Usai dari tukang urut Alina di antarkan Vino kembali ke kosnya. Tapi sebelum itu mereka mampir membeli makanan terlebih dahulu. Setelahnya baru langsung menuju kos Alina.
Agak jauh dari kos. Vino menghentikan mobilnya
"Kenapa berhenti?" tanya Alina.
"Itu Bu Gita sama pak Tama ngapain?" ujar Vino yang melihat Bu Gita dan pak Tama yang merupakan pemilik kos vino sedang mengobrol.
"Itu pak Tama pemilik kos kamu bukan?" tanya Alina.
"Iya, Bu Gita sama pak Tama saling kenal?"
"Kayaknya sih gitu, dari gestur tubuhnya aja keliatan akrab banget"
Vino hanya manggut-manggut. Dan entah kenapa mereka malah menjadi penonton Bu Gita dan pak Tama. Padahal pembicaraan mereka saja tidak kedengaran oleh keduanya.
Tak lama pak Tama pergi dan Bu Gita masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya mereka tak menyadari adanya Alina dan Vino yang memata-matai mereka dari kejauhan.
"Eh udah masuk tuh" ujar Alina. Vino langsung memajukan mobilnya dan berhenti tepat di depan gerbang kos Alina.
"Bisa jalan sendiri kan? mau di bantuin?" tanya vino.
"Gak usah, makasih ya udah cariin tukang urut" kekeh Alina.
"Sama-sama"
Vino pamit dan pulang ke kosnya. Begitu juga Alina. Ia langsung memasuki kamar kosnya. Malam yang sudah larut membuat Alina sedikit bergidik ngeri saat berjalan menuju kamarnya. Suasananya sangat sepi dan sunyi.
Tepat saat Alina membuka pintu. Alina di kagetkan dengan sebuah bayangan yang hitam yang melintas di depannya.
Alina langsung menghidupkan saklar lampu. Tapi ia tak melihat apa pun di sana.
"Citra! itu kamu?!"
"Citra jangan bercanda dong! gak lucu!"
Entah kenapa Alina merasa jika bayangan hitam yang di lihatnya tadi bukanlah citra. Ia merasakan hawa yang berbeda dengan citra. Hawanya lebih mencekam dan menakutkan.
"Citra!" lirih Alina. Tapi yang di panggilnya tak juga datang.
"Pleaseee jangan iseng!" ujar Alina. Tapi tetap saja citra tidak muncul di hadapannya.
"Kenapa aku ngerasa kalau bayangan itu bukan citra ya" batin Alina.
Alina berusaha tetap tenang dan menepis semua prasangka buruknya. Alina menaruh tasnya. Ia mengganti pakaiannya dan bersiap tidur.
Baru saja Alina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Lampu kamarnya tiba-tiba berkedip-kedip.
"Apa lagi ini?" gumam Alina. Sepertinya sehari saja hidupnya tidak bisa tenang tanpa gangguan.
Sebuah ketokan dari pintu kamarnya membuat Alina semakin panik. Lampu yang tadinya berkedip-kedip mendadak berhenti bersamaan dengan ketokan di pintu.
"Siapa yang ngetuk?"
Semakin Alina mengabaikan ketukannya. Ketukan di pintu malah semakin kencang.
Dengan keberanian yang ia punya. Alina berjalan menuju pintu. Perlahan ia membukanya.
"Alina! lama banget sih bukanya!" Alina dapat bernafas lega. Ternyata yang mengetuk adalah Gea.
"Gea, ngagetin aja!" ujar alina.
"Kamu kenapa? kayak ketakutan gitu?" tanya Gea.
"Masuk dulu, aku ceritain di dalam"
***
Alina mengambil posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Gea. Ia sedikit menarik nafas dan menghembuskannya. Guna merilekskan dirinya sendiri.
"Tadi aku di gangguin" ujar Alina sedikit berbisik.
"Di gangguin gimana?" tanya Gea tak mengerti.
"Tadi waktu aku buka pintu tiba-tiba aja ada bayangan hitam lewat cepat banget"
"Mungkin itu citra atau gak damian"
"Gak Gea, beda! hawanya beda banget sama citra dan Damian. Hawanya lebih mencekam!"
"Maksud kamu ada hantu lain gitu?"
"Mungkin aja gak sih?"
"Ya, bisa aja. Soalnya kan mata batin kamu udah ke buka. Otomatis bakalan banyak arwah yang mau minta bantuan sama kamu" balas gea.
Alina langsung terdiam dengan penuturan Gea. Gea ada benarnya. Mungkin hantu itu datang karna mata batin Alina. Tapi kalau memang hantu itu mau meminta bantuan kenapa ia tidak muncul di hadapan Alina.
"Tapi Gea, kalau memang hantu itu mau minta bantuan kenapa dia ganggu aku bukannya muncul dan bicara secara langsung sama aku?"
"Kalau itu cuma dia yang tau jawabannya! udah ah aku capek mau istirahat!" balas Gea. Ia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur.
Semenjak Gea ngekos di sini. Kadang mereka bisa tidur bareng. Dan terkadang bisa tidur terpisah. Hal itu tergantung mood mereka masing-masing.
***
Paginya Alina bangun. Tapi badannya terasa sangat pegal-pegal. Bahunya juga terasa sangat berat seperti tengah mengangkat beban yang berat.
"Kamu kenapa?" tanya Gea yang baru saja bangun.
"Gak tau nih, bahu aku rasanya berat banget. Mana badan pegal-pegal lagi" keluh Alina.
"Mau di bawah ke tukang urut?"
"Kemaren udah dari sana. Masa mau kesana lagi"
"Kemaren?"
"Iya kemaren kaki aku keseleo gara-gara gak sengaja nginjak batu. Untung ada mbak Tika yang bantuin. Tapi ya, waktu mbak Tika megang aku. Aku ada lihat bayangan kejadian mbak Tika lagi nyimpan pisau di dalam kotak"
"Nyimpan pisau? buat apa?"
"Itu yang jadi tanda tanya nya? tapi dari caranya pisau itu kayak sesuatu yang penting bagi mbak Tika"
"Mungkin warisan leluhurnya atau keluarganya!"
"Hm gak tau sih, yaudah aku mau mandi dulu!" ujar Alina. Ia bangkit dan menuju kamar mandi. Ia berharap setelah mandi badannya akan terasa lebih ringan.
Selesai mandi Alina langsung duduk di tepi ranjang. Rasanya bahu Alina semakin berat saja.
"Gea, bahu aku kenapa berat dan sakit banget ya!" keluh Alina.
"Coba aku lihat" ujar Gea. Ia memeriksa bahu Alina, matanya langsung terbelalak kaget melihat banyak nya bekas memar di bahu Alina.
"Alina, ini kenapa bahu kamu banyak memarnya?"
"Memar?"
"Iya, coba deh lihat di cermin!" pinta Gea.
Alina langsung menuju cermin. Ia berdiri tepat di depan cermin. Dan betapa kagetnya Alina melihat sosok yang menyeramkan tengah bertengger di bahunya.
"AHHHHHH" Alina langsung berteriak histeris melihat sosok yang bertengger di bahunya.
"PERGI!!!"
"PERGI!!!"
"PERGI!!"
"Alina kamu kenapa teriak?" tanya Gea.
"Gea tolong aku! usir dia!" pinta Alina.
"Dia siapa?"
"Sosok yang bertengger di bahu aku!"
"Di bahu kamu ada hantu?" tanya Gea tak percaya.
"IYAA, GEA TOLONG AKU!! PERGI!!!!!" teriak Alina.
Di saat Alina yang histeris dan Gea yang bingung harus membantu bagaimana. Citra dan Damian tiba-tiba muncul.
ALINA! Citra dan damian tampak kaget melihat sosok menyeramkan yang ada di bahu Alina.
Hey, mau apa kamu! pergi! jangan ganggu dia! Sarkas Damian.
Sosok itu berdiri tepat di depan citra dan damian. Ia seperti senang mendapati citra dan damian.
Hantu baru, jiwanya masih segar
Suara sosok itu menggelar di dalam kamar. Alina yang merasa bahunya sudah ringan. Ia langsung berdiri disamping Gea.
AHHHHH sosok itu menghirup jiwa citra dan Damian.
Melihat itu Alina menjadi bingung harus bagaimana untuk membantu mereka.
"Aku harus apa?" pikir Alina panik.
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments