Kotak musik

Makan di depan jendela memang terasa nikmat. Apalagi saat sore menjelang magrib. Suasananya terasa lebih tenang.

Alina...

Kenapa kamu mengabaikan ku...

Hampir saja alina menyuap suapan terakhirnya. Tapi suara itu kembali terdengar. Suaranya terdengar penuh kesedihan. Alina tidak mengerti kenapa suara itu tidak lagi membuat Alina takut. Melainkan ia merasa iba dengan suara yang terdengar kesepian itu.

Alina menghela nafas kasar. Ia melanjutkan menyuap makanannya.

Alina..

Alina..

Alina..

"Kamu mau apa?" tanya Alina pada akhirnya. Ia cukup terganggu dengan suara yang selalu terdengar di telinganya. Seakan-akan hidupnya tidak bisa tenang.

Tolong aku Alina...

Aku mau pergi...

"Maksud kamu apa? bukannya kamu udah meninggal! seharusnya kamu udah pergi dari dulu!"

Aku belum bisa pergi...

Jiwa ku masih tertahan disini..

"Kenapa? kenapa gitu?"

Tolong cari tubuh ku dan kuburkan dengan layak..

"Maksud kamu apa?" tanya Alina. Ia melihat sekitarnya tapi tak menemukan sosok itu sama sekali.

"Jawab aku? maksud kamu apa?" Tapi tak ada balasan. Sepertinya sosok itu sudah menghilang dari kamar Alina.

Alina bingung, bagaimana caranya ia membantu sosok itu. Jika tak ada satu pun petunjuk yang ia punya.

***

Keesokkan paginya, Alina terbangun dari tidurnya yang pulas. Alina merasa tidurnya sangat lelap semalam. Untuk pertama kalinya tidak ada suara tangisan yang mengganggunya di tengah malam.

Alina langsung menuju kamar mandi. Pagi ini ia ada kuliah pagi dan harus berangkat lebih awal.

Selesai mandi Alina berdiri di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Namun, Alina kaget dengan tulisan yang ada di cerminnya.

Aku Citra

Tolong bantu aku

Tulisan dengan noda darah di cermin itu membuat Alina cukup syok di pagi hari.

"Jadi sosok itu namanya citra" gumam Alina. Ia kembali menatap tulisan di cermin. Namun, tulisannya sudah menghilang. Cermin di depan Alina kembali bersih seperti semula.

Selesai bersiap alina berangkat menuju kampus. Tapi saat ia mengunci pintu tanpa sengaja ia melihat Bu Gita memasuki kamar sudut yang pernah Alina datangi. Dari ekspresi Bu Gita ia sepertinya sedang waspada dan takut ketahuan.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8 Alina harus segera bergegas menuju kampus.

***

Sampai di kampus Alina di sambut oleh Gea. Gea langsung menghampiri Alina dengan raut wajah yang sangat bahagia.

"Alina, aku ada kabar baik" ujarnya.

"Apa?"

"Aku udah ngomong sama orang tua ku, dan mereka ngizinin aku buat ngekos di tempat kamu" ujarnya sangat gembira.

"Emang kamu berani?" tanya Alina. Bukan ingin melarang gea ikut ngekos di tempatnya. Hanya saja melihat Gea yang begitu ketakutan saat melihat sosok itu membuat Alina ragu.

"Gak masalah buat aku, ketemu setan lebih baik dari pada ketemu sama orang-orang toxic" balas Gea.

"Kamu yakin?"

"Iya"

"Yaudah nanti aku bilangin Bu Gita deh"

"Oke, makasih ya"

Di kelas ternyata dosen yang mengajar sudah masuk. Dan Mereka terlambat. Untungnya keterlambatan mereka masih bisa di toleran. Sehingga mereka masih bisa masuk dalam mata kuliah dosen tersebut.

***

Pulang dari kampus, Gea ikut Alina kembali ke kosnya. Hari ini mereka akan bicara pada ibu kos tentang kepindahan Gea ke sana.

"Itu Bu Gita" ujar Alina. Mereka menghampiri Bu Gita yang akan memasuki rumahnya.

"Bu!" panggil Alina.

Bu Gita berbalik dan melirik Alina bersama Gea.

"Ada apa Alina?"

"Ini bu, temen Alina juga mau ngekos disini" ujar Alina.

"Iya Bu" angguk Gea.

"Kapan kamu mau pindah ke sini?" tanya Bu Gita.

"Besok bisa Bu?" balas Gea.

"Tentu, besok kamu sudah bisa pindah ke sini" balas Bu Gita.

"Terimah kasih Bu"

Alina dan gea pamit. Bu Gita langsung memasuki rumahnya. Alina dan Gea juga menuju kamar kosnya. Sebelumnya Gea sudah bilang jika ia akan menginap di kos Alina. Dan ia juga siap dengan konsekuensi yang akan di terimanya. Gea bilang jika ia sudah menyiapkan mental bertemu dengan setan. Lucu memang. Siapa yang akan rela menyiapkan mentalnya bertemu dengan setan.

Alina mengeluarkan beberapa buku dari tasnya. Berhubung sepulang kuliah mereka mendapat tugas dari dosen. Jadi mereka berniat mengerjakannya hari ini.

Namun, saat asyik mengerjakan tugas. Sebuah alunan melodi musik terdengar di telinga Alina.

"Gea kamu denger gak?" tanya Alina.

"Denger apa? gak ada apa-apa" balas Gea tampak bingung dengan pertanyaan Alina.

"Itu loh suara musik! Kamu gak denger?"

"Gak ada suara musik Alina, jangan nakut-nakutin aku deh!"

"Aku gak nakut-nakutin kamu!"

Alina bangkit, ia mendengarkan suara musik itu dengan seksama. Suaranya terdengar dekat di telinga Alina. Alina membuka laci mejanya. Suara musik itu semakin jelas terdengar di sana.

"Ini!" Alina kaget melihat adanya sebuah kotak musik di dalam lacinya. Seingatnya ia tidak punya mainan seperti ini.

Alina langsung mengambilnya. Dan sekelibat bayangan kejadian terlintas di kepalanya. Di bayangannya itu Alina melihat seorang gadis tergantung di tengah-tengah ruangan. Tapi hanya sekilas. Alina langsung tersadar. Ia bahkan tak dapat melihat wajah gadis itu karena wajahnya tertutup oleh rambut.

"Ah" Alina merasa terpental dan reflek mundur ke belakang saat ia tersadar.

"Kenapa Alina?" tanya Gea. Ia langsung menghampiri Alina.

"Ini" ujar Alina memperlihatkan kotak musik yang ia temui di dalam laci.

"Kotak musik, punya kamu?" tanya Gea. Ukuran dan desain kotak musiknya terlihat kuno tapi masih terawat.

"Bukan, aku gak tau ini punya siapa. Dan musik yang aku dengar itu berasal dari kotak musik ini!" ujar alina.

"Apa mungkin ini punya pemilik sebelumnya?"

"Mungkin aja, tapi ada yang aneh Gea!" ujar Alina.

"Aneh kenapa?"

"Tadi waktu aku pegang kotak musik ini, aku kayak liat orang bunuh diri. Dia kayak kegantung gitu di dalam ruangan. Tapi aku gak tau di mana dan siapa dia, wajahnya gak keliatan!"

"Apa mungkin itu sosok yang nangis tengah malam itu?"

Alina terdiam dengan ucapan Gea. Gea ada benarnya. Apa orang yang di lihat Alina itu sama dengan sosok yang mengganggu mereka?

Drttttt

Ponselnya Alina bergetar. Ia meletakkan kotak musik di atas meja. Dan mengambil ponselnya.

"Halo vino, kenapa?" tanya Alina.

"Aku di depan, ada yang mau aku omongin!"

"Iya bentar, aku kesana!"

Alina mengakhiri panggilannya. Ia hendak menuju pintu.

"Mau kemana Alina?" tanya Gea.

"Ke depan, ada temen aku"

"Aku boleh ikut? gak berani sendirian disini"

"Yaudah ayo!"

Alina menghampiri vino yang menunggunya di depan kos. Dan Gea mengikutinya dari belakang.

"Kenapa vin?" tanya Alina.

"Aku mau_" ucapan vino terhenti melihat adanya Gea di belakang Alina.

"Ini siapa?" tanya vino.

"Teman aku, namanya Gea. Gea kenalin ini vino" ujar Alina.

"Gea"

"Vino"

"Jadi kamu mau ngomong apa?" tanya Alina.

Jangan lupa like dan comen...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!