Dalam sekejap, kawanan serigala muncul dari balik semak-semak di dekatnya. Banyak sorot mata yang tajam memandang lurus ke arah Ethan, mengeluarkan suara menggertakkan gigi. Bulu di punggung Ethan berdiri tegak, dan dia tahu dia harus siap untuk pertempuran baru.
Dari kegelapan, suara gemuruh dan geraman mulai terdengar. Ethan memutar kepalanya dan melihat dengan kaget bahwa dia sudah dikelilingi oleh kawanan serigala. Matanya melebar saat dia menyadari bahwa ini bukanlah serigala biasa, tetapi serigala yang berukuran besar dan ganas.
Serigala-serigala itu memandang Ethan dengan nafsu makan yang jahat. Mereka melihatnya sebagai mangsa yang lemah dan mudah ditaklukkan. Namun, Ethan tidak akan menyerah begitu saja.
Ethan mengumpulkan keberanian terakhirnya dan mengeluarkan pisau yang dia bawa dari pertarungan sebelumnya. Senjata apinya tidak dia bawa karena Ethan tahu peluru tidak bisa melukai werewolf sama sekali. Masih lebih efektif pisau karena Ethan sudah melihat luka sayatan pisau pada werewolf lebih lama pulih dari pertarungan sebelumnya. Dia memegang pisau itu dengan erat, siap untuk menghadapi serangan mereka.
Serigala pertama melompat ke arah Ethan, mencoba menggigit dan mencakar nya. Ethan dengan cepat menghindar dan menikam serigala itu dengan pisau. Serigala itu meraung kesakitan dan jatuh ke tanah, tetapi serigala-serigala lainnya tak tergoyahkan. Mereka terus menyerang dengan gigi dan cakar yang tajam.
Serigala-serigala itu terkejut dengan perlawanan sengit Ethan. Beberapa di antaranya terluka parah dan mundur sejenak. Namun, itu hanya sebentar karena mereka segera kembali menyerang dengan lebih banyak amarah dan keganasan.
Sambil menghindar, Ethan berusaha mencari celah untuk menyerang. Setiap gerakan dan serangan yang dia lakukan dilakukan dengan ketepatan dan kekuatan yang maksimal. Dia mencoba melumpuhkan serigala-serigala itu satu per satu, mengarahkan tusukan pisau dengan presisi yang mematikan.
Ethan menggunakan pisau dengan keahlian yang dimilikinya, mengayunkannya dengan presisi dan kekuatan. Setiap gerakan mengincar titik-titik vital para serigala yang menyerangnya. Namun, para serigala itu juga tak mau kalah meskipun sudah ada beberapa serigala yang terkapar. Gigi-giginya tajam dan cakar-cakarnya kuat, mencoba melukai Ethan dengan setiap kesempatan yang ada.
Namun, jumlah serigala dan kekuatan mereka yang ganas membuat pertarungan semakin sulit bagi Ethan. Dia merasakan gigi-gigi yang mencakar tubuhnya, darahnya mengalir deras. Rasa sakit yang menusuk membuatnya semakin kesulitan bertahan.
Dalam keadaan yang semakin putus asa, Ethan merasakan adrenalin mengalir dalam darahnya. Dia mengeluarkan teriakan yang penuh keberanian dan melancarkan serangan balik dengan kekuatan yang tak terduga. Pisau itu menari dengan lincah, menusuk dan mengiris serigala-serigala itu dengan kejam.
Akhirnya, setelah perjuangan yang panjang dan melelahkan, Ethan berhasil melumpuhkan hampir semua serigala. Namun, ada satu serigala terbesar yang tersisa, pemimpin kawanan itu. Serigala itu menatap Ethan dengan mata yang penuh dengan nafsu pembunuh.
Akhirnya, setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Ethan mampu mengalahkan serigala terakhir dengan tusukan telak di jantungnya. Serigala itu jatuh ke tanah dengan suara yang redup, tak berdaya lagi. Napas Ethan terengah-engah saat dia berlutut di sekitar banyak mayat kawanan serigala yang bergelimpangan.
Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari pertempuran yang baru saja terjadi. Luka-luka barunya mulai terasa dan rasa lelah mulai melanda. Dia tahu dia tidak bisa terlalu lama berlama-lama di sini. Bantuan sedang menuju, dan dia harus memanfaatkan waktu yang ada.
Ethan melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang goyah, mengandalkan kekuatan terakhir yang tersisa. Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa sakit, tetapi dia terus maju dengan tekad yang kuat. Dia tidak akan menyerah, tidak akan berhenti sampai dia menemukan Vincent dan membawa keadilan pada mafia yang kejam.
Saat malam semakin larut, Ethan merasa semakin lemah. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Tetapi, ketika semua harapan hampir sirna, dia melihat sinar lampu jauh di kejauhan. Bantuan akhirnya tiba.
Tim Penyelamat Delta tiba di lokasi, membawa peralatan medis dan perlengkapan evakuasi. Mereka menemukan Ethan tergeletak di tengah hutan, lemah dan tidak sadarkan diri. Dengan hati-hati, mereka merawat luka-lukanya dan mengangkatnya ke dalam kendaraan evakuasi.
***
Ethan membuka matanya perlahan-lahan dan melihat sekelilingnya. Dia berada di dalam ruang perawatan militer yang terang benderang. Suara peralatan medis dan desiran angin dari air conditioner mengisi ruangan yang hening. Ethan merasakan perban yang mengelilingi tubuhnya dan mengetahui bahwa luka-lukanya telah diperban dengan rapi.
Namun, yang membuatnya bingung adalah fakta bahwa dia berada dalam ruang yang terisolasi. Dia melihat kaca searah yang memisahkan ruang itu dengan ruang di luar. Kaca itu tampak seperti kaca pengamatan. Ethan merasa seperti sedang diawasi dari jauh.
Ethan merasa indera penciuman dan pendengarannya menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Matanya terasa lebih jelas melihat benda-benda kecil di sekitarnya.
Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, dan meskipun masih merasakan kelemahan, dia bisa bergerak dengan lebih baik daripada sebelumnya. Dia mencoba untuk berdiri, dan dengan hati-hati menggantungkan tubuhnya pada infus yang terpasang di lengan.
Namun semua tangan dan kaki Ethan diikat dengan kain di tempat tidur. Ethan tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Bahkan untuk duduk pun tidak bisa karena kaki dan tangannya terikat cukup rapat dan kencang di tempat tidur.
Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka perlahan dan seorang perawat masuk. Dia memandang Ethan dengan penuh perhatian dan tersenyum lembut.
"Aku senang melihatmu sadar, Mr. Parker," kata perawat itu dengan suara lembut. "Kamu sedang dalam perawatan intensif sejak kamu ditemukan di hutan. Kamu harus beristirahat dan memulihkan diri sepenuhnya!"
Ethan menatap perawat itu dengan heran. "Di mana aku berada? Dan mengapa aku sendirian di sini?"
Perawat itu memberi isyarat kepada Ethan untuk tetap tenang di tempat tidur dan duduk di sampingnya. Dia melihat ke arah kaca searah yang memisahkan mereka dari koridor di luar.
"Mr. Parker, kamu berada dalam fasilitas yang sangat rahasia," kata perawat itu dengan suara serius. "Kamu sedang dalam unit perawatan intensif khusus yang ditujukan untuk pasien dengan kemampuan istimewa seperti milikmu."
Ethan merasa semakin bingung dengan penjelasan itu. "Kemampuan istimewa? Apa maksudmu?"
Perawat itu menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kami mengetahui tentang kemampuanmu yang unik, Mr. Parker. Kemampuanmu untuk melawan dan mengalahkan serigala liar dengan cara yang tak lazim. Itulah sebabnya kamu dibawa ke sini, untuk menjalani perawatan khusus dan menjaga rahasia ini tetap terjaga."
Ethan terkejut mendengar pengakuan tersebut. Dia tidak pernah menduga bahwa kemampuannya akan menjadi perhatian seperti ini. Namun, dia merasa ada yang tidak beres dengan semua ini.
"Siapa yang memerintahkan membawaku ke sini? Dan mengapa aku sendirian di ruangan ini?" tanya Ethan dengan rasa curiga.
Perawat itu melihat ke sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkan, lalu menjawab dengan suara rendah, "Mr. Parker, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui. Saya ikut prihatin pasukan khusus mu, mereka semua telah gugur. Mereka semua sudah dikuburkan dengan upacara militer yang layak seperti halnya pahlawan yang gugur saat berjuang."
Ethan merasa mendengar kabar tersebut seperti halnya sedang tersambar petir. Wajah anak buahnya terlintas dalam pikirannya. Sebagai seorang atasan adalah hal yang sangat menyedihkan jika semua anak buahnya gugur secara bersamaan. Jika nyawa bisa ditukar, Ethan ingin dialah yang gugur sedangkan anak buahnya tetap hidup semua.
Ethan merasakan beban berat di hatinya. Mereka adalah rekan-rekan setianya, saudara-saudara dalam pertempuran. Ethan tidak bisa menghilangkan rasa bersalah yang menghantui pikiranmu. Mereka telah berada di sisinya sejak awal, setia mendampingi dalam setiap misi. Namun, kini mereka telah pergi untuk selamanya.
Ethan merasa sepi dan terluka dalam hati. Dia membiarkan perasaan sedih dan penyesalan mengisi ruangan itu saat dia berbaring di ruang perawatan yang terisolasi. Dia berusaha merangkai ingatan tentang setiap rekan yang telah berjuang bersamanya. Kepahitan itu menjadi bara api yang membakar tekadnya untuk membalaskan dendam dan memastikan keadilan.
"Saya merasakan bahwa saya sedang diawasi, dan pintu masuk ruangan ini juga dijaga," ucap Ethan dengan pandangan tajam.
Perawat itu mengangguk, mengungkapkan sedikit kegelisahannya. "Kamu benar, Mr. Parker. Kamu berada dalam perlindungan yang ketat di sini. Keberadaan mu dan kemampuanmu telah menarik perhatian pihak-pihak yang berkuasa. Mereka ingin memastikan bahwa kamu tidak membocorkan informasi atau melarikan diri."
Ethan merasa semakin waspada. Dia merasakan ada kekuatan yang jauh lebih besar dari sekadar mafia organ tubuh yang mengincarnya. Ada kekuatan yang ingin mengeksploitasi kemampuannya, dan itu membuatnya semakin bertekad untuk melindungi diri dan melanjutkan perburuannya terhadap Vincent Moretti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments