Gelang

Alina menatap sekelilingnya untuk mencari apa pun yang mungkin bisa membantu citra dan Damian. Namun sayangnya ia tak menemukan apa pun.

"Gea, gimana ini?" tanya Alina. Gea yang tidak bisa melihat apa yang di lihat Alina. Ia juga ikut panik. Apalagi saat suasana mencekam semakin kuat. Angin di sertai badai bertiup begitu kencang hingga menerbangkan tirai-tirai jendela.

Tanpa pikir panjang, Alina langsung menghalangi sosok menyeramkan itu menyerap damian dan Citra. Ia berdiri tepat di di depan sosok itu.

AHHHHHHHHH PANAS!!!

Sosok itu tiba-tiba saja berteriak kepanasan saat ia mencoba menghirup jiwa Alina. Gelang yang ada di tangannya tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya. Alina langsung melongo kaget menyaksikan gelangnya bercahaya. Tapi ia bersyukur setidaknya ia bisa membantu Damian dan Citra.

Sosok itu tiba-tiba saja menghilang setelah berteriak kepanasan.

"Kalian gak papa?" tanya Alina.

Gak papa, tapi kenapa kamu bisa_ ucapan citra terhenti saat Damian memotongnya.

Sepertinya karna gelang di tangan kamu itu!

Alina langsung meraba gelang di tangannya. Ini adalah gelang yang di berikan orang tuanya kepadanya semenjak ia masih kecil. Alina ingat betul jika ibunya selalu mewanti-wanti dirinya untuk tidak pernah melepaskan gelang itu. Dan gelang itu juga di berikan kepada Aini adik Alina. Tapi sampai sekarang Alina tidak tau apa maksud dari orang tuanya yang selalu meminta Alina memakai gelang itu. Dan melarang keras Alina untuk melepaskannya.

"Gelang ini pemberian orang tua ku! tapi gimana mungkin?" ujar Alina tak percaya.

"Kayaknya gelang kamu udah di mantera sama seseorang buat ngelindungin kamu!" ujar Gea tiba-tiba.

"Dari mana kamu tau?"

"Jelas banget, gelang itu udah lindungin kamu!"

Alina langsung terdiam dan menatap lekat pada gelangnya. Sekarang Alina paham kenapa orang tuanya melarang keras Alina melepaskan gelangnya. Ternyata gelang itu berguna untuk melindungi Alina sendiri.

"Jadi ini alasannya ibu sama ayah gak bolehin aku lepas gelang ini!" gumam Alina.

***

Siang harinya Alina yang merasa lapar. Ia mengambil beberapa bahan masakan dan memasaknya. Usai memasak Alina langsung menyantapnya. Ia memakan makanannya di depan kaca jendela.

Saat ia sedang asyik menyantap makanannya. Alina tak sengaja melihat mbak Tika yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia terlihat buru-buru. Dan pakaiannya juga terlihat sangat mencurigakan. Mbak Tika menggunakan Hoodie yang menutup kepalanya. Ia juga mengenakan kaca mata dan masker.

"Aneh banget! mau kemana mbak Tika dengan pakaian seperti itu?" pikir Alina.

Terlihat mbak tika menaiki motornya. Dan pergi. Karena penasaran Alina mengambil kunci kosnya dan ikut membututi mbak Tika. Beruntungnya tepat di depan kos Alina langsung mendapatkan ojek.

"Ikutin motor itu pak!"

"Baik neng!"

Mbak tika berhenti di sebuah perumahan. Dari luar perumahan itu terlihat kosong. Mbak Tika memasuki rumah itu dengan mengendap-endap seperti maling.

"Mbak Tika mencurigakan banget" gumam alina. Setelah membayar ojek Alina ikut masuk dengan hati-hati.

"Mana bayaran nya!" ujar seseorang laki-laki.

"Ini, jangan ganggu saya lagi!" balas mbak Tika.

"Kita lihat aja nanti!"

"Saya udah bayar full ya! jangan macam-macam kamu!"

"Saya juga udah lakuin tugas saya dengan baik. Bahkan tanpa jejak sedikit pun. Harga ngilangin nyawa orang gak sebanding dengan uang ini!"

"Tapi perjanjiannya hanya segitu di awal!"

"Itu bukan urusan saya! yang saya tau saya butuh uang dan kamu harus memberikannya!"

"Sialan!"

"Bye"

Laki-laki itu pergi dan meninggalkan mbak Tika sendiri di dalam perumahan kosong itu.

"Sial! dia malah manfaatin aku!" decak mbak Tika kesal. Tak lama mbak Tika juga ikut meninggalkan perumahan kosong itu dan mengendarai motornya.

Disisi lain, Alina yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia menatap nanar mbak Tika yang sudah mulai menjauh dari perumahan itu.

"Ngilangin nyawa!" gumam Alina tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jadi Mbak Tika membayar orang untuk menghilangkan nyawa seseorang. Tapi siapa? apa mungkin itu adalah citra?

***

Alina kembali ke kosnya. Di depan kos ia kembali bertemu dengan mbak Tika. Sepertinya ia juga baru kembali. Dari mana Alina sendiri juga tidak tau.

"Mbak Tika, habis dari mana?" tanya Alina.

"Ngurusin kerjaan, Alina kamu dari mana?"

"Jalan-jalan aja mbak, cari angin!"

"Oh iya"

Disisi lain, mata Alina malah terfokus pada kaca jendela kamar citra. Di sana ia melihat Bu Gita tengah menatap sebuah foto. Alina dapat menyimpulkan jika foto itu adalah citra. Putri satu-satunya Bu Gita.

"Kasihan ya Bu Gita!" lirih Alina. Mbak Tika juga ikut melihat arah pandang Alina.

"Iya"

"Dia pasti kesepian selama anaknya gak ada!"

"Iya Bu Gita kehilangan banget"

"Gak habis pikir aku sama pembunuh yang udah bunuh anaknya! tega banget ya!" gumam Alina tanpa sadar.

"Maksud kamu? bukannya citra meninggal bunuh diri" mbak Tika terlihat kaget dengan ucapan Alina.

"Iya, aku tau dia meninggal bunuh diri. Tapi di balik itu pasti ada yang udah ngejatuhin mentalnya sampai citra mutusin buat bunuh diri!" balas Alina menatap lekat pada mata mbak Tika. Alina ingin memastikan apa kah semua ucapan yang keluar dari mulut mbak Tika adalah benar atau kebohongan saja.

"Iya, orangnya tega banget" balas mbak Tika. Mbak Tika langsung menundukkan kepalanya. Seperti enggan lama-lama bertatapan dengan Alina.

"Aku yakin sekarang! kalau mbak Tika pembunuhnya! aku janji bakalan dapatin buktinya!" batin Alina.

***

Alina terus saja mondar mandir di depan Gea. Gea yang melihatnya ikut pusing karena Alina sudah seperti setrikaan mondar-mandir terus.

"Duh Alina, kamu diam deh! pusing aku liat kamu mondar mandir dari tadi!" ujar Gea.

"Gea, aku tuh lagi mikir gimana caranya buat buktiin kalau mbak Tika adalah pembunuh citra!" Alina beralih duduk di samping Gea.

"Kamu tau dari mana? gak baik negatif thinking sama orang!"

"Tadi siang aku buntutin mbak Tika ketemu sama orang! orang itu bilang kalau dia udah ngilangin nyawa dan mbak Tika yang udah bayar dia!"

"Seriusan?"

"Emang muka aku ada tampang bercandanya?" ketus Alina.

"Ya enggak sih"

"Pokoknya kamu harus bantuin aku buat selidiki mbak Tika?"

"Aku banget nih?"

"Kamu gak mau?"

"Bukan gak mau sih, tapi serem gak sih berurusan sama pembunuh" ujar Gea membayangkan kejadian menyeramkan yang akan menimpanya.

"Yaudah kalau gak mau aku selidiki sendiri" balas Alina.

"Eh gak deh, aku bantuin kok" Gea bukan sahabat yang akan membiarkan sahabatnya terlibat masalah sendiri. Walaupun ia penakut tapi ia akan selalu berusaha membantu apa yang bisa ia bantu.

Jangan lupa like dan comen..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!