Chapter 10

Sedikit perasaan lega ia rasakan tatkala mesin mobilnya telah menyala dan ia mulai menjauh dari sosok yang tengah berlari ke arahnya itu. Ia dengan cepat melajukan mobilnya untuk meninggalkan wilayah sekolah. Ia benar-benar ingin kembali ke rumahnya dengan selamat.

BRUKKKK.....

Laki-laki itu terkejut begitu ia mendengar suara yang cukup keras dari belakang mobilnya. Mobilnya seakan-akan telah dihantam sesuatu yang berat dari arah belakang. Perasaan lega yang sebelumnya dirasakan laki-laki itu sirna, hilang entah ke mana. Perasaan lega itu berganti dengan rasa takut dan cemas saat ini.

Ia melirik ke arah kaca spion, tapi tak menemukan apa pun di sana selain bagian belakang mobilnya yang sedikit penyok. Makhluk menyeramkan yang mengejarnya sejak tadi pun tidak terlihat.

Eunsang mengalihkan pandangannya ke arah depan dan menjerit ketakutan. Nafasnya berembus dengan cepat, keringat menguncur dari dahinya, jantungnya berdebar sangat cepat, laki-laki itu bahkan nyaris menangis.

Di depannya kini, makhluk itu tengah menatap lurus ke arahnya. Entah bagaimana cara makhluk itu bisa ada di depannya sekarang. Satu-satunya penghalang antara mereka berdua adalah kaca mobil bagian depan. Ia bahkan tidak bisa melihat apa pun karena pandangannya dihalangi oleh makhluk besar di depannya.

Makhluk itu berwarna hitam dan berbulu lebat, tubuhnya tinggi besar dengan kaki seperti kaki kerbau, berwajah seperti singa, matanya di kepalanya ada banyak dan berwarna kuning keemasan, ia juga memiliki tanduk seperti milik kambing gunung. Makhluk yang sebelumnya hanya ada dalam mimpi Choi Yena, kini keluar dari alam mimpi dan mulai menyerang orang-orang.

Eunsang benar-benar ketakutan, bukan hanya takut pada makhluk yang kini ada di depannya, ia juga takut akan kecelakaan jika makhluk yang sedang menyeringai di depannya itu terus menghalangi pandangannya. Rasa ketakutannya membuat laki-laki itu menginjak pedal gas mobilnya dengan keras dan membuat mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi.

BRUKKKKKK.....

Mobil yang ia kendarai menabrak pohon setelah keluar dari wilayah sekolah. Makhluk menyeramkan itu menyingkir begitu Eunsang mencapai pintu gerbang sekolah, seakan-akan ada sesuatu yang mengusirnya di sana.

Darah segar menguncur dari dahi laki-laki itu, tapi ia masih bisa mempertahankan kesadarannya. Ia lega melihat makhluk itu hanya menatapnya dari dalam sekolah, seakan-akan ia tidak bisa keluar dari sana.

BRUKKKK....

Seakan belum cukup sial dengan monster yang mengejar-ngejarnya dan kecelakaan mobil yang ia alami di depan gerbang sekolah, sebuah truk yang entah muncul dari mana, menghantam mobil yang baru saja kecelakaan itu dengan kecepatan tinggi. Mobil laki-laki itu terguling setelah tabrakan itu. Kondisi mobilnya benar-benar mengerikan, kecil kemungkinan laki-laki itu bisa selamat.

Eunsang telah kehilangan kesadarannya, luka-luka tersebar di seluruh tubuhnya, bahkan tubuhnya dari pinggang ke bawah terjepit oleh bagian mobilnya yang sudah menjadi lebih pipih. Darah segar yang menguncur dari dahinya semakin banyak.

Laki-laki itu tinggal di sana dalam posisi tersebut sampai pagi. Tidak ada seorang pun yang datang menolongnya setelah kecelakaan tersebut. Sopir truk bahkan lari setelah menabrak mobil laki-laki itu, menggunakan truknya yang bagian depannya sudah hancur.

***

Desas-desus mulai menyebar di antara kalangan murid setelah korban kelima di dalam kelas itu jatuh. Banyak yang mengatakan bahwa kelas itu telah dikutuk, tapi belum ada yang satu pun murid di kelas itu yang mengonfirmasi isu tersebut, tapi tidak ada satu pun juga yang menyangkalnya. Akibatnya, banyak murid-murid dari kelas lain yang mulai menjaga jarak dengan murid-murid dari kelas itu, membuat murid-murid di kelas itu merasa terasingkan dari lingkungan  sekolah.

Rasa takut dan cemas yang murid-murid di kelas itu rasakan makin menjadi-jadi setelah mereka dikucilkan di dalam lingkungan sekolah seakan-akan mereka membawa penyakit mematikan dan bisa menularkannya pada siapa pun. Bahkan mereka diusir dari kantin jika berani datang untuk membeli makanan. Akhirnya murid-murid di kelas itu selalu menghabiskan waktu mereka di dalam kelas, bahkan di jam istirahat sekalipun.

Beberapa orang tua murid bahkan datang ingin memindahkan anak-anak mereka ke kelas lain, tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh kepala sekolah dan para guru yang juga termakan rumor tersebut. Mereka sebenarnya ingin memindahkan murid-murid tersebut ke sekolah lain tapi Jaemin telah menentang keinginan tersebut bahkan mengancam para guru dan kepala sekolah. Akhirnya kelas tersebut tetap di pertahankan. Lagi pula para murid di kelas tersebut juga tidak ingin dipindahkan, bahkan beberapa menangis histeris saat isu mereka akan dipindahkan menyebar.

Para guru dan kepala sekolah tidak mengerti mengapa mereka masih ingin bertahan di dalam kelas yang tampaknya di kutuk itu. Mereka merasa sudah memberi saran terbaik untuk memindahkan para murid itu. Saran yang mungkin justru lebih membuat para murid di kelas itu lebih cepat meregang nyawa.

***

Jaemin menatap buku usang yang ia letakkan di atas meja belajarnya dengan posisi terbuka dan menampilkan nama lima orang teman-teman sekelasnya yang sudah meregang nyawa. Ia belum juga tahu bagaimana cara untuk menghentikan teror kematian yang berlangsung di kelasnya.

Buku itu bahkan tidak bisa ia hancurkan. Ia sudah pernah membakar buku itu menjadi abu tapi tidak berhasil menyingkirkannya. Ia bahkan takut untuk sekedar mencoba menghancurkan buku itu lagi setelah kematian Mark, salah satu teman terdekatnya di dalam kelas.

Ia merasa marah dan tidak adil, ia tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat sampai harus merasakan kengerian seperti itu. Ia juga belum kunjung mengetahui siapa dalang di balik teror kematian yang terus berlangsung di dalam kelasnya hingga kini.

Laki-laki itu masih menyembunyikan keberadaan buku itu dari semua orang, termasuk Jeno dan Chenle, yang merupakan teman dekatnya. Mereka memang berteman, tapi sekarang seperti ada sedikit jarak di antara mereka setelah laki-laki itu terus menerus dikucilkan di dalam kelas. Apalagi Jeno dan Chenle juga sering ikut dalam acara diskusi untuk mencari jalan keluar dari teror kematian tersebut bersama teman-teman sekelas mereka yang lain.

Sejujurnya, ia terkadang merasa sedikit bersalah karena menyembunyikan keberadaan buku itu seorang diri. Tapi ia juga merasa khawatir akan terjadi sesuatu yang menakutkan jika ia mengungkapkan keberadaan buku itu. Ia takut buku itu akan dimanfaatkan oleh orang lain dengan cara yang buruk.

Seharusnya sejak awal buku itu tidak pernah ada. Keberadaan buku itu benar-benar mengerikan. Hingga kini sudah ada lima orang yang menjadi korbannya, ia tidak bisa menebak siapa korban berikutnya setelah ini. Ia bahkan khawatir ia akan menjadi korban selanjutnya karena ia belum bisa menebak apa yang membuat nama-nama itu muncul di dalam buku itu. Ia merasa tidak ada pola khusus, seolah-olah semua korban yang berjatuhan dibunuh secara acak.

Jaemin memejamkan kedua matanya. Ia merasa benar-benar sendiri sekarang. Ia merasa dirinya benar-benar menyedihkan sekarang. Kedudukannya yang sebelumnya tak terusik dan ditakuti, kini menjadi orang yang paling dibenci dan dikucilkan di dalam kelasnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!