Ethan mengangguk, menghargai peran dokter dalam perawatannya. "Terima kasih, Dokter Evans. Saya akan mengikuti petunjuk dengan seksama dan menjaga suplai serum ini dengan baik."
Dokter Evans tersenyum dan memberikan Ethan botol berisi serum. "Saya yakin Anda akan melakukannya dengan baik, Ethan. Ini adalah langkah penting dalam memastikan pengendalian kekuatan werewolf Anda. Selain itu, saya juga akan memantau perkembangan Anda secara teratur dan memastikan bahwa dosis serum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan Anda."
Ethan menerima botol berisi serum dengan hati-hati dan meletakkannya dengan hati-hati di dalam kantongnya. Dia menyadari bahwa tanggung jawabnya untuk menjaga dan menggunakan serum ini dengan tepat sangat besar.
"Dokter Evans, apakah ada efek samping yang perlu saya waspadai saat menggunakan serum ini?" tanya Ethan dengan kekhawatiran.
Dokter Evans mengangguk serius. "Ya, ada beberapa efek samping yang perlu Anda perhatikan dalam pengendalian kekuatan werewolf Anda. Selain itu, saya juga akan memantau perkembangan Anda secara teratur dan memastikan bahwa dosis serum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan Anda."
Ethan menerima botol berisi serum dengan hati-hati dan meletakkannya dengan hati-hati di dalam kantongnya. Dia menyadari bahwa tanggung jawabnya untuk menjaga dan menggunakan serum ini dengan tepat sangat besar.
"Dokter Evans, apakah ada efek samping yang perlu saya waspadai saat menggunakan serum ini?" tanya Ethan dengan kekhawatiran.
Dokter Evans mengangguk serius. "Ya, ada beberapa efek samping yang perlu Anda perhatikan. Beberapa hewan percobaan yang kami uji coba menunjukkan tanda-tanda sakit kepala. Selain itu, beberapa juga mengalami peningkatan nafsu biologis. Namun, efek samping ini cenderung lebih baik dari pada berubah menjadi werewolf ganas. Jika Anda mengalami efek samping yang lebih serius, seperti reaksi alergi atau gejala yang mengkhawatirkan, segera hubungi kami!"
Ethan mengangguk, mencatat pentingnya memantau perubahan dalam tubuhnya dan melaporkan setiap efek samping yang mencurigakan. Dia merasa percaya diri bahwa dengan perawatan dan pengawasan yang tepat, dia dapat mengendalikan virus werewolf ini. Kalau hanya efek samping rasa sakit maka Ethan merasa masih mampu untuk menahan.
"Dokter Evans, apakah serum ini akan menjadi pengobatan permanen? Apakah saya akan terus menggunakan serum sepanjang hidup saya?" tanya Ethan dengan rasa ingin tahu.
Dokter Evans memberikan senyuman yang berpengertian. "Untuk saat ini, kami belum menemukan pengobatan permanen untuk virus werewolf. Oleh karena itu, Anda akan membutuhkan penggunaan serum ini secara berkala untuk menjaga virus tetap terkendali. Namun, kami terus melakukan penelitian dan pengembangan obat yang lebih efektif, jadi siapa tahu apa yang akan kita temukan di masa depan."
Ethan merenung sejenak tentang pengobatan permanen yang mungkin ada di masa depan. Namun, dia memahami bahwa saat ini, penggunaan serum ini adalah langkah yang paling penting untuk menjaga kendali atas kekuatannya.
"Dokter Evans, saya akan melakukan yang terbaik untuk mematuhi perawatan ini dan menjaga kendali atas kekuatan saya. Terima kasih atas penjelasan dan bantuannya," kata Ethan dengan tulus.
Dokter Evans mengangguk menghormati. "Anda adalah pasien yang sangat tangguh, Ethan. Saya percaya Anda akan menghadapi tantangan ini dengan baik. Jika Anda memiliki pertanyaan atau perlu bantuan, jangan ragu untuk menghubungi saya atau tim medis kami."
Ethan mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada dokter dan meninggalkan ruangan dengan rasa harapan baru. Dia merasa lega bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangannya melawan virus werewolf ini. Dengan bimbingan dan perawatan yang tepat, dia yakin bahwa dia dapat mengendalikan kekuatannya dan menjalani hidupnya dengan normal.
***
Satu bulan kemudian.
Ethan mengambil botol kecil dari kantongnya dan mengambil dosis serum yang harus dia gunakan. Dia ingat betapa pentingnya menjaga virus werewolf dalam kendali, terutama di saat-saat akan keluar memulai aktivitas. Ethan menggertakkan giginya, kedua tangannya memegang kepala menahan rasa sakit yang amat sangat begitu serum disuntikkan di lengan. Hidungnya mengeluarkan darah segar efek samping dari serumnya.
Beberapa menit kemudian Ethan berdiri di depan cermin kamar apartemennya. Ethan mengelap hidungnya yang berdarah dengan tisu. Dia menyisir rambut dan merapikan dasinya. Rambutnya yang acak-acakan kembali rapi. Ethan ingin memberikan kesan penampilan yang baik saat melamar pekerjaan. Hari ini adalah hari dia melakukan wawancara kerja. Perusahaan memanggilnya untuk diwawancarai langsung oleh CEO.
CEO itu bernama Amelia Foster. Lulusan Harvard University. Berusia 24 tahun dan masih lajang. Terkenal dengan kecantikannya dalam dunia bisnis kota metropolis Lumina.
Wawancara kerja jam 10 siang jadi Ethan memutuskan berangkat jam 9 pagi. Perkiraan waktu satu jam sangat ideal baginya, jadi dia tidak perlu takut terlambat.
Ethan berjalan menuju stasiun kereta bawah tanah dengan langkah cepat. Ketika dia sampai di stasiun, dia terkejut melihat kerumunan orang yang telah berkumpul di sana. Sepertinya dia tidak sendirian yang memiliki rencana untuk berangkat kerja pada saat yang sama.
Ketika pintu kereta terbuka, orang-orang berhamburan masuk dengan cepat. Ethan berusaha untuk ikut masuk, namun dengan begitu banyaknya penumpang yang ingin naik, ruang di dalam kereta telah terisi penuh. Ethan terjepit di antara orang-orang, dengan tubuhnya yang sempit dan terkekang oleh kerumunan orang di sekelilingnya.
Dia merasa sesak dan terbatas geraknya. Setiap kali kereta berhenti di stasiun berikutnya, semakin banyak orang yang berusaha masuk dan ruang semakin sempit. Suhu di dalam kereta mulai meningkat dan Ethan merasa keringat mulai mengucur di tubuhnya.
Ethan mencoba untuk tetap tenang dan bernapas secara teratur. Dia berusaha untuk menjaga ketenangan pikirannya meskipun situasinya sangat tidak nyaman. Dia menyadari bahwa ini adalah bagian dari kehidupan kota besar, di mana kereta yang penuh sesak adalah hal yang umum terjadi.
Saat kereta berhenti di satu stasiun, sebagian penumpang keluar dan memberikan sedikit ruang bagi Ethan untuk bisa bernafas sedikit lebih lega. Namun, itu hanya sementara, karena segera setelah itu kereta kembali dipenuhi oleh penumpang yang ingin naik.
Setelah beberapa perhentian, Ethan akhirnya sampai pada stasiun yang dia tuju untuk turun. Dengan susah payah, dia bergerak mendekati pintu kereta yang sudah ramai oleh penumpang yang juga ingin turun.
Ethan melanjutkan langkahnya menuju tempat wawancara kerja. Meskipun tidak nyaman dalam perjalanan, semangatnya tidak surut. Dia yakin bahwa pengalaman dalam menghadapi situasi yang sulit ini dapat menjadi pengajaran berharga dan menunjukkan kegigihannya dalam menghadapi tantangan.
Ethan menunggu di depan lift hendak naik ke lantai atas. Suasana di depan lift tidak jauh beda dengan suasana kereta bawah tanah. Antrian masuk lift sangat padat. Pekerja tampak berebut supaya jangan terlambat masuk kerja.
Ethan yang selalu gesit sebagai tentara memperhatikan dengan seksama. Ada sedikit celah yang masih kosong di dalam lift. Ethan langsung berlari menyusup masuk begitu pintu hampir tertutup. Ethan sudah terlambat jadi Ethan ingin cepat sampai.
Ethan merasa punggungnya beberapa kali menyentuh dua gundukan kenyal. Dia merasakan suara detak jantung yang kencang dari perempuan cantik di belakangnya. Dengan kepekaan indera yang sudah sangat sensitive dia menyimpulkan wanita di belakangnya sangat marah. Namun, dia memahami bahwa dia harus bertindak dengan sopan dan meminta maaf atas kesalahannya.
"Maaf sekali, itu sungguh tidak disengaja. Saya minta maaf atas ketidaknyamanan yang saya sebabkan."
"Anda benar-benar tidak bisa mengendalikan diri, ya? Pikirkan tindakan Anda sebelum mengakibatkan badan Anda menyentuh orang lain!"
Wanita cantik ini berkata dengan tegas pada Ethan. Dari cara dia marah tampak jelas wanita ini sangat menjaga citra dirinya. Wajahnya sudah berubah menjadi merah namun dia masih bersikap elegan.
"Saya benar-benar minta maaf. Saya terburu-buru dan tidak sengaja menyentuh Anda. Saya berharap Anda bisa memaafkan kesalahan saya."
Ethan berkata pelan sambil menengok ke belakang. Ethan menundukkan kepalanya beberapa kali sebagai tanda penyesalan.
"Maaf? Apa maaf bisa mengubah apa yang sudah terjadi? Jangan berpikir bisa semudah itu! Anda harus belajar menghormati privasi dan batasan orang lain!"
Namun, perempuan itu tetap marah dan menunjukkan tanda-tanda tidak ingin memberi maaf.
"Anda benar, dan saya sangat menyesal atas kesalahan saya. Saya akan mengambil pelajaran dari kejadian ini dan berusaha lebih berhati-hati di masa depan. Sekali lagi, mohon maaf yang sebesar-besarnya."
Ethan merasa kesal dengan situasi ini, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan menjaga sikap yang baik. Akhirnya Ethan memutuskan untuk memberi sedikit ruang bagi perempuan di belakangnya. Ethan mengalah mengorbankan dirinya dengan menempelkan dengan rapat badannya ke pintu lift hingga hidungnya tergencet.
"Anda beruntung saya memaafkan Anda. Lain kali, jaga sikap Anda!"
Perempuan Cantik memandang Ethan dengan tatapan tajam. Namun akhirnya melepas Thomas karena melihat Thomas sudah merelakan tubuhnya menempel di pintu lift.
Meskipun lift dalam kondisi padat, Ethan sebenarnya agak heran kenapa orang-orang tidak ada yang memperhatikan saat perempuan cantik itu marah padanya. Semua tampak membuang muka sibuk melihat telepon seluler masing-masing. Sekilas tadi terlihat juga tidak ada yang mendekati perempuan itu di dalam lift. Semua terkesan berdesakan menjauhi perempuan itu.
Ketika lift akhirnya mencapai lantai yang dituju, Ethan keluar setelah wanita itu keluar terlebih dahulu. Ethan bergegas mencari ruang kerja CEO. Ethan merasa asing dengan suasana kantor jadi Ethan hanya bisa berjalan pelan sambil memperhatikan tulisan di setiap ruang yang ada. Ethan mencari ruang CEO.
"Permisi saya ingin bertanya. Apa ini benar ruang kerja CEO?"
Ethan bertanya dengan sopan pada wanita muda yang sedang duduk. Meja kerja wanita ini di dekat pintu ruang yang bertuliskan "Ruang CEO".
Wanita muda dengan kacamata ini tidak langsung menjawab namun melihat Ethan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia memicingkan matanya pada Ethan dengan muka tidak bersahabat.
"Anda sama sekali tidak ada kesempatan! Lebih baik Anda pulang saja! Anda harus tahu diri!"
Wanita ini melambaikan tangan menyuruh Ethan pergi. Matanya sekarang bahkan tidak melihat Ethan sama sekali. Fokus matanya kembali ke layar komputer di mejanya.
"Meskipun saya datang terlambat namun saya sudah ada janji dengan Nona Amelia Foster. Masak hanya karena terlambat 10 menit saja saya sudah tidak diberi kesempatan."
Ethan berkata sambil melihat jam tangannya.
"Kamu sudah orang ketiga yang aku suruh pulang. Cara itu sudah tidak mempan padaku. Sudah pulanglah! Jangan ganggu aku kerja!"
Wanita ini tidak menggubris alasan Ethan. Dia tetap pada sikapnya dalam mengusir Ethan.
"Aku tidak akan pulang. Aku akan menunggu Nona Amelia Foster keluar. Ini berkas surat lamaran kerjaku."
Ethan meletakkan map di atas meja. Ethan melangkah pergi ke ruang tunggu yang merupakan ruangan dengan kaca tembus pandang.
"Tunggu! Anda Mr Ethan Parker?"
Wanita ini ingat atasannya ada jadwal wawancara dengan kandidat pengawal pribadi bernama Mr Ethan sama dengan nama yang tertulis di map Ethan.
"Iya saya Ethan Parker."
Ethan berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.
"Saya LiLy Morgan, sekretaris pribadi Nona Amelia. Tunggu sebentar!"
Wanita ini langsung memperkenalkan diri. Lily mengetuk pintu tiga kali dan langsung masuk membawa berkas Ethan.
Tidak sampai semenit Lily sudah keluar lagi dan langsung mempersilahkan Ethan untuk masuk.
Ethan masuk ke dalam ruangan. Ethan tertegun sejenak melihat sosok wanita yang duduk di meja. Wanita itu ternyata sama dengan wanita yang sudah marah padanya di dalam lift.
"Ethan Parker?"
Nona Amelia bertanya sambil memeriksa berkas Ethan. Dia tidak melihat sama sekali Ethan masuk.
"Iya benar nama saya Ethan Parker."
Ethan tampak salah tingkah saat ini. Wanita yang paling dia benci di dunia ini malah wanita yang harus dia lindungi dalam misi. Ethan menundukkan kepala berharap mukjizat terjadi, Nona Amelia tidak mengenalinya.
"Hah, kamu?!"
Nona Amelia akhirnya melihat ke arah Ethan setelah ingat suara laki-laki yang melecehkannya di dalam lift. Jari telunjuk Nona Amelia menunjuk ke arah Ethan.
Ethan diam saja tidak berani berkata apa-apa. Ethan merasa misinya kali ini sudah berantakan. Ethan tidak ingin menambah masalah. Ethan sebenarnya ingin segera pergi namun dia sayang ini adalah misi penting.
Meski harus memohon sambil membungkukkan badan seharian Ethan rela melakukannya demi membalas dendam kematian semua anak buahnya dan misinya. Rasa hina dan malu dapat dia kesampingkan untuk mengembalikan kehormatannya sebagai tentara. Asal tidak melanggar hukum dan norma yang ada Ethan rela melakukan demi untuk anak buahnya.
'CEKLEK'
Tiba-tiba seorang laki-laki memakai setelan jas mewah masuk dengan tergesa-gesa. Rambutnya tersisir sangat rapi. Sepatunya sangat mengkilat tanpa noda. Jam tangan Rolex melingkar di pergelangan tangan.
"Amelia ini bunga untukmu. Ayo kita keluar! Ini sudah saatnya istirahat minum teh atau minum kopi untuk owner seperti kita."
Pemuda ini langsung berdiri membelakangi Ethan. Dia meletakkan karangan bunga di meja Amelia. Dia sangat percaya diri karena belum pernah ditolak wanita seumur hidupnya.
Nona Amelia tampak acuh tak acuh tidak mempedulikan. Dia terlihat sangat malas untuk hanya sekedar menjawab ajakan.
"Ayolah! Ini hanya sekedar minum kopi bersama! Perusahaan ku akan menghentikan order barang dari sini jika kamu menolaknya. Tadi ada perusahaan lain yang sudah memberikanku penawaran yang lebih menarik."
Pemuda ini berkata sambil tersenyum licik pada Amelia. Kekuasaan dan kekayaannya akan selalu dapat diandalkan setiap saat.
Nona Amelia seperti mendapat sambaran petir mendengar perkataan pemuda itu. Omset terbesar perusahaannya, Celestial Industries adalah dari perusahaan milik Marcus Winchester, Horizon Ventures. Markus adalah pewaris tunggal group Horizon.
"Baiklah Markus aku akan ikut ajakanmu. Kalau hanya minum kopi bersama, aku tidak akan keberatan. Ethan ayo ikut denganku!"
Amelia merasa tidak ada pilihan lain. Marcus sudah memaksanya menggunakan kekuatan bisnisnya. Amelia hanya bisa mengajak Ethan untuk menemaninya. Amelia belum kenal dekat dengan Markus sebelumnya jadi dia lebih nyaman pergi bertiga dengan Ethan. Dia tidak punya pengawal pribadi jadi hanya bisa spontan memanfaatkan Ethan saat ini yang ada di depan matanya.
"Siap laksanakan, Nona Amelia."
Ethan bukan orang bodoh langsung menjawab dengan tegas. Ethan langsung mengambil peluang yang ada. Ini tiket emas yang bisa mengantarnya ke tujuan.
"Siapa dia? Aku hanya ingin kita minum kopi berdua saja."
Markus menunjuk Ethan yang sedang berdiri dengan sikap tegap.
"Oh dia pengawal pribadiku, namanya Ethan."
Nona Amelia langsung menjawab dengan sangat lugas.
"Sejak kapan Anda punya pengawal pribadi?"
Markus tidak pernah melihat Nona Amelia ditemani pengawal sebelumnya.
"Oh dia sudah lama sebenarnya menjadi anak buahku. Hanya saja dia lebih banyak mengawal ku di kegiatan non formal."
Nona Amelia berkata dengan meyakinkan pada Markus. Dia tidak ingin terlihat berbohong. Kemampuan aktingnya seperti aktor profesional.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments