Tengah Malam

Alina menaruh mangkok mienya di atas meja. Ia beranjak mengintip di balik jendela. Namun yang ia lihat hanya lorong kos yang sunyi dan hanya ada penerangan lampu.

"Gak ada apa-apa" lirih Alina. Ia kembali menutup kain jendela.

Hiks...

Hiks...

Hiks...

Langkah Alina langsung terhenti ketika tangisan itu terdengar lagi. Tapi sekarang tangisan itu terasa begitu dekat dengannya. Alina kembali membalikkan badan dan mengintip di balik jendela.

"AHHH" Alina langsung terpekik saat melihat seseorang lewat di depan jendelanya.

Alina kembali memastikan penglihatannya. Ia kembali mengintip, namun sudah tidak ada apa-apa di luar.

"Gak aku pasti lagi halusinasi! Ayo Alina kamu butuh tidur!" ujarnya meyakinkan dirinya sendiri.

Alina langsung menuju tempat tidur dan menutupi dirinya dengan selimut. Di dalam selimut Alina berusaha menutup rapat telinga dan matanya. Ia tak ingin melihat atau pun mendengar apa pun saat ini.

Hiks...

Hiks...

Hiks...

***

Paginya Alina terbangun karena ketukan di pintu kamarnya. Alina yang masih mengantuk berjalan dengan sempoyongan menuju pintu.

Ceklek

"AHHHHH" Alina kembali berteriak saat melihat sosok menyeramkan di depannya. Sosok gadis dengan rambut menutupi seluruh wajahnya.

"Heyy, Alina kamu kenapa? ini aku Mbak Tika" ujar mbak tika.

Alina kembali mengucek matanya dan benar saja yang ada di depannya itu adalah mbak Tika.

"Ah maaf mbak, kayaknya aku lagi halusinasi deh" balas Alina tidak enak hati.

"Kamu mimpi buruk ya?"

"Hm iya" angguk Alina, karena tidak mungkin ia menceritakan kejadian tengah malam itu pada mbak Tika. Yang ada mbak Tika akan menertawakan kekonyolannya itu.

"Wajar sih, mbak dulu juga kayak gitu. Sering mimpi buruk, sama kalau tengah malam mbak suka dengar orang nangis gitu. Makanya mbak kalau tidur itu, mbak usahain sebelum tengah malam" ujar mbak Tika.

"Orang nangis?"

"Iya, kamu gak denger? Semua penghuni disini pindah gara-gara tangisan itu" bisik mbak Tika.

"Yang bener mbak?"

"Iya, katanya sih dulu disini ada yang bunuh diri. Jadi arwahnya gentayangan"

"Masa sih mbak?"

"Iya, udah ya. Mbak cuma mau nganterin makanan ini buat kamu. Di makan ya! Mbak pergi dulu, takut telat mbak kerja" kekeh mbak Tika.

"Iya mbak makasih ya"

Mbak Tika pergi dengan motornya. Alina kembali menutup pintu dan meletakkan makanan yang di berikan mbak Tika di atas meja. Ia beralih duduk di tepi ranjang. Tangisan tengah malam itu kembali teringat di kepalanya. Sosok misterius yang lewat di depan jendelanya. Dan cerita mbak Tika tentang orang yang bunuh diri. Apa semua itu ada kaitannya? Dan apa hal itu benar-benar terjadi? atau hanya rumor tanpa kejelasan saja?

Tak ingin terlalu memikirkan sesuatu yang belum jelas. Alina mengambil handuknya dan mandi. Alina menghidupkan keran air. Alina langsung melotot kaget melihat yang keluar dari keran bukanlah air melainkan darah.

"Ahhh" Alina langsung membekap mulutnya tak percaya. Ia bahkan reflek mundur ke belakang hingga punggungnya menyentuh tembok.

"Kenapa bisa keluar darah?" gumamnya.

Alina langsung mematikan keran airnya. Dan menghidupkannya kembali. Guna memastikan apakah ia sedang berhalusinasi atau tidak.

Alina bernafas lega ketika melihat air yang keluar. Bukan lagi darah.

"Kayaknya aku halusinasi lagi deh. Pasti gara-gara dengar cerita mbak Tika, jadi parno sendiri"

Alina menggantungkan handuknya dan mandi. Selesai mandi Alina langsung mencicipi makanan yang di berikan mbak Tika.

"Enak" gumamnya mencicipi sayur asem buatan mbak Tika. Kemudian ia beralih mencicipi makanan lainnya.

***

Pukul 12 siang Alina sedang bersiap untuk pergi ke kampus untuk mendaftar ulang. Ia sudah mempersiapkan semua barang-barangnya. Kampusnya tidak jauh dari kos Alina. Hanya butuh 10 menit jika ia berjalan kaki.

Alina mengambil tasnya dan mengunci pintu. Di depan kos ia bertemu dengan Bu Gita yang sedang menyapu dedaunan yang jatuh.

"Siang Bu" sapa Alina.

"Mau kemana Alina?"

"Ke kampus Bu, mau daftar ulang"

"Ohh iya-iya" balas Bu Gita manggut-manggut.

"Kalau gitu Alina jalan dulu ya Bu"

"Iya"

Melihat Alina pergi, Bu Gita terus saja menatapnya hingga Alina menghilang dari penglihatannya.

Sampai di kampus, Alina langsung menuju sekretariat untuk menyerahkan semua persyaratan daftar ulangnya. Setelah lama antri dengan mahasiswa lainnya. Akhirnya giliran Alina tiba.

Semua urusan daftar ulangnya sudah selesai. Alina memutuskan untuk berkeliling dan melihat-lihat kampus terlebih dahulu. Alina cukup takjub dan kagum dengan kemegahan kampusnya itu. Suasana kampus yang tidak terlalu monoton dengan adanya pohon-pohon dan bangku-bangku untuk bersantai. Tentu saja akan membuat semua mahasiswa di sini betah berlama-lama di kampus.

Bug

Alina kaget dengan seseorang yang menabraknya. Ia langsung mengulurkan tangan membantu gadis yang sudah duduk di lantai karena tak sengaja menabraknya.

"Kamu gak papa?"

"Gak papa kok" balasnya menerima bantuan Alina.

"Lagi buru-buru ya?"

"Iya nih, aku mau cari toilet tapi gak ketemu"

"Mau aku bantu?" tawar Alina.

"Bentar"

Alina melihat sekelilingnya. Mencari seseorang yang mungkin dapat ia tanyai. Alina langsung menghampiri seorang senior perempuan yang sedang asyik membaca buku di bawah pohon.

Tak lama Alina kembali kepada gadis yang tak sengaja menabraknya.

"Toiletnya di sana!" ujar Alina.

"Makasih ya"

Gadis itu langsung berlari menuju arah yang di tunjukan Alina. Alina yang juga merasa kebelet pipis ia juga menyusul.

"Loh kok kamu disini?"

"Iya, kebelet juga" balasnya.

"Ohh"

"Oh ya kita belum kenalan? aku Alina!"

"Aku Gea"

"Senior disini ya?" terka Alina.

"Sejak kapan senior disini gak tau di mana toilet" kekehnya.

"Iya juga ya, kamu mahasiswa baru?"

"Iya"

"Kalau gitu kita sama, aku juga mahasiswa baru"

"Bagus deh, seenggaknya aku dapat temen baru" kekehnya.

"Jurusan apa?"

"Manajemen"

"Udah fiks kita jodoh" ujar Gea dengan raut wajah yang sangat bahagia.

"Kamu juga?" Gea menganggukkan kepalanya cepat.

***

Alina baru kembali ke kos magrib. Tadi setelah berkenalan dengan Gea mereka menghabiskan waktu bersama berbincang seputar mimpi mereka yang ingin jadi seorang pebisnis. Dan ternyata Alina dan Gea sangat cocok. Bahkan bisa bilang sefrekuensi. Karna banyaknya kesamaan di antara mereka.

Alina melemparkan tasnya ke atas kasur. Dan lalu merebahkan dirinya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Tapi ia juga senang karna punya teman baru hari ini.

Alinaaaa...

Alinaaaaa...

Alina kembali terdiam mendengar suara memanggilnya. Ia langsung duduk dan mendengarkannya dengan seksama. Namun suara itu menghilang. Alina berharap jika itu hanya halusinasi nya saja. Tapi apa mungkin Alina berhalusinasi terus menerus. Apalagi itu hanya terjadi saat Alina berada di kos.

"Ada yang gak beres! Apa bener ucapan mbak Tika!" gumam Alina.

Jangan lupa like, comen dan vote...

Terpopuler

Comments

Minartie

Minartie

wouw asyik lanjut thor

2024-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!