Drtttt...
Alina mengambil ponselnya yang bergetar di dalam tas. Ia melirik nama penelfon yang tak lain adalah Vino. Alina langsung menggeser ikon hijau pada layar ponselnya.
"Halo Vin, kenapa?"
"Aku di depan kos kamu, keluar dulu!"
"Iya, bentar"
Alina menutup telfonnya dan langsung keluar.
"Astaga vino, ngagetin aja" ujar alina mengusap dadanya. Karna Vino tiba-tiba saja ada di depan pintu kamarnya. Padahal tadi ia bilang kalau ia menunggu di depan kos.
"Ada apa?" Tanya Alina.
"Alina!! Sini!!" Alina langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya. Alina kembali di buat syok dengan Vino yang tengah melambai kepadanya dari depan kos.
Alina kembali menatap vino yang ada di depannya. Tapi Tidak ada. Di depannya tidak ada siapa-siapa. Jadi siapa yang berbicara dengannya tadi?
"Alina! ngapain bengong disitu?" teriak Vino.
Masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Alina langsung menghampiri Vino.
"Vin, kamu dari tadi disini?" tanya Alina.
"Iya, kan aku bilang nunggu di depan kos"
"Trus yang depan kamar aku tadi siapa?"
"Depan kamar? gak ada siapa-siapa tuh" balas vino.
"A_a_iya, ka_kamu ngapain ke sini?" tanya Alina gagap.
"Kenapa sih Lin? kenapa kamu pucat gini?"
"A_a_enggak kenapa-kenapa"
"Oh iya, aku kesini mau kasih tau kamu kalau aku bakalan tetap disini selama satu tahun ke depan. Aku di kontrak buat motret dan aku udah tanda tangan" ujar Vino.
"Oh ya, bagus dong" balas Alina. Ia ikut senang dengan keberhasilan Vino.
"Kamu belum makan kan? kita makan di luar yuk!"
"Boleh deh, aku ambil tas dulu ya" Vino mengangguk. Sembari menunggu Alina vino memainkan ponselnya.
Vino..
Vino..
Terdengar suara samar-samar memanggil namanya.
"Alina! jangan iseng deh!" ujar Vino masih asyik memainkan ponselnya.
Vino...
Vino...
Vino berdecak kesal dan langsung menyimpan ponselnya.
"Alina! aku udah bilang jangan iseng!" ujar Vino. Tapi ia tak melihat siapapun di sekitarnya. Padahal tadi suaranya terdengar sangat dekat di belakangnya.
"Vino, ayo! aku udah siap!" ujar Alina.
Vino langsung melirik ke belakangnya. Jika Alina ada di depannya, lalu siapa yang membisikkan namanya dari belakang.
"Loh, bukannya kamu_"
"Kenapa vino?"
"Gak papa, ayo pergi!" ajak Vino. Ia yakin suara tadi hanyalah halusinasinya saja.
***
Pukul 11 malam Vino mengantarkan Alina pulang ke kosnya.
"Langsung tidur!" pinta Vino.
"Siap" kekeh Alina.
"Pulang gih!" pinta Alina.
"Iya, kalau ada apa-apa kabarin!"
"Iya"
Vino pergi dengan mobilnya. Alina langsung memasuki kosnya. Menghabiskan waktu bersama vino dari dulu memang selalu menyenangkan bagi Alina. Ia tak tau sejak kapan ia sangat nyaman berada di samping Vino. Yang Alina tau, jika ada di samping Vino Alina merasa Aman. Sesederhana itu.
Entah kenapa akhir-akhir ini Alina merasa jika tubuhnya sangat mudah lelah. Ia langsung merebahkan diri di kasur.
Baru saja matanya akan terpejam. Alina langsung terbangun karna adanya cairan yang jatuh ke wajahnya.
"Apa ini?" Alina merabah wajahnya dan melihat jarinya.
"Kayak darah" Alina mencoba membaunya. Bau anyir langsung tercium di hidungnya.
"Ini darah, tapi kenapa bisa jatuh dari atas" Alina langsung menatap ke atas langit-langit kamarnya. Tidak ada apa pun di sana. Alina semakin di buat bingung dengan kejadian yang di alaminya.
Suara keran air dari kamar mandi membuat Alina kembali kaget. Setaunya ia tidak menghidupkan keran. Lalu kenapa ada suara keran air dari kamar mandi.
Alina bangkit dan menuju kamar mandi. Ia membuka pintu kamar mandi perlahan. Dan benar saja keran airnya hidup.
"Perasaan aku gak hidupin keran air deh" gumam Alina sembari mematikan keran.
Alina melihat sekeliling kamar mandi mulai dari lantai, dinding bahkan langit-langit kamar mandi. Tapi tak ada apa pun yang mencurigakan.
Hiks...
Hiks...
Hiks...
Alina langsung membeku mendengar suara tangisan itu lagi. Alina langsung berlari mengambil ponselnya untuk mengecek jam. Dan benar saja sudah tengah malam.
"Ah sial, aku lupa lagi!" decak Alina. Seharusnya ia tak lupa dengan perkataan mbak tika jika tangisan itu akan terdengar saat tengah malam. Dan sekarang seharusnya ia sudah tidur.
Hiks...
Hiks...
Hiks...
Suaranya terdengar semakin jelas. Alina mencoba mendengarkan dari mana asal suara itu. Alina berjalan menuju jendela. Dan suara tangisannya semakin jelas.
Ia menyingkap tirai jendela. Tapi tak ada siapapun di sana.
"Sebenarnya itu tangisan siapa?" gumam Alina.
Alina tolong aku...
Tolong aku Alina...
Alina...
Hiks...
Suaranya terdengar semakin jelas. Alina menuju pintu dan mengintip keluar. Ia sebenarnya takut, namun di saat bersamaan ia juga penasaran dengan suara tangisan itu.
"Siapa?"
Alina tolong aku...
Hiks...
Alina terdiam melihat seseorang dengan wajah tertutup rambut berdiri di ujung lorong.
"Kamu siapa?" tanya Alina. Ia berjalan pelan menghampirinya.
Namun, sosok itu juga terus berjalan. Alina yang penasaran ia terus mengikutinya hingga tanpa sadar ia tak lagi melihat sosok perempuan itu.
"Di mana dia?"
Alina menatap sekelilingnya tapi ia tak menemukan sosok perempuan yang di ikutinya itu.
Alina menatap ke depan. Ia berada tepat di depan sebuah kamar yang terletak paling sudut di lorong.
"Kamar ini sepertinya kosong" gumam Alina.
Alina mencoba meraih gagang pintu. Tapi tiba-tiba saja tangannya di cegat.
"Alina! sedang apa kamu disini?" tanya Bu Gita.
"B_bu Gita, ini bu tadi ada perempuan manggil saya! saya ikutin malah hilang" balas Alina.
"Perempuan? gak mungkin lah. Orang-orang udah pada tidur Alina!"
"I_iya juga ya" balas Alina kikuk.
"Lebih baik kamu kembali ke kamar! udah malam" pinta Bu Gita.
"Iya Bu, saya permisi!"
Alina langsung kembali ke kamarnya. Ia menutup pintunya rapat-rapat dan langsung bersembunyi di balik selimut.
Sementara itu, Bu Gita ia masih diam di kamar yang terletak di sudut. Ia melihat kamar itu dengan tatapan yang tak bisa di mengerti.
***
Hari ini Alina sudah mulai kuliah. Ia sudah rapih dan siap untuk berangkat. Alina mengambil tasnya dan mengunci pintu.
"Mbak Tika, aku berangkat ya!" ujar Alina melihat Mbak Tika baru keluar dari kamarnya. Sepertinya ia hendak bekerja.
"Mau kemana Alina?"
"Ke kampus mbak"
"Bareng mbak aja!"
"Gak usah mbak, ngerepotin!"
"Udah gak papa kok"
"Bener nih mbak?"
"Iya"
"Yaudah deh mbak" kekeh Alina.
Mbak Tika mengantarkan Alina menuju kampusnya. Kampus Alina yang juga searah dengan tempat kerja mbak Tika. Jadi Mbak Tika tidak perlu repot-repot untuk bolak balik.
"Makasih ya mbak"
"Sama-sama, mbak berangkat kerja dulu ya"
"Iya mbak hati-hati"
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments