Chapter 17

Jaemin memperhatikan bangku Subin yang kosong. Sejujurnya ia merasa sedikit bersalah setelah membuat perusahaan ayah laki-laki itu bangkrut, bahkan sampai membuat laki-laki itu mungkin mengalami kematian yang mengenaskan. Entah laki-laki itu telah meninggal atau belum.

Jaemin meluruskan pandangannya kembali ke papan tulis putih yang ada di depan kelas mereka saat ini. Papan tulis itu sudah cukup lama tidak ditulisi oleh guru yang mengajar di sekolah mereka, hal ini di karenakan rumor buruk tentang kelasnya yang beredar di sekolah mereka saat ini. Apalagi sudah ada beberapa murid yang meninggal di dalam kelas itu dalam kurun waktu kurang dari sebulan.

Tatapan laki-laki itu beralih pada seorang gadis buta yang tengah berjalan menggunakan tongkatnya. Seorang guru tengah mendampingi gadis itu saat ini, membantu ia melintas koridor kelas. Laki-laki itu menduga-duga bahwa gadis itu adalah murid baru melihat ia masih memakai tas ketika jam pelajaran pertama sudah berlangsung. Guru yang mendampingnya saat ini mungkin membantu menuntunnya ke kelas barunya.

Ia sedikit terkejut begitu gadis itu berdiri tepat di depan pintu kelasnya, padahal guru di sebelahnya mengarahkannya untuk terus berjalan meninggalkan kelas dengan banyak rumor buruk tersebut. Tidak hanya Jaemin, beberapa murid tengah mengarahkan atensinya pada gadis itu sekarang.

Guru yang mendampinginya terlihat panik dan menarik tangan gadis itu sambil memanggil namanya, agar gadis itu segera melangkah meninggalkan pintu kelas mereka, menuju kelas lain. Tapi gadis itu bahkan tidak bergerak selangkah pun dari posisinya saat ini. Guru yang mendampinginya saat ini pun terlihat kesulitan, padahal tubuh gadis itu cukup kurus.

Jaemin menelengkan kepalanya bingung dengan apa yang ia lihat saat ini. Seingatnya di sekolahnya tidak ada kelas luar biasa yang dibuka untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Entah mengapa gadis itu ada di sini.

“Bu, saya masuk di kelas ini saja.”

Tatapan terkejut anak-anak di dalam kelasnya terarah pada gadis itu. Mereka terkejut gadis itu tiba-tiba ingin menjadi murid baru di kelas mereka, di saat banyak rumor buruk yang tersebar di kelas itu. Di saat orang-orang yang ada di kelas itu sedang putus asa akan hidup mereka sendiri. Gadis itu malah seakan-akan memberikan nyawanya untuk ikut terkena kutukan yang ada di dalam kelas itu saat ini.

“Tidak. Kita cari kelas lain saja, ya/”

“Ini saja, bu. Saya mau masuk kelas ini. Ibu tidak usah khawatir.”

“Tapi-“

“Terima kasih banyak, bu.”

Gadis itu menundukkan kepalanya sambil berterima kasih pada guru yang mengantarnya itu. Murid-murid yang ada di dalam kelas itu hanya bisa melongo melihat apa yang baru saja dilakukan oleh gadis itu. Memaksa memasuki kelas yang penuh kutukan ini, di saat para murid yang ada di dalam kelas itu justru ingin keluar dari sana.

Akhirnya guru itu mengalah. Ia menuntun gadis itu memasuki ruang kelas dengan takut-takut. Mencari tempat kosong bagi gadis saat ini.

Gadis buta itu berhenti di depan Jaemin sejenak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya dan duduk di bangku yang berada tepat di belakang laki-laki itu, tempat Mark sebelumnya, yang terus kosong hingga saat ini.

Jaemin memperhatikan gadis itu duduk dengan santainya di bangku milik sahabatnya yang telah meninggal itu. Tatapan tidak suka ia layangkan pada gadis yang duduk di belakangnya itu.

“Tidak usah menatapku seperti itu. Aku juga tidak akan berlama-lama di kelas ini. Hanya beberapa hari saja. Lagi pula yang sebelumnya duduk di bangku ini sudah meninggal, berarti bangku ini kosong dong. Masa aku nggak boleh duduk di sini?”

Seisi kelas dibuat terkejut dan melongo karena ucapan yang keluar dari gadis buta dengan penutup mata di belakang Jaemin. Tidak ada satu pun yang membuka mulutnya mengenai kematian Mark dan tempat laki-laki itu duduk sebelumnya pada gadis itu. Tapi gadis itu bisa mengetahuinya. Guru yang tadi mengantarnya pun sampai terkejut dan ketakutan begitu mendengar apa yang keluar dari mulut gadis itu.

“Kamu siapa? Kenapa masuk di sekolah ini? Seingatku tidak ada kelas untuk orang-orang berkebutuhan khusus di sekolah ini,” kata Jaemin.

Gadis itu membuka penutup matanya perlahan. Jaemin sempat dibuat terpana oleh mata gadis yang memiliki iris mata berwarna cokelat dengan garis-garis berwarna biru yang mengelilingi pupil matanya dan membuatnya terlihat seperti kelopak bunga. Setelahnya, gadis itu menatap lurus ke arah Jaemin.

“Kamu tidak buta”

“Memang tidak, tapi tidak semua hal yang ada di dalam dunia ini harus kulihat dan harus kudengar.”

“Kamu ingin pengen jadi buta sama tuli?”

“Aduhh...”

Jaemin mengaduh begitu gadis itu memukul kepalanya menggunakan tongkat yang sedari tadi ia gunakan untuk membantunya berjalan. Teman-teman sekelasnya mengakui keberanian anak baru tersebut, yang berani memukul Jaemin di hari pertama ia masuk di sekolah itu.

“Sudahlah.”

Gadis itu menatap sekelilingnya. Beberapa orang di dalam kelas itu sempat terpana oleh iris mata unik yang dimiliki oleh gadis itu, bahkan garis-garis berwarna kebiruan itu seolah-olah bersinar dari dalam mata gadis itu.

“Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan sampai murid-murid di kelas ini terasa seperti sekumpulan mayat?”

Tatapan gadis itu berhenti pada Na Jaemin. Laki-laki itu cukup kebingungan saat gadis itu justru menggeleng-gelengkan kepalanya saat menatap ke arahnya.

“Kenapa?” tanya Jaemin pada gadis itu.

“Di antara kalian semua yang ada di kelas ini, kamu yang paling busuk aromanya. Bahkan di mataku kamu yang rupanya paling buruk saat ini. Benar-benar sepeti daging busuk yang berjalan ke sana ke mari. Apa yang telah kamu lakukan sebelumnya?”

Jaemin diam membatu setelah mendengarkan perkataan dari gadis yang ada di hadapannya saat ini. ‘Apakah itu berarti ia yang telah membuat kesalahan paling besar di antara mereka semua dan akan mendapatkan kematian paling menyakitkan setelah ini?’ batinnya.

“Ckckckckck.”

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya menatap wajah Jaemin yang tampak kebingungan saat ini. Laki-laki itu mungkin tidak mengetahui apa kesalahan yang mereka semua telah lakukan sampai harus mengalami hal semengerikan ini.

“Apakah kalian sudah tahu siapa dalang dibalik teror ‘Death Note’ yang ada di kelas ini?” tanya gadis itu.

Hening, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gadis itu. Semua hanya terdiam, sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak bertatapan dengan gadis itu.

“Bukannya pelakunya ada di depanmu saat ini?”

Jaemin menatap tajam ke arah Sihun yang menuduhnya sebagai pelaku teror kematian yang sedang berlangsung di kelas mereka saat ini. Ia ingin menuntut balas pada laki-laki itu.

“Tidak salah, sih. Tapi kalian juga ikut terlibat sampai kutukan ini terjadi. Apa kalian tidak terbayang-bayang oleh seseorang setelah mengalami teror seperti ini?”

Suasana kelas kembali hening. Gadis itu menghembuskan kasar nafasnya, lalu membaringkan kepalanya di atas meja yang ada di depannya.  Kemudian tertidur, tidak peduli bagaimana penasarannya orang-orang yang ada di depannya saat ini itu. Ia bahkan tidak bangun meskipun Jaemin mengoyang-goyangkan bahunya sedari tadi agar terus berbicara tentang dalang di balik teror kematian yang terus menyebar di dalam kelasnya saat ini.

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

mungkinkah gadis ini yg akan memecahkan misteri kutukan dan kematian yg terjadi dikelas ini?

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!