Beberapa kosan yang sudah di tawarkan platform itu sudah di datangi oleh Alina dan Vino. Yang sebelumnya tidak ada yang cocok untuk Vino. Kondisinya mencari kosan yang sangat mendadak. Membuatnya tidak punya persiapan sedikit pun. Sehingga ia harus mencari kos-kosan dengan fasilitas yang lengkap agar ia tidak repot nantinya.
Sekarang Alina dan Vino berada di depan sebuah kos-kosan dua lantai. Dari depan Vino sepertinya tertarik dengan kosan itu. Vino langsung mencari pemilik dari kos-kosan itu. Dan ternyata pemilik kosan itu adalah seorang pria yang berusia 40 tahunan. Ia dengan ramah menjelaskan satu persatu fasilitas yang di sediakan kos-kosan miliknya. Mulai dari dapur yang tersedia untuk bersama, kamar yang bersih sudah tersedia kasur dan lemarinya. Serta kamar mandi yang tidak terlalu besar namun cukup besar. Yang terpenting bagi Vino adalah air nya yang bersih.
"Jadi gimana? apa sudah cocok dengan kos-kosan nya?" tanya bapak kos. Yang bisa saja di panggil dengan pak Tama.
"Saya suka dan cocok dengan tempatnya pak. Kalau gitu saya ambil kamar ini ya pak!"
"Baik, ini kunci kamarnya. Semoga betah ya"
"Tentu pak"
Pak Tama pergi dan meninggalkan Alina dan Vino. Akhirnya setelah setengah hari mencari kos-kosan vino mendapatkan kos yang ia inginkan.
"Udah malam. Aku antar kamu balik ya" ujar vino.
"Hm iya"
Kos-kosan vino dan Alina tidak lah jauh jika di tempuh dengan mobil. Namun jika berjalan kaki akan membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk sampai di kos satu sama lainnya.
***
Tepat di depan kos Alina, vino menghentikan mobilnya.
"Makasih ya udah bantu aku cari kos" ujar vino.
"Sama-sama"
"Aku pulang dulu, nanti kalau ada apa-apa hubungin aku!"
"Iya"
Vino mengemudikan mobilnya meninggalkan kos Alina. Alina melambaikan tangannya saat Vino pergi. Setelah mobil Vino hilang dari pandangan matanya. Alina langsung memasuki kos nya.
Kos yang di huninya itu. Hanya terdiri satu lantai. Dan hanya terdiri atas 10 kamar berderetan membentuk huruf U. Sementara Rumah ibu Gita yang merupakan pemilik kos terletak tepat di sebelah kos itu.
Suasana kos yang sepi membuat Alina sedikit menggedikkan bahunya ngeri. Bagaimana tidak, di antara sepuluh kamar yang ada. Yang di tempati hanya 3 kamar. Itu berarti masih tersisa 7 kamar yang kosong.
Tak ingin semakin berfikir negatif. Alina langsung memasuki kamarnya. Badannya terasa lelah dan lengket hari ini. Alina belum membereskan barang-barangnya. Dengan tenaga yang masih tersisa. Ia mengambil kopernya dan barang-barang lainnya. Ia menaruhnya di atas kasur. Meski kamarnya sudah terlihat bersih. Tapi Alina tetap membersihkan ulang semuanya.
Alina mengambil sapu umum yang terletak di luar. Dan masuk kembali untuk menyapu kamarnya. Setelah selesai Alina kembali meletakkan sapunya di luar.
Namun, saat ia membuka pintu kamarnya. Ia dikejutkan dengan sebuah foto yang terletak tepat di ambang pintu.
"Foto apa ini?" ujar Alina sembari memungutinya. Di foto itu ada seorang gadis yang cantik. Wajahnya sangat anggun. Tapi yang membuat Alina bingung foto siapa ini?
"Alina!"
"Ah_eh ibu Gita" ujar Alina sedikit kaget dengan kedatangan Bu Gita yang tiba-tiba sekali.
"Apa yang kamu pegang?"
"Ah ini Bu, tadi saya Nemu foto ini depan pintu"
"Boleh saya lihat?"
"Iya ibu, ini!" Alina memberikan foto itu pada Bu Gita.
"Ah foto ini" ujarnya.
"Ibu tau foto itu punya siapa?" tanya Alina.
"Ini foto putri saya"
"Ibu punya putri?"
"Iya, tapi dia sudah lama meninggal" balasnya, raut wajahnya berubah sedih.
"Maaf bu, saya gak tau"
"Gak papa, fotonya saya bawa ya!"
"Iya Bu, silakan"
Bu Gita pergi dengan membawa foto itu. Alina baru tau jika Bu Gita ternyata punya seorang putri. Tapi kenapa Alina merasa jika Bu Gita dan gadis di foto itu tidak ada kemiripan sama sekali.
"Tapi kenapa gak mirip sama Bu Gita ya? apa mungkin mirip bapaknya?" pikir Alina.
Alina langsung meletakkan sapunya dan kembali ke kamar. Ia menata bajunya di atas lemari. Dan menyusun barang-barang lainnya yang ia bawa.
Selesai dengan pekerjaannya. Alina merasa sangat lelah. Ia merebahkan dirinya di kasur.
Wushhhhh
Sekelibat bayangan putih lewat di jendela kamarnya. Alina langsung bangkit dari tidurnya.
"Itu apa?"
Perlahan kaki Alina berjalan menuju jendela. Ia mencoba mengintip namun ia tak mendapati apa-apa di luar.
"Apa aku salah lihat?"
Alina langsung menutup jendelanya rapat-rapat dan berbalik.
"AHHHHHH" Alina langsung terpekik saat melihat sesuatu yang sangat menyeramkan tepat di depan matanya. Reflek ia menutup wajahnya dengan tangan karena ketakutan.
"Mbakkk" ketokan di pintu kamar membuat Alina perlahan membuka matanya. Ia mencoba melihat kembali ke sekitarnya. Memastikan apakah yang ia lihat itu benar atau tidak.
"Apa aku kecapean ya, jadi halusinasi gini" gumam Alina.
"Mbak, mbak gak papa?" suara itu kembali terdengar oleh alina.
Alina bergegas membuka pintu.
"Iya?"
"Maaf mbak, tadi saya denger mbak teriak. Saya pikir mbak kenapa-kenapa" ujarnya. Seorang gadis yang mungkin lebih tua darinya berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang khawatir.
"Gak papa mbak, tadi ada kecoak di kamar saya" balas Alina.
"Syukur deh kalau mbak gak kenapa-kenapa"
"Kamu penghuni baru ya?" tanyanya.
"Iya" balas Alina.
"Kenalin aku Tika"
"Aku Alina"
"Oke mbak Alina, aku tinggal di kamar itu tepat di depan kamar kamu!" ujar Tika.
"Alina aja mbak"
"Oh ya Alina" kekehnya.
"Kalau gak ada apa-apa lagi, aku tinggal ya! capek soalnya baru balik kerja" ujar mbak Tika.
"Iya mbak"
Setelah kepergian mbak Tika. Alina kembali memasuki kamarnya. Sekarang ia mengambil handuk untuk mandi. Badannya terasa sangat lengket. Apalagi setelah ia selesai membereskan barang-barangnya.
Alina mengambil gayung dan membasahi badannya dengan air.
"Alinaa"
"Alinaa"
Alina langsung terdiam mendengar suara yang samar-samar di telinganya.
"Gak mungkin, aku pasti halusinasi" batin Alina.
Alina melanjutkan mandinya dan tak menghiraukan suara yang ia dengar. Ia yakin jika ia sedang berhalusinasi karena kecapean dengan aktivitas nya hari ini.
Selesai mandi Alina merasakan perutnya lapar. Ingin keluar untuk membeli makanan tapi malam sudah terlalu larut. Akhirnya Alina mengambil mie instan yang ia bawa dari kampung dan memasaknya.
Alina menghirup bau mie instan yang menggugah seleranya. Karena sudah sangat lapar Alina langsung memakannya. Baru beberapa kali suapan, pendengaran Alina kembali terganggu dengan suara-suara aneh. Tapi kali ini bukan suara memanggil namanya. Tapi suara Tangisan.
Hiks...
Hiks...
Hiks...
Alina melirik jam di ponselnya. Tepat jam 12 malam.
"Siapa yang nangis tengah malam gini?" pikirnya.
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Minartie
hiii sereeem
2024-12-28
0