Warung

Alina dan Gea terbangun dari tidur mereka. Badan mereka terasa sangat lelah dan pegal saat bangun.

"Aku mau mandi dulu" ujar Alina. Badannya sudah terasa sangat lengket.

"Iya" angguk Gea sembari menguap. Alina pergi ke kamar mandi. Sementara itu, Gea ia melanjutkan tidurnya. Matanya sangat mengantuk. Kejadian semalam membuat tidurnya sangat tidak karuan. Mereka bahkan tidur pukul 4 subuh dan bangun pukul 8 pagi.

Kalau tidak ada mata kuliah hari ini. Mungkin mereka akan tetap melanjutkan tidurnya.

Alina keluar dari kamar mandi dan mendapati Gea yang masih tertidur.

"Gea! bangun!" ujar Alina membangunkannya.

"Hm iya" balas Gea. Ia bangkit dan duduk di tepi ranjang. Tapi masih dalam kondisi mata terpejam.

"Matanya buka dulu! nanti nabrak loh" kekeh Alina.

"Ngantuk banget Alina" ujarnya.

"Mandi dulu biar gak ngantuk! bentar lagi kelas kita masuk nih!"

"Iya-iya"

Gea berjalan menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan. Hingga saat ia membuka pintu kamar mandi.

"AHHHHH" Gea langsung berteriak kembali mendapati sosok semalam di dalam kamar mandi.

"Kenapa Gea?" tanya Alina yang langsung menyusulnya ke kamar mandi.

"Itu" tunjuk alina sembari menutup matanya pada kamar mandi.

"Apa? gak ada apa-apa" balas Alina.

Gea membuka matanya perlahan. Alina benar tidak ada apa-apa di dalam kamar mandi.

"Emangnya kamu liat apa?" tanya Alina.

"Sosok perempuan semalam" balasnya. Alina tersenyum pada Gea. Sepertinya Gea masih ketakutan dengan sosok semalam.

"Udah gak ada apa-apa. Sana mandi! aku tunggu sini!" ujar Alina. Ia mengerti jika Gea takut jika di tinggal sendiri.

"Makasih ya Alina". Alina mengangguk sembari tersenyum pada Gea.

***

Pukul 12 siang Alina kembali ke kosnya. Setelah perkuliahan dari pagi sampai siang. Cukup menguras tenaganya. Dan Gea ia sudah kembali ke kosnya. Sepertinya Gea tidak akan berani lagi datang atau pun berkunjung ke kos Alina.

Sampai di kos, Alina melihat Bu Gita yang sedang menyiram tanaman. Alina menghampirinya. Sekaligus ia ingin mencari tau sesuatu tentang sosok itu.

"Siang Bu" sapa Alina. Bu Gita yang awalnya menyiram tanaman. Ia langsung berhenti dan tersenyum pada Alina.

"Siang Alina, ada apa ya?" tanya Bu Gita.

"Gak ada apa-apa Bu, senang aja liat ibu asyik banget nyiram tanamannya" kekeh Alina.

"Iya" balas Bu Gita.

"Oh ya Bu, Alina boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Ibu cuma punya satu putri?"

"Kenapa kamu nanya begitu?" tanya Bu Gita.

"Gak papa Bu, soalnya saya gak pernah lihat anak ibu. Makanya saya tanya, terakhir ibu juga bilang kalau foto yang saya temuin itu putri ibu yang sudah meninggal"

"Iya, putri saya cuma satu. Dan dia malah pergi ninggalin saya"

"Kalau boleh tau anak ibu kenapa bisa meninggal?"

"Hm maaf saya gak bisa kasih tau kamu soal itu" balas Bu Gita. Entah kenapa ekspresi wajah Bu Gita langsung berubah saat Alina bertanya penyebab kematian putrinya.

"Maaf Bu, kalau pertanyaan saya membuat ibu tidak nyaman"

"Tidak masalah, tapi tolong jangan di bahas lagi ya!"

"Baik Bu, saya permisi"

Alina pamit, ia menuju kamarnya. Tanpa ia sadari Bu Gita menatap sinis kepadanya.

"Anak itu harus aku awasi!" Batin Bu Gita.

***

Alina baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya hari ini. Ia melirik jam ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Alina merasa perutnya lapar. Ia menuju dapur untuk memasak sesuatu. Tapi sayangnya stok bahan-bahan masaknya tidak ada. Persediaan mie instannya juga habis.

"Abis lagi! beli di warung aja deh" Alina mengambil dompetnya dan mengunci pintu. Ia mencari warung di sekitar kos nya. Namun sudah cukup jauh ia berjalan. Warung yang di carinya juga tak dapat ia temukan.

"Apa disini gak ada warung ya? aneh banget!" gumam Alina.

Alina terus berjalan, hingga ia sampai di sebuah warung yang hanya satu-satunya di sekitar kosnya itu. Dan jaraknya pun lumayan jauh dari kos Alina.

"Permisi Bu" ujar alina.

"Iya nak, mau beli apa?"

Alina mengambil semua bahan-bahan masak yang akan ia gunakan. Ia juga membeli beberapa persediaan seperti mie instan dan telur.

"Berapa Bu?" tanya Alina.

"120 ribu nak"

"Nih Bu" Alina membayarnya dengan uang pas. Mengetahui jarak warung dan kosnya sangatlah jauh Alina harus menyediakan persediaan yang ekstra agar tak terlalu sering berbelanja.

"Bu, saya boleh tanya sesuatu?"

"Apa nak?"

"Kenapa di daerah ini yang buka warung cuma ibu?"

"Oh itu karena mereka takut nak"

"Takut kenapa Bu?" tanya Alina.

"Iya, mereka takut buka warung di sini. Gak bisa buka lama! soalnya kalau di sekitar sini abis magrib mereka suka denger orang nangis" jelas ibunya.

"Trus kenapa ibu buka warung disini?"

"Saya bukanya gak lama nak, sebelum magrib biasanya saya udah tutup"

"Oh gitu, tapi ibu tau suara orang nangis itu asalnya dari mana?"

"Dari rumah putih di ujung sana nak!"

Deg

Alina langsung tertegun dengan ucapan ibu penjaga warung itu. Rumah putih yang di maksud ibu itu adalah kos nya. Karena di daerah sini rumah dengan cat putih hanyalah kos Alina yang tak lain adalah rumah Bu Gita.

"Kenapa nak? kok kaget gitu?"

"Maksud ibu rumahnya Bu Gita?"

"Nah iya, dengar-dengar yang nangis itu anaknya Bu Gita, yang meninggal karena bunuh diri"

"Yang bener Bu?"

"Iya, tapi kenapa kamu tau Bu Gita?"

"Saya kos di rumah putih itu Bu" balas Alina.

"Ya Allah nak, saran saya sebaiknya kamu segera tinggalin tempat itu nak!"

"Iya Bu makasih sarannya. Saya pamit!"

Alina kembali berjalan kaki kembali ke kosnya. Alina bingung, bagaimana ia bisa pindah dari sana. Sedangkan ia tau sendiri kondisi ekonomi keluarganya sedang merosot. Ia tak ingin membuat beban orang tuanya dengan pindah ke kos lain yang belum tentu mampu di bayar orang tuanya.

"Aku harus gimana sekarang?" pikir Alina.

***

Sampai di kos, Alina langsung merapikan belanjaannya. Ia menata semua belanjaannya dengan rapih. Setelah selesai ia memasak makanan untuk makan malam.

Tak butuh waktu lama bagi Alina untuk memasak seporsi makanan untuk dirinya. Badannya yang terasa lengket. Alina langsung mengambil handuknya dan mandi.

Alina...

Alina...

Baru saja Alina akan mengambil gayung. Suara memanggil namanya kembali terdengar. Alina harus apa sekarang? suara itu terus saja mengganggunya.

Alina melanjutkan mengguyur tubuhnya. Dan berusaha mengabaikan suara yang memanggil namanya.

Selesai mandi Alina lanjut dengan makan masakannya. Ia sedikit membuka jendelanya agar bisa melihat suasana di luar.

"Sepi banget" gumam Alina sembari menyuap makanan ke mulutnya.

Jangan lupa like dan Comen...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!