Ethan dan Jacob telah menyembunyikan mayat werewolf dan membersihkan semua jejak di tempat pertarungan. Setelah menyelesaikan tugas tersebut, mereka kembali ke club malam di mana Bella dan teman-temannya masih berada.
Bella dan teman-temannya tampak mabuk berat dan tidak menyadari apa yang telah terjadi di luar club. Mereka asyik menari dan tertawa, sepertinya sudah lupa dengan situasi berbahaya yang baru saja mereka alami. Ethan hanya duduk menunggu mereka dan ingin segera pulang. Ethan merasa sudah tidak perlu lagi berlama-lama di club malam ini karena sudah cukup dirinya mendapatkan informasi tentang club malam ini.
Ethan yang ingin segera pulang mengurungkan niatnya karena sekarang melihat Bella yang duduk bersandar di kursi sambil memejamkan mata. Shopia dan Daniel ternyata tanpa permisi sudah pulang terlebih dahulu meninggalkan Bella sendirian. Ethan mencoba merawatnya dengan memberikan air putih dan mencoba membuatnya lebih nyaman, Bella masih tampak sangat mabuk dan tidak stabil. Dia duduk di kursi dengan kepala yang terkulai, matanya sayu, dan mulutnya terbuka.
Tiba-tiba, tanpa peringatan apa pun, Bella melompat dari kursi dan memeluk Ethan dengan agresif. Gerakan yang tiba-tiba ini hampir membuat Ethan terjatuh dari kursinya. Bella memeluknya erat, seolah-olah mencari dukungan dan kenyamanan.
"Bella, tenanglah," bisik Ethan dengan lembut, mencoba melepaskan pelukan agresif Bella. Namun, Bella tetap berpegangan erat dan bahkan merangkulnya lebih kuat. Tatapannya yang sayu berubah menjadi tatapan intens, dan dia mulai bicara dengan suara yang terhenti-henti.
"Rudi, aku merindukanmu," desisnya dengan nada yang penuh emosi. "Aku merindukanmu begitu banyak. Jangan tinggalkan aku lagi."
Ethan merasa sangat bingung oleh reaksi Bella yang tiba-tiba ini. Dia tidak tahu bagaimana harus merespons. Terlebih lagi, situasi di klub malam ini sangat tidak cocok untuk berbicara tentang perasaan pribadi.
"Bella, ini bukan waktu yang tepat," ujar Ethan dengan lembut, mencoba melepaskan pelukan Bella lagi. Namun, Bella tidak bergerak dan tetap memeluknya dengan erat.
Ethan berusaha dengan keras untuk menjelaskan kepada Bella bahwa dia bukan Rudi, tetapi usahanya tampaknya sia-sia. Bella yang setengah sadar tetap memeluknya erat dan tampaknya tidak mengerti penjelasannya. Mata Bella yang sayu terus menatap Ethan, dan dia masih memanggilnya dengan nama yang salah.
Ethan merasa semakin bingung. Dia tidak tahu siapa Rudi dan apa hubungannya dengan Bella. Apakah Rudi adalah pacar Bella? Apakah Bella sedang merasa sangat terguncang karena Rudi meninggalkannya? Semua pertanyaan ini muncul dalam pikiran Ethan, tetapi situasinya tidak memungkinkan untuk menggali lebih dalam.
"Jacob, aku pergi dulu. Aku harus mengantar temanku pulang." Ethan berpamitan pada Jacob yang berdiri di pintu keluar sambil memapah Bella. Saat ini, yang terpenting adalah membawa Bella pulang dengan aman. Tidak mungkin sebagai laki-laki Ethan meninggalkan Bella sendirian.
Jacob mengangguk, sementara Ethan mencoba dengan hati-hati untuk membawa Bella yang mabuk kembali ke mobil. Bella tetap memeluk Ethan sepanjang perjalanan, dan kata-kata yang terus dia ucapkan adalah tentang merindukan Rudi.
"Bella, dimana alamat rumah mu? Aku akan mengantar mu pulang." Ethan bertanya pada Bella yang telah dia masukkan ke dalam mobil milik Bella.
"Rudi, aku tidak mau pulang. Aku ingin kamu membawa ku pulang ke rumah mu." Bella menjawab sambil memejamkan mata di sandaran kursi penumpang.
"Aku bukan Rudi. Aku Ethan dan kita baru saja saling mengenal. Aku tidak bisa membawa mu pulang ke rumah ku. Berikan saja alamat rumah mu dan aku akan mengantar mu pulang!" Ethan memakaikan sabuk pengaman Bella dan duduk di kursi pengemudi.
Tidak ada jawaban apa-apa dari Bella, malah terdengar dengkuran halus dari Bella yang telah tertidur pulas. Ethan mencoba mengguncang-guncang tangan Bella agar dapat bangun namun Bella tetap diam saja. Rupanya Bella sudah terlalu mabuk hingga benar-benar sudah tertidur tidak sadarkan diri.
"Ah, sial! Kenapa Bella malah tidak sadarkan diri?" Ethan mengumpat dalam hati. Ethan merasa sangat kerepotan harus mengurusi Bella. Ethan sangat tidak nyaman jika harus membawa Bella pulang. Mereka bukanlah pasangan dan baru bertemu sekali.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya Ethan membawa Bella pulang karena tidak memiliki tempat tujuan lain. Setelah sampai di rumah, Ethan menggendong Bella dan dibaringan di tempat tidur, berusaha menjaga agar dia nyaman. Ethan masih merasa ingin tahu lebih banyak tentang Rudi dan mengapa nama itu begitu berarti bagi Bella, tetapi dia tahu saat ini, itu bukan prioritas dan merupakan urusan pribadi Bella. Ethan tidak ingin ikut campur urusan pribadi orang lain.
Malam itu, ketika Bella akhirnya tertidur dengan tenang, Ethan duduk di ruang tamu. Ethan menyadari bahwa misinya di klub malam telah menjadi lebih rumit. Ethan akhirnya menemukan jaringan werewolf lain yang bermusuhan dengan jaringan Vincent. Ethan pun mengirim pesan ke kesatuannya melaporkan hal ini.
Setelah selesai mengirim pesan lewat ponselnya, Ethan melepas rompi bajunya, meletakkan semua senjatanya di balik almari baju. Ethan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri karena masih ada sedikit sisa darah di tubuh dan bajunya. Malam ini begitu melelahkan bagi Ethan. Perkelahiannya dengan werewolf sangat menguras tenaganya. Efek dari minum darah segar manusia sudah habis karena nutrisinya sudah habis untuk meregenerasi luka di punggungnya.
Ethan duduk santai di sofa untuk melepas lelah sehabis mandi. Tanpa disadari otot tubuhnya sudah mengendur, nafasnya melambat. Ethan tertidur dengan pulas tanpa sempat memakai atasan. Hanya celana pendek saja yang dia kenakan. Irama nafasnya sangat dalam menandakan tubuhnya yang sangat kelelahan.
Cahaya mentari masuk diantara sela-sela gorden jendela apartermen Ethan. Ruang apartemen Ethan yang semula remang-remang menjadi terang. Ethan tiba-tiba terbangun karena rasa sakit yang teramat sangat di kepalanya. Tenggorokannya juga terasa sangat kehausan. Ethan tidak dapat berdiri karena kepalanya yang terasa berputar. Setiap dia mencoba berdiri, dirinya selalu kembali terjatuh.
Ethan tahu ini adalah saat dimana dia membutuhkan suntikan serum untuk mengendalikan perubahan wujudnya menjadi werewolf sempurna. Rasa sakit ini terlalu cepat datang, tidak seperti biasanya. Jadwal dia membutuhkan serum semakin singkat. Ethan merangkak ke tempat obat yang berada di dalam laci di sebelah tempat tidurnya.
'PRAAANG'
Suara vas bunga pecah.
Vas bunga di atas almari kecil di sebelah tempat tidur Ethan terjatuh saat dia mencoba menarik laci di dalam almari. Ethan tidak mempedulikannya dan terus mencoba membuka laci itu yang terasa sulit untuk terbuka.
"AAAAHHH, siapa kamu?" Bella yang tiba-tiba terbangun langsung menjerit mendengar vas bunga di samping tempat tidurnya pecah berantakan. Bella secara reflek langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut pakaian seksi mini dress.
"Bella, jangan berteriak! Aku Ethan yang mengantar mu dari club tadi malam saat kamu mabuk tidak sadarkan diri." Ethan langsung memperkenalkan dirinya pada Bella. Ethan berkata sambil menundukkan wajahnya agar bola matanya yang berubah menjadi keemasan tidak membuat Bella ketakutan. Ethan tidak ingin Bella terus berteriak dan mengundang orang untuk mendatangi apartemen miliknya.
Ethan meneruskan usahanya dalam membuka laci almari tanpa mempedulikan Bella yang sudah tidak berteriak lagi. Ethan tampak sangat kesusahan dalam membukanya.
Bella yang semula mengira Ethan adalah orang yang hendak naik ke tempat tidur dan melecehkannya menatap Ethan dengan keheranan. Tingkah laku Ethan sungguh aneh. Ethan seperti anak kecil yang tidak dapat membuka kunci laci almari.
Kesadaran dan ingatan Bella mulai pulih. Dia mulai mengenali Ethan yang menemaninya di dalam club malam. Bella turun dari tempat tidur dan berdiri menghampiri Ethan dari belakang.
"Ethan, kuncinya dibuka dahulu!" Bella membungkukkan badan di belakang Ethan yang sedang berjongkok untuk membuka kunci laci yang masih berada di lubangnya.
Leher Bella mendekat di hidung Ethan. Detak jantung Ethan berdetak lebih kencang. Aroma darah segar dan tonjolan pembuluh darah di leher Bella tercium dengan kuat di hidung Ethan yang sangat peka. Ethan merasakan gigi taring di dalam mulutnya bergerak memanjang dengan perlahan.
Baru saja selesai Bella membantu Ethan dalam membuka kunci, Ethan langsung menepis tangan Bella. "Jangan mendekat! Jangan dekat-dekat dengan ku!" Ethan mendongak ke atas sambil membelalakan matanya pada Bella yang sedang membungkukkan badan.
"Ethan kamu kenapa?" Bella langsung melompat ke belakang karena kaget dengan hardikan Ethan. Bella sekilas melihat mata Ethan yang sudah berubah keemasan, kuku jari Ethan yang menjadi panjang menghitam dan hidung Ethan yang mengeluarkan darah. Bella sedikit takut namun juga penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Ethan.
Ethan diam saja tidak menggubris Bella. Ethan dengan cepat mengikat lengan kirinya dengan tali yang ada di dalam laci. Ethan segera mengambil jarum suntik dan menyuntikkan serum ke dalam pembuluh darah di lengannya. Ethan dengan perlahan dan meringis kesakitan membuka ikatan tali kain di lengannya. Serum mulai menjalar melalui pembuluh darah.
Ethan pun terkapar di lantai tidak kuat manahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Kali ini Ethan merasa tubuhnya menolak serum yang dia suntikkan. Darah Ethan terasa mendidih di dalam pembuluh darah. Rasa sakit di kepalanya malah semakin menjadi. Hidung Ethan terus mengeluarkan darah dan Ethan tidak sadarkan diri tergeletak tidak berdaya di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Redmi Gray
🐺🐺🐺
2023-10-12
1