Jaemin menghampiri gadis yang menjadi murid baru di dalam kelasnya itu. Gadis itu menyebut nama Sihun sebelum laki-laki itu mengalami kecelakaan di depan koridor kelas mereka, seakan-akan gadis itu bisa meramal masa depan.
“Kamu sebenarnya siapa?” tanya laki-laki itu begitu ia berdiri di samping gadis itu.
“Menurut kamu siapa?”
Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya, heran dengan gadis yang ada di depannya. Pertanyaan yang ia ajukan untuk gadis itu malah dibalas dengan pertanyaan yang lain.
Ia juga heran sebab hanya gadis itu yang tetap di dalam kelas dengan tenang seakan-akan tidak terjadi apa pun, sedangkan murid-murid di sekolah sempat dihebohkan oleh kecelakaan yang menimpa Kim Sihun di depan koridor kelas.
Heboh, tapi tidak ada satu pun murid di sana yang berinisiatif untuk menolong laki-laki yang terkapar tidak berdaya di atas tanah itu. Entah bagaimana jadinya jika Na Jaemin tidak melihatnya. Jaemin bahkan mempertanyakan nurani manusia-manusia yang mengerumuni tubuh kim sihun tadi.
“Aku tanya kamu, kok malah kamu tanya balik.”
“Ya... karena aku nggak mau jawab pertanyaanmu.”
Gadis itu berjalan keluar dari kelas melewati laki-laki itu tanpa rasa berdosa. Jaemin hanya bisa menahan amarah mendengar ucapan gadis itu. Ia menatap punggung gadis yang bahkan ia tidak ketahui namanya itu menjauh.
Jaemin menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya. Ia perlahan duduk kembali ke bangkunya, mengeluarkan buku usang bersampul hitam yang sebelumnya ingin ia buka dari dalam tasnya. Ia membuka halaman pertama buku itu.
Death Note
1. Mark Lee
2. Park Junghwan
3. Kim Seungmin
4. Choi Yena
5. Lee Eunsang
6. Lee Sangmin
7. Jung Subin
8. Kim Sihun
Kening Jaemin mengerut begitu melihat nama yang baru saja tertulis di dalam buku itu. Nama orang yang sama dengan yang disebut oleh murid baru di dalam kelasnya, Kim Sihun. Ia bingung dan bertanya-tanya tentang bagaimana murid baru tersebut tahu nama orang yang akan menjadi korban selanjutnya tanpa perlu melihat isi dari buku usang itu.
***
Seorang gadis berjalan mengelilingi lingkungan sekolah seorang diri. Koridor tampak sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung, kecuali di dalam kelas Na Jaemin. Para guru menghindari kelasnya karena rumor yang beredar. Apalagi hari ini ada satu lagi korban yang jatuh. Tentu saja korban tersebut akan dikaitkan juga dengan rumor kutukan yang ada di dalam kelas itu, mengingat korban juga merupakan salah satu murid di dalam kelas itu.
“Aku tahu kamu mengikutiku sejak tadi.”
Hening, tidak ada yang menanggapi gadis itu. Gadis itu terus melangkahkan kakinya sambil mengamati lingkungan sekolah yang saat ini ia tempati.
“Kamu mau bicara apa sama aku?”
Gadis itu berbalik, menatap datar pada udara kosong yang ada di belakangnya seakan-akan ada orang di sana. Ia kemudian memutar malas kedua bola matanya.
“Kalau kamu nggak mau bicara yaudah.”
***
Berita duka datang ke dalam kelas itu. Jaemin memang sudah menduga akan datangnya berita itu, tapi ia tetap saja berharap laki-laki itu selamat setelah tertimpa pot keramik berukuran sedang yang jatuh dari lantai dua.
Kim Sihun tidak selamat dari kecelakaan yang menimpanya kemarin. Saat sampai di UGD, laki-laki itu sudah tidak bernyawa lagi.
Setelah kejadian yang menimpa Kim Sihun, kepala sekolah melarang semua orang yang ada di sekolah itu untuk meletakkan pot di lantai dua dan tiga. Peringatan tersebut tentu saja dimaksudkan agar tidak ada kejadian serupa lagi yang terjadi di sekolah itu.
***
“Siapa kamu sebenarnya dan apa tujuanmu datang ke sekolah ini?”
Jaemin menatap sinis gadis yang duduk tepat di belakang bangkunya. Gadis itu hanya melihat sejenak ke arah Jaemin, kemudian mengeluarkan ponselnya. Ia memainkan ponselnya tanpa memedulikan rasa penasaran yang menggebu-gebu dari laki-laki yang ada di sampingnya itu.
Kesal karena tidak ditanggapi dengan serius, laki-laki itu menarik ponsel gadis yang hingga kini belum ia ketahui namanya itu. Gadis yang diambil ponselnya itu hanya melirik malas pada Jaemin, lalu meletakkan tangan dan kepalanya di atas mejanya dan tertidur. Tindakannya tentu saja membuat laki-laki itu geram.
Seisi kelas juga penasaran dengan sosok gadis yang tampak serba tahu tentang permasalahan yang sedang mereka alami. Bahkan ia mungkin tahu pelaku di balik teror yang terus menghantui kelas mereka, hanya saja gadis itu tidak kunjung ingin membuka mulutnya.
Jaemin kesal bukan main, ia mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi ke udara hendak membantingnya.
“Kalau kamu membuat ponselku lecet barang sedikit saja, akan kupastikan kamu benar-benar menyesalinya. Aku tahu kamu tidak bodoh untuk sekedar mencoba bermain-main denganku.”
Gadis itu membuka kedua matanya, menatap laki-laki yang sudah dalam posisi ingin membanting ponselnya saat ini. Ia memandang laki-laki itu dengan pandangan meremehkan.
“Aku tahu kamu sudah menaruh sedikit kecurigaan di dalam pikiranmu tentangku, walau itu tidak sepenuhnya benar.”
Setelah berkata demikian, gadis itu memejamkan kedua matanya kembali dengan tenang. Seperti yang ia duga, Jaemin benar-benar ragu untuk membanting ponsel miliknya, sekalipun laki-laki itu bisa membeli ponsel yang sama persis bahkan lebih mahal dari yang dimiliki oleh gadis itu saat ini.
“Kamu benar-benar tidak ingin membantu kami?”
Gadis itu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh laki-laki itu. Jaemin menarik rambutnya frustasi begitu melihat jawaban dari laki-laki itu.
“Lantas mengapa kamu memasuki kelas ini? Hanya karena iseng? Benar-benar terlalu.”
Jaemin meletakkan ponsel gadis itu di atas mejanya, lalu melangkah ke luar kelas. Ia benar-benar kesal setengah mati dengan anak bari di kelasnya itu. Di sisi lain ia juga semakin frustasi karena korban tidak berhenti berjatuhan. Ia takut kalau gilirannya akan tiba sebentar lagi untuk menjadi korban berikutnya.
***
Gadis itu membuka mata, menatap punggung Jaemin yang menjauh, lalu keluar dari kelas. Entah ke mana laki-laki itu akan pergi. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari pintu kelas, setelah punggung Jaemin sudah tidak terlihat. Ia menatap lurus ke depan kelas.
“Bukankah ini yang kamu inginkan?” tanyanya.
“Aku hanya ingin menonton. Aku tidak tertarik untuk terlibat dalam aksi balas dendammu.”
Teman-teman sekelasnya hanya menatap takut-takut pada gadis yang sedang berbicara tanpa ada siapa pun di sekitarnya itu. Mereka sudah menduga sejak awal bahwa gadis itu bukanlah manusia biasa seperti mereka, tetapi mereka tetap saja merasa terkejut saat melihatnya secara langsung.
Di sisi lain sedikit rasa lega sebenarnya berhembus di antara penghuni kelas itu. Setidaknya ada di antara mereka yang tahu akar permasalahan dari kutukan mengerikan yang menimpa kelas itu. Mereka hanya tinggal memikirkan bagaimana cara untuk membuat gadis itu membuka mulutnya yang terus terkunci rapat sejak hari pertama gadis itu tiba di kelas itu sampai sekarang. Bahkan seorang Na Jaemin pun tampaknya tidak mampu untuk membujuk gadis itu untuk membuka mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
MasWan
sepertinya gadis ini mempunyai indra ke 6
2023-06-22
0