Vino menatap Alina serius. Ia tak ingin meninggalkan Alina sendiri di kota ini. Tapi ia harus kembali ke kampung untuk beberapa hari. Karena ayahnya sedang sakit dan ia meminta vino untuk pulang.
"Aku besok balik ke kampung" ujarnya.
"Loh kenapa? bukannya kontrak kerja kamu satu tahun?" tanya Alina. Kabar itu terlalu mendadak untuk Alina.
"Iya, tapi ayah aku sakit Alina. Ayah minta aku pulang!"
Alina mengerti kekhawatiran vino pada ayahnya. Alina juga tidak punya hak untuk meminta vino tetap disini.
"Kerjaan kamu gimana?"
"Aku udah minta izin, di kasih izin 2 hari" balas vino.
"Jadi dalam dua hari kamu bakalan balik ke sini lagi?"
"Iya"
"Yaudah salam ya buat ayah kamu" ujar Alina.
"Pasti aku sampein"
"Gea, titip Alina ya!" ujar vino.
"Pasti" balas Gea mengacungkan jempol.
"Kalau gitu aku pamit ya" ujar Vino.
Setelah Vino pergi. Entah kenapa Alina merasa sedih. Ia seperti merasa kehilangan sesuatu yang bahkan belum ia miliki.
"Kamu suka ya sama vino?" tanya Gea menyenggol lengan Alina.
"Apaan sih!"
"Ngaku aja, keliatan tuh di muka kamu"
"Emang iya?"
"Nah kan?" kekeh Gea.
"Gea kamu usil deh" balas Alina malu, ia langsung berlari menuju kamarnya.
***
Malam harinya tepat tengah malam. Alina dan Gea masih terjaga. Mereka sengaja tidak tidur. Mereka ingin mendengar suara tangisan itu lagi. Hal itu karena mereka masih penasaran, siapa sebenarnya sosok itu.
Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Tapi suara tangisan itu tidak juga terdengar. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa suara itu tiba-tiba saja menghilang. Terakhir kali yang Alina ingat hanya tulisan di cermin dan kotak musik.
"Tumben banget suara tangisannya gak ada?" ujar Alina.
"Iya, padahal udah di tungguin loh" balas Gea.
"Mana udah ngantuk lagi" timpal Gea.
"Iya, aku juga ngantuk"
Alina dan gea yang sudah menunggu cukup lama. Mereka akhirnya merebahkan diri sembari menunggu suara tangisan itu. Namun, tanpa sadar mereka malah terlelap.
Suara langkah kaki membuat Alina terbangun. Ia langsung membuka matanya. Alina melihat jam yang menunjukkan pukul 2 pagi. Alina melirik ke sampingnya, ia melihat Gea yang masih pulas tertidur.
"Suara langkah kaki siapa jam segini?" pikir Alina. Ia berjalan menuju jendela untuk mengintip. Alina melihat seorang gadis yang tengah mengenakan gaun putih Tengah berjalan di lorong kos.
"Itu siapa?"
Alina membuka pintu kamarnya. Tanpa sadar langkah kakinya membawa Alina mengikuti gadis bergaun putih itu.
Gadis itu berhenti tepat di depan sebuah kamar. Reflek Alina juga berhenti, tapi matanya masih terus memperhatikan gerak gerik gadis itu.
Suara melodi musik terdengar. Suaranya berasal dari gadis itu. Alina seperti familiar dengan suara musiknya. Gadis itu berbalik menatap pada Alina, Alina langsung fokus pada sesuatu di tangan gadis itu. Itu adalah kotak musik yang ia temukan di laci kamarnya.
"Kotak musik itu" gumam Alina.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Alina. Wajahnya sangat cantik. Tapi sepertinya Alina pernah melihat wajah gadis itu sebelumnya.
"Alina, ini aku citra. Tolong aku" ujarnya menatap sayu pada Alina.
"Bagaimana aku menolong kamu?" balas Alina.
Hiks...
Hiks...
Hiks...
Tiba-tiba saja suara tangisannya menggema di sepanjang lorong. Semakin lama suaranya semakin nyaring terdengar. Alina menutup kedua telinganya.
"Berhenti!!" teriak Alina.
"Berhenti!!!"
"Alina! bangun!"
Alina langsung membuka matanya. Ia melihat sekitar, ternyata ia berada di kamarnya. Kejadian itu hanyalah mimpi. Tapi kenapa rasanya sangatlah nyata.
"Kamu kenapa? mimpi buruk?" tanya Gea.
"Iya" balas Alina.
"Mimpi apa?"
"Aku mimpi ketemu sama citra, dia minta tolong sama aku"
"Citra, siapa dia?"
"Sosok yang nangis tengah malam itu"
"Jadi namanya citra?"
"Iya"
"Trus dia bilang apa lagi?"
"Dia cuma minta tolong, aku gak tau gimana cara nolongnya. Dia gak bilang apa-apa sama aku, cuma tolong aja"
"Aneh banget" balas Gea.
Drtttttt
Alina meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas.
"Halo" ujar Alina.
"Alina, kamu gak papa?" tanya vino.
"Iya gak papa, kenapa?"
"Suara kamu kayak ketakutan gitu"
"Ah gak Vin gak papa kok, tadi aku cuma abis mimpi buruk"
"Oh aku kira kenapa, Oh ya Alina aku berangkat ya! Kamu jaga diri disini! kalau ada apa-apa hubungin aku, aku bakalan langsung ke sini"
"Iya, kamu hati-hati ya"
Panggilannya berakhir, Alina menaruh ponselnya kembali.
"Udah jam berapa?" tanya alina.
"Setengah 10"
"Kita ngambil barang-barang kamu kapan?"
"Jam sepuluh" balas Gea.
"Yaudah, aku mandi dulu"
***
Sore harinya Alina dan Gea baru saja kembali ke kos. Setelah membereskan semua barang-barang Gea di kos lamanya. Alina dan Gea langsung kembali ke kos.
Bu Gita mengantarkan Gea menuju kamar barunya. Beruntungnya Alina dan Gea di tempatkan oleh Bu Gita berdampingan kamar. Jadi sekarang mereka bisa di bilang tetanggaan.
"Gea, ini kuncinya"
"Makasih ya Bu"
"Sama-sama, semoga betah ya"
"Iya Bu"
Bu Gita pergi, Alina dan Gea langsung memasuki kamar dan membereskannya agar mereka bisa beristirahat.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Alina dan Gea baru saja selesai membereskan kamar dan menata semua barang Gea.
"Ah akhirnya selesai juga" lega Gea. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
"Capek banget" keluh Alina. Ia ikut merebahkan diri di samping Gea.
"Makasih ya Alina udah bantu aku"
"Sama-sama"
"Enak banget ya tidur" ujar Alina memejamkan matanya.
"Iya" balas Alina ikut memejamkan matanya.
Brukkk
Suara pintu terbanting membuat Alina dan Gea langsung terlonjak kaget. Mereka yang hampir saja terlelap langsung bangun karena kencangnya suara pintu.
"Astaga apa itu?" ujar Gea.
"Suara pintu ke hempas" balas alina.
"Kok bisa sih?"
"Angin kali" ujar Alina berusaha berfikir positif.
"Gak mungkin Alina, orang gak ada angin sama sekali" balas Gea.
"Kita cek aja!" ajak Alina. Ia bangkit dan menuju pintu. Dan Gea ia mengikuti dari belakang.
"Ada apaan?" tanya Gea.
"Gak ada apa-apa"
Wushhhh
Alina hendak balik, namun angin kencang tiba-tiba berhembus. Hingga menerbangkan tirai-tirai jendela.
Hiks..
Hiks..
Hiks..
Suara tangisan itu terdengar di tengah kencangnya angin.
"Suara tangisan lagi! padahal belum tengah malam!" ujar Alina.
"Iya, sebenarnya sosok itu mau apa sih? kenapa dia ganggu kita terus. Kalau memang dia mau kita tolong, kenapa dia gak ngasih kita petunjuk sama sekali?"
"Aku juga bingung" balas Alina.
"Sekarang kita harus apa?"
"Aku gak tau" balas Alina.
Hiks...
Hiks...
Hiks...
Buka mata batin kamu Alina
Buka mata batin kamu Alina
Buka Alina...
Alina terdiam mendengar perintah sosok itu. Ia bingung kenapa ia di suruh membuka mata batinnya. Setaunya ia tidak punya mata batin. Dan bagaimana caranya Alina membuka mata batinnya jika ia sendiri tidak punya mata batin.
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Minartie
mata hati kali bukan mata batin/Angry//Angry//Angry//Angry/
2024-12-28
0