Teman Baik

Sebuah senyuman langsung terurai di wajah mbak Tika saat melihat kotak musik milik citra.

"Kotak musik ini ngingatin mbak sama seseorang" lirihnya. Ia mengembalikan kotak musiknya pada Alina.

"Siapa mbak?" tanya Alina reflek.

"Temen mbak, yaudah mbak tinggal dulu. Mau istirahat!" ujar mbak Tika.

"Iya mbak"

Melihat mbak tika yang sudah memasuki kamarnya. Alina kembali teringat dengan bekas luka di tangan mbak Tika. Citra bilang jika pembunuhnya memiliki bekas luka di pergelangan tangannya. Apa mungkin pembunuh yang di maksud citra itu adalah mbak tika.

"Alina! Kamu kenapa bengong?" tanya Gea.

"Gak, gak papa" balas Alina. Ia tidak boleh berprasangka buruk pada mbak Tika. Toh selama ini mbak Tika sudah baik kepadanya. Dan Alina juga tidak punya bukti yang kuat pada mbak Tika. Bekas luka itu mungkin hanya sebuah kebetulan.

Drtttttt

Ponsel Alina bergetar. Ia tersenyum saat melihat nama di layar ponselnya.

"Halo, vino" ujar Alina.

"Hai Alina, aku udah sampai di kos nih" balas vino.

"Bagus dong, gimana keadaan ayah kamu?"

"Udah membaik, kamu gimana di sini? aman kan?" tanya vino.

"Apa sebaiknya aku cerita sama vino ya" batin Alina.

"Alina, kamu denger aku kan?" tanya vino, karna Alina tak kunjung menjawabnya.

"Ah iya, aku baik kok. Oh ya Vin, kamu besok ada waktu gak? ada yang mau aku obrolin" ujar Alina.

"Besok ya? bisa sih. Tapi agak siangan gak papa? soalnya aku ada pemotretan paginya"

"Iya gak papa kok" balas Alina.

"Yaudah, aku mau istirahat dulu"

"Iya"

Panggilannya berakhir. Alina kembali menyimpan ponselnya. Semoga saja dengan memberitahu Vino semuanya. Vino dapat membantunya menemukan pembunuh citra.

"Alina, tadi aku lihat bekas luka di pergelangan mbak Tika. Apa mungkin dia pembunuhnya?" tanya Gea.

"Kamu lihat juga?"

"Iya" ternyata bukan hanya Alina sendiri yang curiga dengan mbak Tika. Tapi bagaimana cara membuktikannya?

"Tapi kita gak punya bukti kalau memang mbak Tika pelakunya Gea, bisa aja bekas luka itu kebetulan!" ujar Alina.

"Gimana kalau kita tanya citra dulu!"

***

Pukul 10 malam, Alina tengah berdiam diri di kamarnya sembari mendengarkan musik.

Alina!

"Apa?" tanya Alina. Citra yang sudah kebiasaan muncul secara tiba-tiba bukan lagi menjadi hal yang mengagetkan bagi Alina. Bisa di bilang ia sudah terbiasa.

Aku ingat sesuatu!

"Apa?" tanya Alina antusias. Ia bahkan mengubah posisi duduknya menghadap penuh pada citra.

Pembunuh itu, dia memakai kalung dengan liontin berbentuk hati!

"Liontin hati ya? jadi bisa di simpulin kalau pembunuhnya itu adalah seorang perempuan!"

Iya, dia memang seorang perempuan.

"Apa mungkin mbak Tika? tapi masa mbak Tika setega itu?" Batin Alina.

"Oh ya citra, apa kamu kenal mbak Tika?" tanya Alina.

Dia teman baik ku.

"Teman baik?" tanya Alina.

Iya, seperti kamu dan Gea. Dia selalu mendukung ku dalam kondisi terpuruk sekali pun!

"Mustahil sekali kalau pembunuhnya adalah mbak Tika!" batin Alina.

Tapi kenapa kamu nanya itu?

"Bukan apa-apa, hanya ingin tau saja" balas Alina. Ia tak mungkin memberitahu citra jika ia mencurigai mbak Tika.

***

Keesokan paginya, suara ribut-ribut di luar membuat tidurnya terusik. Alina bangkit dan keluar untuk melihat siapa yang sedang ribut.

Di balik tirai jendela Alina melihat Bu Gita dan Mbak Tika sedang berdebat. Alina tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka perdebatkan. Tapi dari ekspresi mereka, itu adalah hal yang serius.

Alina keluar dari kamarnya. Ia menghampiri Bu Gita dan Mbak Tika.

"Ada apa Bu, mbak? kenapa ribut?" tanya Alina.

Mbak Tika dan Bu Gita seketika langsung diam dengan kedatangan Alina.

"Gak ada apa-apa Alina, ibu hanya mengingatkan Tika untuk membayar uang kos tepat waktu!" ujar Bu Gita.

"Iya Alina, maaf ya sudah mengganggu tidur kamu" ujar mbak Tika. Mungkin karena melihat rambut alina yang masih kusut layaknya orang baru bangun tidur.

"Ah iya mbak, Bu. Kalau gitu Alina balik ke kamar dulu" balas Alina. Ia sedikit malu dengan penampilannya yang masih urak-urakan.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Alina segera mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus. Hari ini ia ada kuliah jam 10.

Selsai bersiap alina menghampiri kamar Gea dan mengetok pintunya. Beberapa kali Alina mengetok hingga terdengar sahutan dari Gea.

"Bentar Alina!"

Tak lama Gea keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih untuk pergi ke kampus.

"Alina, nanti aku mau jenguk kakak ku di rumah sakit" ujar gea.

"Kapan?"

"Siang ini, gak papa kan kamu pulang sendiri?" tanya gea.

"Iya gak papa kok. Siang ini aku juga ada janji sama vino" balas Alina

***

Usai kelas, Gea langsung pergi menjenguk kakaknya ke rumah sakit. Dan Alina ia tengah menunggu vino menjemputnya di depan gerbang kampus.

Selang lima menit mobil vino berhenti di depannya. Alina langsung memasuki mobil vino. Siang ini mereka akan pergi ke taman. Karena Alina fikir di sana ia bisa lebih leluasa bercerita kepada vino.

Di tengah-tengah taman, Alina dan Vino duduk di sebuah kursi yang terletak di bawah pohon rindang. Suasananya sangat nyaman dan damai.

"Jadi kamu mau cerita apa?" tanya Vino.

"Setelah kamu denger cerita aku jangan nganggap aku aneh ya?" ujar alina.

"Emang cerita apa? kenapa aku bakalan anggap kamu aneh!" tanya vino.

"Pokoknya janji dulu, baru aku ceritain!"

"Iya aku janji"

Alina mulai menceritakan semuanya pada Vino. Mulai dari tangisan yang menghantuinya semenjak ia berada di kos itu. Suara-suara yang selalu memanggil namanya meminta tolong. Kamar sudut yang di temui Alina. Kotak musik di dalam laci kamarnya. Citra yang merupakan sosok dari suara tangisan itu. Dan citra yang merupakan anak dari Bu Gita pemilik kos. Citra yang meminta alina membuka mata batinnya. Dan sosok Damian yang di temui Alina di kampus dan juga merupakan pacar dari citra. Serta yang meminta bantuan Alina untuk mencari pembunuhnya. Yang hanya di beri petunjuk bekas luka di pergelangan tangan dan juga kalung liontin hati.

"Kenapa kamu baru cerita sekarang?" tanya vino.

"Kamu gak kaget sama cerita aku?" tanya balik alina.

"Gak sama sekali. Sejak awal aku ke kos itu aku udah ngerasa ada yang gak beres. Dan aku juga pernah denger suara manggil nama aku waktu aku nunggu kamu. Awalnya aku pikir itu kamu, tapi ternyata bukan"

"Jadi kamu juga pernah di ganggu sama citra?" tanya alina.

"Iya, jadi sekarang kamu bisa lihat hantu dong?" tanya vino.

"Iya" angguk citra.

Jangan lupa like dan comen...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!