Chapter 6

Seorang gadis tengah terbaring tak berdaya di dalam kamarnya. Ia jatuh sakit semenjak ancaman yang tiba-tiba muncul di papan tulis putih di dalam kelasnya.

Ini adalah hari pertama dia tidak bisa hadir ke sekolah karena demam. Ia merasa tenang karena ia punya alasan untuk tidak masuk ke sekolah hari ini, meskipun ia masih merasa takut dan khawatir tentang teror yang menyebar di dalam kelasnya. Hanya di dalam kelasnya.

Gadis itu memejamkan kedua matanya perlahan dan terbang ke dunia mimpi. Ia ingin merasa tenang untuk hari ini saja. Ia tidak ingin mengalami stres berkepanjangan karena berada di dalam kelas itu dalam kurun waktu lebih lama lagi.

Ia sebenarnya ingin pindah, tapi setelah ancaman itu muncul, ia mengurungkan niatnya. Ia bingung dan takut karena tidak bisa melakukan apa pun untuk keluar dari situasi mengerikan seperti ini.

***

Gelap, semua terlihat gelap. Tidak ada cahaya yang bisa membantunya di sana. Gadis itu hanya diam sambil memeluk kedua kakinya ketakutan.

“Ini di mana?”

Saking takutnya, ia bahkan sampai meneteskan bulir-bulir air mata dari kelopak matanya. Tubuhnya bahkan gemetar karena takut.

Seingatnya ia terakhir sedang berada di dalam kamar tidurnya untuk beristirahat karena sakit. Ia bingung dan bertanya-tanya, bagaimana dirinya bisa ada di tempat ini? Ia bahkan mencoba memukul dirinya berkali-kali karena beranggapan semua hanyalah mimpi, tapi ia tidak kunjung terbangun dari mimpi itu.

Nafasnya sedikit lega ketika cahaya mulai menyinari sekitarnya. Tapi ia masih bingung, karena ia hanya di tempatkan di ruangan polos dan kosong, tidak ada apa pun di sekitarnya selain lantai, dinding dan langit-langit ruangan yang berwarna putih polos. Sejujurnya ia merasa seperti sedang disekap saat berada di dalam ruangan itu.

Keringat dingin menguncur dari dahinya, tubuhnya kembali gemetar saat menyadari tidak ada jalan baginya untuk keluar dari tempat itu. Tidak ada pintu dan jendela di ruangan itu, bahkan ia tidak tahu dari mana asal cahaya yang menyinari ruangan tempatnya berada saat ini.

Ia memiliki fobia pada ruangan yang sempit dan gelap. Ruangan itu mungkin tidak sempit, bahkan terasa cukup luas, tapi tidak ada jalan keluar dan masuk ke ruangan itu. Ia benar-benar merasa tersiksa, bahkan lehernya terasa dicekik saat menyadari hal itu.

Ia semakin ketakutan tatkala dinding, lantai dan langit-langit ruangan itu mulai berubah warna dari putih ke merah tua menyerupai warna darah. Gadis itu menjerit ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, air matanya mengalir dengan deras, bahkan keringat dingin yang sejak tadi menguncur tidak kunjung berhenti, bahkan sudah mulai membasahi tubuhnya.

Dari sudut ruangan yang tampak mulai gelap itu, sesosok makhluk tinggi besar berwarna hitam muncul. Entah bagaimana caranya makhluk itu bisa memasuki ruangan tempat gadis itu berada. Penampilannya yang menyeramkan membuat gadis itu berangsur-angsur mundur dari posisinya meskipun kondisinya seperti itu.

Wajah makhluk itu tidak seperti manusia, ia lebih mirip monster. Ia tinggi besar dan berwarna hitam pekat, tangannya memiliki cakar yang tajam dan panjang, kakinya mirip seperti kaki kerbau, kepalanya menyerupai singa dengan mata yang banyak dan berwarna kuning keemasan, taringnya panjang dan tajam, bahkan giginya tidak  beraturan. Makhluk itu bahkan memiliki tanduk seperti milik kambing gunung di atas kepalanya.

Pergerakan gadis itu terhenti ketika tubuhnya telah rapat di dinding ruangan itu. Ia menjerit histeris begitu makhluk itu berjalan mendekatinya sambil menunjukkan seringainya yang mengerikan.

***

“Yena, ayo makan siang, terus minum obat,” ujar ibu gadis itu sambil membuka pintu kamar anaknya.

Ia mendekati tubuh anaknya yang terbaring tidak berdaya di atas tempat tidurnya. Wajah gadis itu benar-benar pucat. Ibunya panik ketika menyadari nafas putrinya mulai tersengal-sengal.

“Pa! Papa!”

Wanita paruh baya itu berteriak memanggil suaminya. Ia panik bukan main ketika tubuh putri satu-satunya itu mulai mengejang. Keringat menguncur deras dari tubuhnya.

“Ada apa, Ma?”

“Yena, Pa, Yena. Dia kejang, badannya juga panas banget.”

Kedua orang tuanya akhirnya memutuskan untuk membawa gadis itu ke rumah sakit. Mereka takut jika dibiarkan lebih lama lagi, putrinya itu akan makin memburuk lagi, bahkan mungkin meninggal.

***

Gadis itu masih berada di dalam sana. Ia bersama makhluk mengerikan yang kini sudah berada tepat di depannya. Ia benar-benar ketakutan, apalagi saat melihat tetesan-tetesan air liur makhluk itu yang keluar dari mulutnya dan jatuh ke lantai, seakan-akan ingin segera menyantap gadis itu.

Ia menjerit dengan penuh kesakitan ketika kakinya dipatahkan oleh makhluk di depannya itu. Ia mencoba kabur, tapi ia tidak bisa. Ia sudah terpojok sejak tadi. Hal yang paling mengerikan adalah tidak adanya jalan keluar dari ruangan itu untuknya. Tidak ada satu pun jendela atau pintu di dalam ruangan itu.

Yena menjerit kesakitan dan penuh rasa putus asa ketika sebelah kakinya dipatahkan oleh makhluk yang ada di hadapannya itu. Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, tapi ia tak kunjung kehilangan kesadaran setelah rasa sakit yang amat sangat itu. Darahnya mengalir membasahi lantai ruangan tempatnya berada saat ini.

Makhluk itu mengarahkan kaki gadis itu ke depan mulutnya dan mulai melahapnya dengan rakus. Yena menjerit ketakutan, pemandangan di depannya benar-benar mengerikan. Ia merasa sangat kesakitan, tapi kesadarannya penuh seakan-akan sengaja agar ia merasakan semua penderitaan tersebut sampai akhir.

Air matanya menetes dengan deras, ia menangis meraung-raung dengan keras. Ia ingin pulang dan kembali bersama kedua orang tuanya. Ia tidak tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat sebelumnya sampai harus mengalami kejadian mengerikan seperti ini.

Ia sangat yakin bahwa semua yang ia alami saat ini bukanlah sekedar mimpi. Rasa sakit yang ia rasakan terlalu nyata untuk menjadi sebuah mimpi.

Makhluk tersebut memegang tangan gadis itu dengan sebelah tangannya, sementara tangannya yang sebelah lagi memegang bahu gadis itu.

KRETEKKKK...

Bahu gadis itu patah, lengannya dicabut dari tubuhnya. Gadis itu makin meraung-raung, ia benar-benar merasa kesakitan. Ia bahkan memohon pada makhluk itu agar langsung membunuhnya dibandingkan menyiksanya seperti itu. Ia bahkan sudah tidak mampu bergerak saking kesakitannya.

Makhluk itu tidak menjawab permohonan dari gadis di depannya. Ia justru tersenyum lebar ketika gadis yang ada di depannya itu memohon kematian padanya. Ia tidak berniat memenuhi keinginan dari gadis itu.

KREETEEKK....

Sebelah kaki gadis itu dicopot lagi dari tubuhnya, lalu dilahap dengan rakus oleh makhluk yang ada di hadapan gadis itu. Ia bahkan bisa mendengar suara tulang kakinya yang sedang dikunyah oleh makhluk mengerikan yang ada di hadapannya saat ini.

Gadis itu benar-benar ketakutan dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Bahkan sekedar memohon agar segera mati saja tidak dikabulkan oleh makhluk mengerikan yang ada di hadapannya.

Ia pasrah ketika tangannya yang terakhir terlepas dari tubuhnya. Mungkin setelah ini, ia akan segera meregang nyawa.

Makhluk itu menunjukkan kuku tangannya yang sangat tajam pada Yena sambil tersenyum mengerikan. Kuku tersebut ia arahkan pada bagian perut gadis itu kemudian mencabik-cabik sampai usus gadis itu keluar dari perutnya.

“Uhukk...”

Cairan merah kental keluar dari mulut gadis itu. Air matanya belum kunjung berhenti mengalir. Satu hal yang paling ia sesalkan saat ini ialah ia belum mengucapkan kalimat perpisahan bagi kedua orang tuanya, ia bahkan menyesal selama ini tidak pernah berbuat baik dan membuat kedua orang tuanya bangga atas dirinya.

Makhluk di hadapannya mengunyah usus yang keluar dari perut gadis itu. Setelah puas, ia membuka mulutnya lebar-lebar. Gadis itu bahkan bisa melihat semua gigi yang ada di dalam mulut makhluk itu. Mulut makhluk itu di arahkan pada kepala gadis di depannya, melahap dan mengunyahnya.

***

Jarak rumah sakit dan rumah Yena cukup jauh. Sang ibu memeluk tubuh putrinya yang semakin pucat dibandingkan sebelumnya. Sang ibu bahkan menangis memohon agar putrinya masih diberikan kesempatan untuk tetap bersama dengannya.

Kejang yang dialami oleh gadis itu akhirnya berhenti ketika mereka sedikit lagi tiba di rumah sakit. Tarikan nafas dalam dan terasa tersiksa terdengar dari gadis itu, sebelum akhirnya tubuhnya melemas dan nafasnya menghilang.

Ibu gadis itu meraung-raung melihat putrinya seperti itu. Mereka membawa putrinya ke ruang IGD untuk segera diselamatkan oleh tenaga medis yang ada di tempat itu. Tapi nyawa gadis itu tidak tertolong meskipun para tenaga medis telah mengerahkan usaha maksimal yang mereka bisa lakukan.

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

sepertinya yg mati ini anak² yg selalu merundung chaeryung deh

2023-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!