Di tengah-tengah perkuliahan Alina masih saja tidak bisa fokus. Ia masih bingung dengan semua hal yang terjadi. Jika bekas luka ada di mbak Tika. Dan kenapa kalungnya ada pada Bu Gita. Dan mana mungkin Bu Gita membunuh anaknya sendiri. Alina dilema dengan persoalan yang sedang di hadapinya.
"Alina!"
Alina tersentak saat namanya di panggil oleh dosen yang mengajar.
"Iya pak"
"Coba kamu ulangi perkataan saya!"
Alina tak tau harus mengulangi apa? karna sedari tadi ia memang tidak mendengarkan ucapan dosennya.
"Ma_maaf pak" ujar Alina.
"Keluar!"
"Tapi pak"
"Kamu dengar saya ngomong kan? keluar!"
"Iya pak"
***
Alina terus menggerutu kesal. Gara-gara terus memikirkan siapa pembunuh citra ia harus di usir dari kelas.
"Ngeselin!!" pekiknya tanpa sadar hingga orang-orang yang ada di kantin menoleh ke arahnya.
"Maaf" ujar Alina, ia merasa tidak enak karna sudah mengganggu ketenangan orang lain dengan masalahnya.
Alina membayar makanannya dan langsung pergi. Ia sudah sangat malu tetap berada di kantin. Mungkin saja orang-orang disana menganggapnya sebagai orang yang tidak waras.
"Aku kemana ya?" pikir Alina.
Alina teringat jika kampusnya mempunyai sebuah perpustakaan yang belum pernah ia kunjungi.
"Ke perpus aja kali ya?" gumam Alina.
Alina bertanya pada seniornya di sana di mana letak perpustakaan. Setelah mengetahui tempatnya Alina segera ke sana.
Awal masuk perpustakaan nya terlihat sama seperti perpustakaan pada umumnya. Alina mulai mencari beberapa buku yang akan ia baca. Hari ini ia bertekad akan menghabiskan waktunya hingga sore di sini.
***
Sebelum pulang Alina mampir sebentar untuk belanja di warung. Kebetulan persediaan masaknya sedang habis. Selepas belanja alina hendak pulang. Namun, ia gak sengaja melihat seseorang yang di kenalnya.
"Itu mbak Tika kan? sedang apa mbak Tika di sana?" gumam Alina. Karena penasaran Alina langsung menghampirinya.
"Mbak Tika!" panggil Alina.
"Eh Alina sedang apa kamu disini?" balas mbak Tika.
"Habis belanja mbak, mbak Tika ngapain berhenti disini?"
"Ini motor mbak mogok, gak tau kenapa? padahal bensinnya masih ada. Mana bengkel jauh lagi" keluh mbak Tika.
"Kalau gitu dorong ke kos aja mbak, nanti tinggal minta orang bengkel nya datang" saran Alina.
"Ah iya, kamu bener. Kenapa mbak gak kepikiran ya" kekeh mbak Tika.
"Iya mbak, sini aku bantu dorong!"
"Makasih ya Alina"
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan karena mendorong motor. Akhirnya Alina dan mbak Tika sampai di kos.
"Ah capek banget" keluh mbak Tika.
"Kamu capek gak Alina?" tanya mbak Tika.
"Lumayan mbak, yaudah kalau gitu Alina ke kamar ya"
"Makasih ya udah bantu mbak"
Alina mengangguk dan hendak balik ke kamarnya. Namun, kakinya tidak sengaja menginjak batu hingga ia hampir terjatuh. Untung saja mbak Tika menganggapnya.
"Hati-hati Alina!" ujar mbak Tika memegangi Alina.
Saat tangan mbak Tika memegangnya. Alina melihat sebuah bayangan. Di mana di sana ia melihat mbak Tika sedang menyembunyikan sebuah pisau di dalam kotak. Lalu ia menyimpannya di dalam lemari baju miliknya.
"Pisau!" lirih Alina.
"Pisau?" tanya mbak Tika kelihatan bingung.
"Ah maksud aku batu mbak, aku gak sengaja nginjak batu" ujar Alina. Ia mengelus pergelangan kakinya yang terasa sakit. Mungkin ia harus pergi mengurutnya nanti.
"Untung aja mbak bisa nangkap kamu, kalau gak udah encok pinggang kamu" kekeh mbak Tika.
"Iya mbak, aku ke kamar dulu ya"
"Hati-hati" ujar mbak Tika. Ia sepertinya terlihat khawatir dengan Alina yang berjalan sedikit pincang.
Alina duduk di tepi ranjangnya sembari mengurut kakinya pelan. Kemudian ia kembali teringat dengan bayangan yang ia lihat saat mbak Tika tidak sengaja memegang tangannya.
"Kenapa mbak Tika nyimpan pisau ya, dan dari caranya kayaknya pisau itu penting banget" pikir alina.
***
Sejak sore kaki Alina masih belum bisa berjalan seperti biasa. Ia juga sudah memberitahu vino untuk mengantarkan nya mencari tukang urut. Vino yang mendengarnya ia langsung menuju kos Alina untuk mengantarkannya.
Vino mengabari Alina jika ia sudah sampai di depan kos. Alina segera mengambil tasnya dan menutup pintu. Dengan langkah yang masih terpincang-pincang Alina berjalan pelan menuju vino.
Vino yang melihat Alina kesulitan. Ia langsung membantunya.
"Kenapa bisa gini sih?" tanya Vino.
"Gak sengaja nginjak batu"
"Makanya hati-hati Alina! udah berapa kali di bilangin jangan ceroboh"
"Kecelakaan vino, lagian siapa sih yang mau dan sengaja bikin kakinya sendiri pincang" sewot Alina. Vino terkekeh dengan balasan Alina. Alina memang terlihat menggemaskan saat ia marah.
Vino membantu Alina memasuki mobil. Tadi sebelum ia menjemput Alina. Ia sudah mencari tukang urut yang akan mereka datangi. Dan kebetulan sekali jaraknya tidak terlalu jauh.
"Ini tempatnya?" tanya Alina.
"Iya"
"Kenapa suasananya gak enak ya?"
"Gak enak gimana?"
"Seram" balas Alina menciut. Sedangkan Vino ia malah terkekeh.
"Kamu takut?"
"Gak siapa yang takut, aku cuma bilang seram" bantah Alina.
"Iya juga sih, mana mungkin seorang Alina takut. Alina kan pemberani!" ledek Vino.
"Tuh tau" balas Alina dengan bangganya.
Dengan bantuan Vino Alina masuk ke dalam rumah milik tukang urut.
"Misi" ujar vino.
"Silakan masuk!" terdengar sahutan dari dalam. Dari suaranya sepertinya adalah seorang perempuan yang sudah tua.
Vino dan Alina memasuki rumah itu. Dan langsung di hadapkan dengan seorang nenek tua yang sedang mengunyah sirih.
"Mau urut ya?" tanya nenek itu.
"Iya, kaki saya keseleo kayaknya nek" balas Alina. Ia sudah duduk di atas tikar yang telah di gelar. Begitu juga vino yang masih setia mendampinginya.
"Boleh saya lihat?" Alina mengangguk dan sedikit mengulurkan kakinya pada nenek.
Nenek mulai meraba kaki Alina dengan minyak. Alina sendiri tidak tau minyak apa itu. Tapi baunya sangat menyengat.
"Tahan ya!" pinta nenek.
"Iya nek"
Krakkkk
"AHHHHH" Alina langsung berteriak kesakitan saat nenek itu mengkretekan kakinya. Dan tanpa sadar ternyata tangan Alina tengah menjambak rambut vino.
"Arghhh" ringis vino menahan sakit karena jambakan Alina.
"Vino kaki aku patah" rengek Alina.
"Coba gerakin kakinya!" pinta nenek.
Alina mengerakkan kakinya, Alina langsung senang saat kakinya tidak terasa sakit lagi.
"Udah sembuh nek" ujar Alina senang.
"Vino liat kaki aku udah sembuh" alina memperlihatkan kakinya pada vino.
"Bagus deh, gak sia-sia aku bawah kamu kesini" balas vino. Ia masih mengelusi kepalanya yang masih terasa sakit.
"Kamu kenapa?"
"Pakai nanya lagi" geleng Vino.
"Kepala kamu sakit?" tanya Alina dengan polosnya.
"Iya, gara-gara kamu Jambak nih"
"Hah? aku Jambak?"
"Iya"
"Aduh vino, maaf! aku gak sengaja" balas Alina.
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments