Bab 14

"Sayang...!" Panggil Desi pada Dimas seraya melambaikan tangannya.

Mau tak mau Dimas harus bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri dua wanitanya itu. Dimas melempar pandangannya pada Vina, wanita itu menatapnya dengan ekspresi wajah biasa saja.

"Semoga Vina tidak membuka suara kalau dia adalah istri keduaku," doa Dimas dalam hati.

"Kenalkan, ini teman baruku. Namanya Vina," ucap Desi.

"Hallo... Aku Dimas, suami Desi," Sapa Dimas kaku.

Vina mendelik, ternyata Dimas juga berpura pura tidak kenal dengannya. Vina harus bisa mengimbangi permainan Dimas, agar Dimas tidak merasa kecewa kepadanya.

"Hallo juga, aku Vina." Sapa Vina balik.

Aura takut tertangkap dengan jelas oleh Vina, seolah Dimas takut rahasia besarnya terbongkar didepan Desi. Vina menebak, Desi tidak mengetahui kalau Dimas telah menikah lagi dan wanita muda yang sedang ada dihadapannya adalah istri kedua Dimas.

Vina sedikit kesal, dia merasa dibohongi oleh Dimas. Pria itu bilang istrinya tau kalau dia menikah lagi, tapi ternyata bohong.

Desi merangkul pinggang Dimas mesra, dan Dimas mengusap rambut Desi lembur. Vina terbakar api cemburu, pemandangan indah itu sungguh telah menyayat hatinya seperti sebilah belati. Terlebih saat Desi dengan tidak tahu malunya memberikan sedikit remasan pada dada bagian atas milik pria itu. Jantung Vina seperti mau copot dan melompat keluar dari tempatnya.

Vina merasa iri pada Desi, Dimas selalu memperlakukan dia dengan lembut. Cara bicaranya pun halus, tidak seperti saat dia bicara pada Vina. Jelas sekali kalau Dimas sangat mencintai Desi, dan Dimas hanya menganggap Vina sebagai wanita sewaannya saja.

"Vina, apa yang kamu harapkan dari pria itu? Kenapa hatimu merasa kecewa?" Tanya Vina pada dirinya sendiri.

🍃🍃🍃

Ditengah kegalauan hatinya, Vina memilih untuk pamit dan pergi kerumah orang tuanya. Dia memilih untuk tidak meminta izin pada Dimas Karena pria itu sedang sibuk bersama istrinya. Pantas saja beberapa hari ini Dimas tidak datang ke rumah kedua, ternyata dia sedang ingin menghabiskan waktu bersama dengan istri tercintanya.

Tiba dirumah kedua orangtuanya, Vina dikejutkan dengan penampakan sebuah booth minuman didepan rumah mereka. Rupanya Ibu Vina telah membuka usaha kecil-kecillan untuk membantu perekonomian keluarga.

Tapi dia sudah tua, Vina takut Ibunya kelelahan lalu jatuh sakit. Sekarang saja dia masih terlihat pucat, sepertinya dia belum sembuh betul dari sakit.

"Bu, es boba satu,"

"Tunggu sebentar ya mba, antri. Mau rasa apa?" Karti mengangkat wajahnya dan kaget saat mengetahui yang berpura pura membeli adalah anaknya.

"Vina," Karti memeluk putrinya erat.

"Akhirnya kamu pulang, Ibu sangat rindu,"

"Sama Bu, Vina juga rindu sama Ibu. Ayah mana?"

"Dia ada didalam dengan Yoga, sana masuk dulu. Nanti Ibu nyusul,"

"Oke."

Yoga adalah teman sekolah Vina saat SMA, rumah mereka cukup dekat. Dulu mereka selalu kemana mana bersama, semenjak Yoga masuk kuliah dan sibuk, mereka jadi jarang bertemu.

"Yoga, apa kabar?" sapa Vina.

"Vina, kamu pulang?" Yoga terkejut. Dia pangling melihat penampilan baru Vina yang lebih cantik dan modis.

Yoga memperhatikan penampilan Vina dari ujung kaki sampai ujung rambut, semua dipenuhi oleh barang branded dan mahal. Dari mana Vina mendapatkan uang untuk membeli semua itu? Katanya Vina hanya bekerja sebagai ART?

Yoga sedikit curiga, dia punya banyak ART dirumah. Dan gaji mereka tidak sampai UMR, jadi mereka selalu irit dalam membeli sesuatu agar bisa mengirim uang untuk keluarga dikampung halaman.

"Bagaimana kabar kalian?" Vina melempar pandangan pada Ayahnya.

"Baik nak, kamu sendiri bagaimana?" Tanya Bayu balik.

"Baik."

Vina, yoga dan kedua orangtuanya mengobrol panjang lebar. Mereka bertukar cerita tentang kehidupan masing masing. Sampai akhirnya Bayu dan karti pamit pergi dari ruang tamu, seolah memberi celah bagi Yoga untuk berduaan dengan Vina.

Yoga menyambut baik kesempatan itu, bagaimanapun Yoga harus memanfaatkanya. Sudah lama Yoga memendam rasa suka pada Vina, ini kesempatan bagus untuk mengutarakan perasaannya pada Vina.

"Vin, ada sesuatu yang mau aku bicarakan," ucap Yoga.

"Soal apa?"

"Soal perasaanku padamu, aku sudah lama suka sama kamu. Kamu mau tidak jadi pacar aku?" Yoga menatap wajah Vina lekat lekat.

"Maaf Yoga, aku tidak bisa menerima kamu, aku sudah punya kekasih," sahut Vina hati hati. Dia tidak mau menyakiti hati Yoga.

"Siapa pria beruntung itu?" Yoga penasaran.

"Teman Bos ku, di kota" Vina berbohong.

Yoga menundukkan wajahnya, dia kecewa karena wanita yang dia cintai telah memiliki kekasih. Pantas saja Vina terlihat berbeda, ternyata dia berpacaran dengan pria kaya.

"Yoga, kamu pria baik. Pasti ada banyak wanita yang antre mendapatkan kamu, apa lagi kamu calon Dokter. Semoga saja kamu cepat bertemu jodoh ya," Vina melempar senyum manis. Tapi Yoga tak membalasnya dan membuat Vina merasa tak enak hati.

Yoga pamit pergi, diam diam Bayu telah mencuri dengar pembicaraan Vina dan Yoga tadi. Bayu penasaran, siapa pria yang sedang dipacari oleh Vina. Sampai sampai Vina menolak Yoga calon menantu sempurna dimata Bayu.

Bayu mengajak Vina bicara serius, Vina was was takut salah bicara dan membuka aibnya yang selama ini berhasil di tutupi.

"Siapa pria yang sedang kamu pacari?" Tanya Bayu.

"Ayah menguping obrolanku dengan Yoga?"

"Iya,"

"Itu tidak baik Ayah."

"Ayah suka Yoga, Ayah tidak suka kamu menolaknya,"

"Maaf Ayah, tapi cinta tidak bisa dipaksakan. Ayah tau itu."

Perdebatan cukup sengit antara Vina dan Bayu terjadi, membuat Karti yang mendengarnya pusing kepala. Niat awal ingin menginap Vina batalkan karena dia tidak tahan dengan Ocehan Bayu yang memaksanya menerima cinta Yoga.

Vina menyetop taxi, dia pergi dari rumahnya dengan mata berkaca kaca. Ayahnya itu tidak tau bagaimana Vina berkorban untuk hidupnya, jadi wajar kalau pria itu bersikap egois dan ingin menang sendiri.

"Apa semua pria didunia ini sama saja? Selalu menuntut wanita untuk patuh dan tunduk padanya," Vina ngedumel sepanjang perjalanan menuju rumah kedua Dimas.

🍃🍃🍃

Tiba ditempat tujuan, Vina langsung masuk kedalam kamarnya tanpa menghiraukan sapaan dari Pak Anton. Merasa ada yang tidak beres dengan sikap istri simpanan majikannya, Anton bergegas mencari ponselnya dan menelfon Tuan Dimas untuk melapor.

Tut... Tut... Tut...

Suara telfon tersambung, lama menunggu akhirnya suara parau Dimas muncul dari balik speaker ponsel Anton.

"Hallo, ada apa Pak Anton?" Tanya Dimas.

"Nona Vina sepertinya sedang punya masalah, dia pulang ke rumah dengan wajah cemberut Tuan. Bahkan dia tidak mau membalas sapaan saya," tutur Anton.

"Hah, ada apa dengan gadis itu. Baiklah, besok aku akan kesana. Terimakasih sudah melapor, terus awasi dia ya!" Pinta Dimas.

"Siap Tuan!" Anton berucap patuh.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!