Orang Terdekat

Di tengah-tengah obrolan Alina dan Gea. Citra tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan Alina.

Hey lagi ngobrol apa nih? asyik banget!

"Astaga citra, bisa gak sih kalau muncul itu jangan ngagetin!" celetuk Alina.

"Ada citra?" tanya Gea.

"Iya"

Maaf Citra nyengir kuda seperti tidak bersalah sedikit pun.

Kalian lagi ngobrolin apa sih?

"Bukan apa-apa. Cuman masalah kuliah! oh ya citra aku boleh nanya sesuatu?"

Apa?

"Tapi kamu jangan kesinggung ya?"

Iya tenang aja

"Kalau ternyata orang yang bunuh kamu itu adalah orang terdekat kamu, kamu bakalan sakit hati gak?" tanya Alina. Pertanyaan bodoh itu lolos begitu saja dari mulut Alina. Siapa juga yang tidak akan sakit hati setelah mengetahui pembunuhnya adalah orang terdekatnya sendiri.

Pastinya!

Alina langsung terdiam dengan jawaban Citra. Ia jadi bingung bagaimana caranya memberitahu citra jika ia mencurigai mbak Tika sebagai pembunuh nya.

Memang nya kenapa kamu bertanya seperti itu? apa ada yang kamu curigai?

"Eh gak, aku lagi mikir aja! seandainya orang terdekat kamu yang bunuh kamu, apa yang bakalan kamu lakukan?"

Apa lagi? aku harus ikhlas mungkin udah takdir aku pergi! tapi aku bakalan kesal dan marah kalau sampai ibu aku harus sendirian di dunia ini karena dia!

"Maksud kamu apa?"

Maksud aku, aku ikhlas kalau aku kehilangan nyawa aku. Tapi aku gak rela ninggalin ibu aku sendiri di dunia ini!

"Tapi kamu udah meninggal citra?"

Maka dari itu, dia harus bertanggung jawab untuk ibu aku agar ia tidak kesepian di masa tuanya!

"Jadi intinya hanya agar ibu kamu gak kesepian?"

Iya

"Aku kagum deh sama kamu citra?" ujar Alina tersenyum tulus pada citra. Ternyata anak Bu Gita adalah gadis yang pemaaf. Bahkan ia mau memaafkan pembunuhnya sendiri asal bersedia membuat ibunya tidak kesepian.

Kagum? kenapa?

"Hati kamu baik banget"

Tidak ada gunanya menyimpan dendam alina

***

Pagi-pagi sekali Alina dan Gea sudah mengintip di balik jendela. Hari ini mereka akan mencari bukti tentang keterlibatan mbak Tika dalam pembunuhan citra.

Di lihatnya mbak Tika yang sedang mengunci kamarnya. Dan tak lama ia pergi dengan motornya untuk bekerja.

"Udah pergi! ayo!" ujar Alina memberi arahan pada Gea.

Suasana kos yang sepi membuat mereka tidak kesulitan untuk mengendap-endap menuju kamar mbak Tika. Sampai di depan kamar Alina mengutak-atik gagang pintu yang terkunci.

"Gimana bukanya?" tanya Alina.

"Sini!" Gea maju dan mengambil alih pintu. Ia mengambil jepitan rambutnya dan mencoba membuka kunci.

"Emang bisa pakai itu?"

"Coba dulu, aku pernah nonton film. Mereka buka kunci pakai jepitan rambut keren banget" balas Gea mengingat film yang terakhir kali ia tonton.

"Kirain udah pengalaman! coba-coba aja ternyata" ledek Alina.

"Nah, kan bisa" ujar Gea dengan bangganya.

"Wishhh hebat kamu" puji Alina.

"Gea gitu loh"

Mereka langsung memasuki kamar mbak Tika. Terakhir kali Alina melihat bayangan pisau saat berpegangan dengan mbak Tika. Alina langsung menuju lemari yang ada di penglihatannya. Dan benar saja ia menemukan sebuah kotak di dalam lemari.

Alina langsung mengambilnya dan membukanya. Sebuah pisau yang berbalut kain merah berada di dalamnya.

"Persis banget sama yang aku lihat!" gumam Alina. Alina langsung mengambilnya dan memeriksanya dengan seksama.

Tepat saat Alina memegang pisau tersebut. Bayangan sebuah kejadian kembali terlintas di kepalanya.

Di dalam bayangannya, Alina melihat seorang perempuan yang berlari kerena di kejar oleh seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan juga penutup wajah. Orang itu mengejar perempuan itu dengan pisau yang saat ini di pegang oleh Alina.

"Ahh" Alina kembali tersadar. Ia sedikit ngos-ngosan dengan penglihatannya barusan. Sepertinya saat Alina mulai melihat bayangan masa lalu. Maka energinya akan terkuras.

"Kenapa Alina?" tanya gea.

"Aku lihat orang yang pegang pisau ini lagi ngejar seorang perempuan. Tapi wajah perempuan itu gak kelihatan" terang Alina.

"Apa mungkin itu citra?"

"Belum pasti"

"Yaudah taruh kembali pisaunya! kita cari bukti yang lain!" pinta Gea. Alina langsung menyimpan kembali kotak pisau itu di dalam lemari. Kemudian ia beralih mencari bukti lain yang mungkin akan berguna.

Tepat saat Alina ingin menutup pintu lemari. Matanya langsung tertuju pada Hoodie hitam yang tergantung di lemari mbak Tika. Hoodie itu sama persis dengan Hoodie orang yang memegang pisau di penglihatan Alina.

"Hoodie ini" gumam Alina. Ia menyentuhnya dan Alina kembali melihat sebuah kejadian masa lalu. Di dalam penglihatannya Alina melihat Mbak Tika tengah menggunakan Hoodie yang di pegangnya. Ia juga menggunakan penutup wajah. Lalu Alina melihat mbak Tika mengambil sebuah pisau di dalam lemarinya.

"Ahh" Alina sedikit terpental saat kembali sadar. Melihat kejadian masa lalu dari benda-benda yang ia pegang membuat Alina kehabisan energi.

"Kamu lihat apa?" tanya gea.

"Memang mbak Tika pelakunya, tapi aku belum bisa lihat perempuan itu benar-benar citra atau bukan?"

"Sekarang apa?" tanya Gea.

"Cari bukti lagi! biar aku bisa tau sosok perempuan di bayangan aku itu siapa?"

"Tapi Alina, kamu udah pucat banget. Kayaknya ngeliat kejadian itu menguras energi kamu!"

"Gak papa, aku masih kuat kok!"

"Gak Alina! kita lanjutin besok! aku gak mau liat kamu kayak gini!" ujar Gea tak terbantahkan. Ia langsung membopong Alina keluar dari kamar mbak Tika.

***

Sudah beberapa jam Alina beristirahat tapi tubuhnya juga belum benar-benar pulih. Badannya masih terasa lemah dan lesu. Itu akibat Alina terlalu memaksakan diri menggunakan kemampuannya untuk melihat kilasan masa lalu dari pembunuhan citra.

"Sebaiknya kamu kurangi gunain kemampuan itu!" pinta gea.

"Kalau gak aku gunain aku gak bakalan tau yang sebenarnya gea!"

"Masih banyak cara lain Alina! kalau gini kamu cuma nyakitin diri kamu sendiri"

"Gak ada cara lain gea!"

"Pasti ada Alina!"

Jika Gea sudah keras kepala. Maka di saat itu Alina hanya bisa diam dan patuh. Ia tak bisa mengalahkan Gea jika sifat keras kepalanya itu muncul.

"Makan dulu! aku udah siapin makanan!" ujar Gea.

"Makasih ya!"

Alina kenapa?

Pertanyaan itu muncul dari citra yang baru saja muncul bersama Damian.

"Gak papa santai aja?" balas Alina.

Kamu kelihatan pucat Alina!

"Kamu juga pucat" balas Alina.

Aku udah meninggal Alina! Kamu masih hidup!

Alina terkekeh ketika citra membentaknya. Bukan hanya gea yang mencemaskannya tapi citra juga ikut cemas dengan keadaannya.

"Citra! Alina lagi usaha cari pelaku pembunuhan kamu! sampai dia kehabisan tenaga kayak gini!" ujar Gea dengan keras.

"Gea, apa-apaan sih!" decak Alina kesal.

"Biar dia tau usaha kamu Alina!" balas Gea.

Jangan lupa like dan comen...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!