling berjabat tangan, mereka mengambil ponsel masing masing dan saling bertukar nomor. Vina melirik kearah Dimas yang sedang memasang wajah was was.

"Apa itu suami mu?" Vina berpura pura tidak kenal Denis. Vina baru menyadari kalau dirinya punya bakat akting hari ini, bisa bisanya dia berpura pura tidak kenal dengan pria yang telah menemaninya tidur hampir tiap hari.

"Iya, benar. Dia pria yang digandrungi oleh dua Tante nakal tadi," cicit Desi. Seolah dia sedang membanggakan suaminya secara tidak langsung.

"Pantas saja ya, dia punya banyak penggemar. Ternyata dia tampan juga, sayangnya penggemarnya adalah dua wanita gila," ucap Vina asal.

"Sebenarnya ada penggemar yang lebih gila lagi dari wanita itu, kamu belum tau saja," celetuk Desi.

Desi dan Vina tertawa bersama, keakraban diantara keduanya cepat terjalin walaupun mereka baru bertemu beberapa menit saja.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!