Chapter 5

Jaemin menatap buku usang yang kini ada di atas meja belajarnya itu. Kali ini buku itu tidak menghilang seperti sebelumnya. Buku itu tetap ada di dalam tas laki-laki itu, sampai ia pulang ke rumah.

Ia benar-benar penasaran, siapa dalang di balik teror ‘Death Note’ di kelasnya. Keberadaan ‘Death Note’ sendiri benar-benar seperti kutukan bagi mereka, apalagi sudah dua kali orang yang namanya muncul di dalam buku itu meregang nyawa.

Laki-laki itu ingin menyingkirkan buku itu tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia bahkan takut salah melangkah dan justru ia yang menjadi korban berikutnya. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan orang-orang di sekitarnya mati setelah namanya tercatat di dalam buku itu.

Ia meletakkan buku itu ke dalam laci mejanya, ia sendiri bingung akan ia apakah buku itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan dengan buku yang meskipun dibakar tetap kembali utuh tersebut.

Laki-laki itu berbaring di atas tempat tidurnya sambil memandangi langit-langit kamarnya. Ia ingin beristirahat sejenak. Hari-harinya akhir-akhirnya ini terasa berat dan melelahkan. Bohong jika ia tidak takut dengan teror ‘Death Note’ di kelasnya itu, tapi ia juga tidak tahu bagaimana cara menghilangkan teror itu sendiri.

***

“Ma, pa, aku mau pindah sekolah.”

“Kenapa? Ada yang jahatin kamu di sekolah?” tanya sang ibu sambil mengelus rambut putranya itu.

“Nggak ada, aku cuma nggak nyaman sama sekolah aku sekarang.”

“Kalau pindah ke sekolah lain terus kamu tidak nyaman lagi bagaimana? Mau pindah lagi? Jangan kayak anak kecil, lagi pula itu adalah salah satu sekolah terbaik di kota ini,” ayahnya memperingati.

Seungmin tunduk sambil  mengaduk-aduk makanannya setelah mendengarkan perkataan ayahnya. Ia sebenarnya ingin menceritakan mengenai teror ‘Death Note’ di dalam kelasnya, tapi ia takut akan terjadi hal buruk yang menimpa keluarganya jika ia dengan sembrono menceritakan mengenai teror itu. Apalagi di kelasnya sudah ada dua orang yang meregangnya nyawa karena buku itu.

***

Pagi yang cerah seperti biasanya. Jaemin seperti biasa, datang lebih dulu di bandingkan dengan anak-anak lain di dalam kelasnya. Laki-laki itu melangkah dengan langkah waswas menyusuri koridor sebelum mencapai kelasnya. Langkah kakinya disertai perasaan takut, khawatir dan gelisah. Ia tidak tahu siapa yang akan menjadi korban selanjutnya, meskipun buku itu ada di dalam tasnya.

Kelasnya kini menjadi momok tersendiri karena sudah ada dua orang yang meregang nyawa di dalam kelas itu. Anak-anak bahkan masih ada yang takut-takut untuk hadir, tapi peraturan sekolah yang ketat membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain harus hadir dan mengikuti pelajaran di dalam kelas itu.

Nafas laki-laki itu tercekat setelah ia membuka pintu kelasnya. Matanya melotot, ia terkejut dengan pemandangan yang kini ada di depan kedua bola matanya. Hari masih pagi tapi sudah ada yang kembali meregang nyawa di dalam kelas itu.

Di hadapannya saat ini, salah satu teman sekelasnya tengah tergantung dengan tali yang melekat pada lehernya dan langit-langit kelas. Lidah laki-laki itu menjulur keluar dari mulutnya ke sudut bibirnya sebelah kiri, urine dan kotoran laki-laki itu bahkan mengotori lantai kelas mereka. Aromanya bahkan cukup membuat orang ingin muntah.

Dengan terburu-buru laki-laki itu mengeluarkan buku lusuh itu dari dalam tasnya. Ia ingin memastikan apa yang terjadi saat ini. Ia juga mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya untuk menghubungi pihak sekolah terkait dengan penemuan jenazah salah satu teman sekelasnya pagi itu.

Death Note

1.      Mark Lee

2.      Park Junghwan

3.      Kim Seungmin

Tangan laki-laki itu gemetar setelah membuka lembaran pertama buku itu. Buku itu bahkan jatuh ke lantai karena tangan laki-laki itu seakan-akan kehilangan kekuatannya untuk memegang buku itu. Keringat dingin menguncur dari dahi laki-laki itu. Ia tahu benar bahwa buku itu kemungkinan besar merupakan penyebab utama kematian tiga orang siswa di dalam kelasnya. Kedua kaki laki-laki itu bahkan terasa lemas sehingga ia jatuh terduduk di depan pintu kelasnya. Ia benar-benar terkejut dan takut dengan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Pihak sekolah datang dan membantu laki-laki itu untuk berdiri dari posisinya. Mereka juga membereskan kekacauan yang ada di kelas laki-laki itu sesegera mungkin, sebelum siswa-siswi lain memasuki lingkungan sekolah, bahkan semua pagar sekolah sempat ditutup sementara untuk mencegah mereka memasuki lingkungan sekolah sebelum mayat Kim Seungmin beserta kotoran-kotorannya di singkirkan.

Ini adalah korban ketiga di bulan yang sama. Pihak sekolah sudah menaruh curiga ada sesuatu yang salah dengan kelas mereka, karena korban hanya berasal dari kelas mereka saja. Tapi ia tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu.

Setelah semuanya dibereskan dan dibersihkan, pintu gerbang sekolah kembali dibuka. Pembukaan pintu gerbang sekolah sempat mendapat protes dari anak-anak yang sudah cukup banyak berkumpul di depan gerbang sekolah, tapi tidak bisa memasuki lingkungan sekolah.

***

Setelah korban ketiga muncul, pihak sekolah mengadakan kelas konseling khusus untuk siswa-siswi di kelas Na Jaemin. Pihak sekolah takut akan jatuhnya korban selanjutnya. Pihak sekolah curiga adanya tindakan perundungan di kelas itu yang kemudian berakibat pada jatuhnya korban-korban beberapa hari terakhir.

Kemungkinan lain yang dicurigai oleh pihak sekolah setelah kasus kematian Kim Seungmin adalah tekanan yang dirasakan oleh siswa-siswi di kelas itu sehingga mereka melakukan aksi bunuh diri. Oleh karena itu, pihak sekolah membuat kelas konseling khusus bagi siswa-siswi di kelas itu, agar mereka tidak merasa begitu tertekan sampai mengakhir hidupnya.

Mereka juga berusaha sekuat tenaga menutupi dari publik kematian dua orang siswanya baru-baru ini. Kasus yang tersebar ke publik hanyalah kematian Mark tempo hari. Hal itu dikarenakan sudah banyak saksi dari kelas lain yang melihat kasus kematian laki-laki itu, sehingga sulit untuk ditutup-tutupi dari publik. Reputasi sekolah mereka akan menjadi taruhan jika dua kasus lainnya tersebar.

***

Jam pelajaran berlangsung seperti biasa setelah jenazah dan kotoran Kim Seungmin berhasil dibereskan dan tidak meninggalkan jejak apa pun. Tidak ada yang tahu kasus kematian laki-laki itu selain pihak sekolah dan Na Jaemin yang menemukan jenazah laki-laki itu pertama kali.

Ketegangan di dalam kelas itu semakin parah, apalagi salah satu orang di dalam kelasnya tiba-tiba tidak hadir tanpa alasan. Tidak sedikit yang curiga laki-laki itu telah meninggal seperti dua orang teman sekelas mereka sebelumnya, tapi ada juga yang masih ingin berpikiran positif bahwa laki-laki itu mungkin sakit dan tidak bisa hadir.

Suasana kelas makin tidak kondusif saat tulisan dengan warna merah menyerupai darah muncul tiba-tiba dari papan tulis putih yang ada di depan kelas. Anak-anak mulai ketakutan bahkan ada yang menjerit.

‘JANGAN PERNAH COBA-COBA MENINGGALKAN SEKOLAH INI

AKU AKAN MENGEJAR KALIAN KE MANA PUN KALIAN PERGI’

Kepanikan yang melanda kelas itu membuat anak-anak dari kelas lain dan guru-guru mendatangi kelas mereka. Tulisan peringatan yang muncul di papan tulis putih di depan kelas itu langsung menghilang begitu ada orang lain yang datang, seolah-olah tidak pernah ada apa pun di sana.

Anak-anak di kelas itu menyadari bahwa teror dan kutukan hanya diarahkan pada penghuni kelas mereka. Mereka bahkan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan teror dan kematian orang-orang di dalam kelas mereka. Saking takutnya, beberapa siswa bahkan pingsan dan dibawa ke UKS. Teror tersebut tampaknya terlalu mengerikan untuk mereka alami.

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

shock terapy

2023-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!