Chapter 3

Mark menatap buku usang dengan sampul hitam yang sempat direbut oleh Jaemin dari tangannya. Ia penasaran dengan buku itu, apalagi buku itu sempat membuat Jaemin seperti kesetanan. Laki-laki itu bahkan sekarang seperti tanpa jiwa, ia hanya menatap kosong ke depan kelas, pikirannya entah ada di mana saat ini.

Laki-laki itu perlahan membuka buku usang itu untuk mengetahui alasan dibalik tingkah aneh temannya itu. Ia mengerutkan keningnya begitu ia membuka lembar demi lembar yang ada di dalam buku itu. Isi buku itu bersih tanpa noda, hanya sedikit usang saja.

Iseng, laki-laki itu meraih pena yang ada di saku seragamnya. Ia ingin mencoret-coret buku itu.

Laki-laki itu mulai menorehkan tinta penanya pada lembaran pertama buku itu. Ia menulis berbagai umpatan dengan huruf yang berukuran cukup besar sambil tersenyum lebar.

Kedua matanya melotot saat tinta yang telah ia torehkan di dalam buku itu perlahan memudar, lalu menghilang seakan-akan tidak pernah ada coretan sedikit pun di sana. Laki-laki itu membolak-balik lembaran yang baru saja ia coret, tapi tidak ada apa-apa di sana. Lembaran itu benar-benar bersih tanpa noda.

Mark kembali menorehkan tinta penanya ke lembaran lain di dalam buku itu dan hal yang sama kembali terjadi. Laki-laki itu takjub dengan buku yang ada di dalam genggamannya itu.

“Wahh, anjir! Ajaib juga buku ini.”

Laki-laki itu menuju Jeno dan Chenle yang tengah memakan kuaci. Ia memamerkan buku aneh itu kepada mereka berdua. Tentu saja, hal itu disambut oleh tatapan takjub dan tak percaya yang diberikan oleh kedua temannya itu, seakan-akan baru saja melihat keajaiban.

Tidak lama kemudian buku itu memunculkan tulisan dengan sendirinya. Mark, Jeno dan Chenle benar-benar terkejut dibuat buku itu. Mark bahkan sampai menjerit ketakutan dan melempar buku itu ke belakang kelas.

Death Note

1.      Mark Lee

Anak-anak di kelas memberikan tatapan penasaran pada Mark yang baru saja berteriak sambil melempar sebuah buku ke belakang kelas. Suasana kelas tiba-tiba menjadi hening setelah Mark berteriak.

Teriakan Mark seolah-olah mengembalikan kesadaran Jaemin. Laki-laki itu melangkah ke belakang kelas, lalu memungut buku itu. Ia membuka sampul buku itu dan terkejut dengan tulisan yang ada di lembaran pertama buku itu.

Ia menatap ke arah Mark yang saat ini sedang waswas dengan sekitarnya. Jaemin tahu bahwa yang tertulis di dalam buku itu benar-benar seperti kutukan, seakan-akan ada yang sedang mengutuk orang-orang di dalam kelasnya. Mungkin baru Mark yang tertulis di sana, tapi siapa yang tahu siapa nama selanjutnya yang akan tertulis di sana selain Mark?

***

Orang-orang di kelas mulai menatap penasaran ke arah Mark semenjak insiden tadi pagi. Laki-laki itu bahkan berkeringat dingin dan bersikap awas dengan sekitarnya. Tulisan ‘Death Note’ di dalam buku itu tidak bisa ia sepelekan, apalagi ia tahu benar bahwa buku itu bukan buku biasa.

Laki-laki itu telah merobek lembaran yang berisi namanya itu, tapi sebanyak apa pun ia merobeknya, buku itu seolah-olah memulihkan dirinya kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan nama laki-laki itu masih tertera di halaman pertama buku itu.

Jaemin telah menceritakan kejadian yang ia alami sebelum anak-anak datang ke dalam kelas tadi pagi. Tentang laki-laki itu yang berusaha menyingkirkan buku itu dari dalam kelas, mulai dari membuangnya ke dalam tempat sampah sampai membakarnya, tapi semua gagal, seolah-olah buku itu tidak akan pernah bisa disingkirkan.

Mark benar-benar ketakutan saat ini. Laki-laki itu bahkan tidak ingin mengonsumsi apa pun selama ia masih berada di dalam lingkungan sekolah. Laki-laki itu bahkan enggan meninggalkan ruang kelas, seolah-olah kelas merupakan tempat teraman baginya saat ini.

PRANGG!!!

“AHHHH!!!”

Anak-anak perempuan di dalam kelas menjerit ketakutan sambil melihat ke arah Mark, setelah sebuah batu yang cukup pipih baru saja menembus kaca jendela kelas dan tertancap di mata laki-laki itu. Bola mata laki-laki itu pecah, laki-laki itu bahkan langsung jatuh ke lantai kelas dengan salah satu matanya yang terus mengeluarkan darah setelah dihantam oleh batu yang kini menancap di sana.

Semua orang yang ada di dalam kelas itu menatap ngeri ke arah Mark. Sebelah mata laki-laki itu masih terbuka dengan sangat lebar, membuat orang-orang di sana bergidik ngeri melihat penampilannya saat ini.

Tidak sedikit anak-anak yang berlari ke luar kelas saat melihat tubuh Mark yang kini terbujur kaku di atas lantai kelas. Tindakan anak-anak itu membuat anak-anak dari kelas lain datang ke kelas mereka dengan penuh rasa penasaran, ingin tahu apa yang telah terjadi di dalam kelas itu.

Para guru datang setelah melihat kerumunan anak-anak di depan kelas Mark. Tidak ada yang berani mendekati tubuh laki-laki yang terbaring di lantai kelas dengan sebelah mata yang terus mengeluarkan darah sejak tadi sampai para guru tiba. Tidak jauh berbeda dengan reaksi anak-anak murid yang telah melihat keadaan Mark, para guru pun terkejut dan bergidik ngeri melihat penampilan anak muridnya yang mungkin sudah meninggal itu.

Salah seorang guru maju memeriksa keadaan Mark, lalu menggeleng. Tapi tak urung mereka membawa tubuh laki-laki itu ke rumah sakit terdekat.

Na Jaemin, Jeno, Chenle, dan teman-teman sekelas mereka berlari mencari buku dengan sampul hitam pekat yang sebelumnya dilempar oleh Mark ke belakang kelas. Tapi buku itu sudah tidak ada di sana. Buku itu hilang entah ke mana, seolah-olah hanya datang sekedar memberi kabar buruk bagi mereka yang ada di dalam kelas itu.

Tidak sedikit dari mereka yang masih berpikir itu hanyalah sebuah kebetulan. Tapi tidak sedikit juga yang berpikir bahwa itu akibat nama Mark telah tertulis dalam catatan kematian di dalam buku itu, seolah-olah Mark telah dikutuk.

Na Jaemin segera menutup pintu kelas dan mengusir anak-anak dari kelas lain yang masih bertengger di koridor kelas mereka. Ia bahkan mengancam setiap orang yang masih ada di sana akan dikeluarkan jika tidak mematuhi perintah dari laki-laki itu.

“Sampai semuanya jelas, tidak boleh ada yang menyebarkan tentang buku itu keluar dari kelas ini.”

“Gila aja! Terus kamu mau tunggu sampai nama kami ada di dalam buku itu seperti Mark?”

“Ini mungkin cuma kebetulan, guys. Masa kalian percaya sama yang namanya ‘death note’, sih?”

“Terus kamu bisa jelasin kenapa bukunya tiba-tiba hilang?”

Kelas mulai bising karena dilanda kepanikan setelah kejadian yang menimpa Mark dan hilangnya buku usang bersampul hitam itu. Tidak sedikit yang takut akan menjadi korban selanjutnya setelah Mark.

“Aku bakalan cari tahu apa yang terjadi sebenarnya dan di mana buku itu. Kalau sampai aku tahu di antara kalian ada yang sudah ngerencanain ini semua sampai bikin teman aku mati, aku yang bakalan bunuh kalian,” ancam Jaemin dengan tatapan penuh kemarahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!