Amelia dan Markus duduk bersama di restoran, restoran ini milik Markus sendiri. Mereka berdua menikmati secangkir kopi.
Ethan yang duduk di meja belakang Nona Amelia mencium bau tak biasa dari harum kopi milik Nona Amelia. Penciumannya sangat tajam. Dia juga hafal dengan aroma aneh ini.
Ethan menjauh dan melakukan panggilan telepon. Sesudah itu Ethan melangkah kembali ke meja Markus.
Ethan: (berpura-pura santai) "Tuan Markus, ada sebuah kabar! Aku baru saja melihat di berita online. Ada inspeksi kejutan dari dinas pengawasan kesehatan untuk minuman di restoran ini. Semoga Tuan tidak terganggu. Aku sudah memberitahukannya terlebih dahulu."
Markus: (terkejut) "Inspeksi kejutan? Tapi, mengapa mereka tidak memberi tahu aku terlebih dahulu? Biasanya mereka memberitahuku terlebih dahulu. Dari mana juga kamu mengetahuinya? Bukankah kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan restoranku?
"Mereka mungkin ingin memastikan semuanya minuman aman tidak mengandung obat-obatan terlarang. Mereka mungkin ingin melihat kandungan minuman di restoran ini. Tadi kebetulan temanku yang bekerja di dinas kesehatan pengawasan restoran bertanya padaku aku sedang dimana. Aku menjawab sedang minum kopi di restoran ini dan mereka ingin datang kemari ikut serta minum kopi di sini."
Ethan yakin ada obat bius terlarang di minuman Nona Amelia. Obat bius ini jika terlalu banyak mempunyai efek samping menjadikan nafsu seksual melonjak drastis. Pemakai tidak akan sadarkan diri akan mengajak bercinta dengan siapa saja yang di dekatnya.
Seorang pelayan restoran dengan wajah pucat mendadak mendatangi Markus dan berbisik di telinganya dengan sangat pelan. Pelayan ini berbisik dengan sangat hati-hati agar yang lain tidak mendengar. Restoran ini sudah punya orang di dinas pengawasan restoran jadi akan langsung memberikan informasi ketika ada pemeriksaan.
Melihat ketegangan di wajah Markus, Amelia mencoba memperhatikan percakapan mereka.
Amelia: "Marcus, Ada apa sebenarnya?"
"Maaf aku lupa kalau ada janji rapat. Aku pergi dahulu."
Markus langsung meminta pamit dan pergi begitu saja. Dia meninggalkan Nona Amelia di mejanya.
"Maaf Nona Amelia kopi pesanan Anda salah. Kami akan menggantinya."
Pelayan yang tadi membisiki telinga Markus mengambil cangkir kopi milik Nona Amelia tanpa menunggu Nona Amelia memberikan ijin.
"Sudah tidak usah diganti. Aku ingin pulang ke kantor."
Nona Amelia sudah tidak ingin melanjutkan minum kopinya. Marcus sudah pergi buat apa dia terus di sini. Kopi di sini juga tidak disukai Nona Amelia sebenarnya.
Nona Amelia berdiri dan pergi.
Ethan membukakan pintu mobil bagi Nona Amelia di parkiran mobil. Nona Amelia masuk dan duduk di kursi penumpang.
"Kamu yang tadi yang memberikan laporan pada dinas pengawasan restoran?"
Nona Amelia bertanya pada Ethan yang sedang menyetir.
"Iya aku punya teman di sana. Aku memang yang menyuruh mereka datang."
Ethan berkata sedikit berbohong. Sesungguhnya yang datang adalah teman di kesatuannya yang juga bekerja menjadi petugas pengawas makanan restoran. Temannya memang bekerja ganda untuk mengawasi kinerja dinas pengawasan restoran dari dalam.
"Tolong AC-nya dibesarkan! Aku merasa sangat panas."
Nona Amelia berkata sambil menyeka keringatnya. Dia melihat dari belakang Ethan terasa menarik secara fisik. Dia sudah melupakan ketertarikan fisik pada laki-laki sebelumnya karena selalu sibuk dan fokus bekerja.
"Jika Nona Amelia demam, aku bisa mengantar Nona ke rumah sakit!"
Ethan mulai merasa gejala obat bereaksi di tubuh Nona Amelia namun Ethan tidak berani berkata terus terang. Ethan takut menyinggung perasaan atasannya. Pengaruh obat di dalam tubuh Nona Amelia bisa langsung ditangani dengan cepat di rumah sakit.
"Ethan, kamu sudah punya pasangan?"
Nona Amelia berkata dengan lembut pada Ethan.
"Belum. Ekonomi saya belum mapan jadi saya belum berniat punya pasangan."
Ethan menjawab dengan tenang sambil melihat dari balik spion tengah mobil. Ethan merasa Nona Amelia harusnya masih bisa menahan diri karena tidak menghabiskan semua kopi di cangkirnya. Tetapi saat ini kenapa sudah ada gejala Nona Amelia sudah merah wajahnya dan melepas baju luarnya.
"Ethan, bawa aku ke rumahmu! Bawa aku pulang! Aku sedang tidak ingin mood bekerja."
Nona Amelia menggeliat penuh gairah di belakang Ethan.
"Baik, Nona."
Ethan menjawab dengan santai. Ethan menambah kecepatan mobilnya.
Memasuki parkiran apartemennya Ethan berhenti. Ethan hendak membukakan pintu untuk Nona Amelia.
"Ethan lakukan di sini! Aku ingin saat ini! Aku tahu kamu menginginkanku saat kamu berada di lift denganku!"
Nona Amelia merangkul Ethan dari belakang. Dia menciumi leher belakang Ethan.
"Sabar Nona Amelia. Kita lakukan saja di kamar. Di sini banyak kamera CCTV."
Ethan menenangkan Nona Amelia. Ethan menggandeng Nona Amelia untuk pergi ke apartemennya.
Begitu Ethan menutup pintu Apartemennya, Nona Amelia langsung memeluknya. Nona Amelia langsung mencium bibir Ethan dengan ganas.
"Ethan! Puaskan aku! Aku sudah tidak bisa menahannya! Hasrat ini belum pernah terpuaskan sama sekali oleh siapa pun. Aku ingin melakukannya denganmu sekarang."
Nona Amelia mencoba melepas baju Ethan.
Ethan menggelengkan kepala dengan tenang. Ethan mencoba menguasai dirinya sendiri. Ethan menahan tangan Nona Amelia agar diam.
Tangan Ethan memegang kening Nona Amelia.
"Sial, wanita ini sudah dikuasai sepenuhnya oleh pengaruh obat. Obat yang diberikan terlalu banyak dosisnya. Minum setengah cangkir saja sudah bisa demam seperti ini."
Ethan mengumpat dalam hati merasakan kondisi Nona Amelia yang sudah tidak baik-baik saja. Jika tidak ditangani maka kerusakan otak permanen akan terjadi. Sudah terlambat untuk membawanya ke rumah sakit saat ini. Suhu tubuhnya terus naik.
"Sabar Nona!"
Ethan membuka baju Nona Amelia satu per satu. Jantung Ethan berdebar-debar dengan kencang. Ethan laki-laki normal yang juga tertarik dengan perempuan. Tubuh Nona Amelia sungguh sempurna didukung dengan kecantikan yang mempesona. Ini sungguh sangat menggoncang jiwa Ethan.
Ethan menggendong tubuh Nona Amelia. Ethan menendang pintu kamar mandinya.
"Ah, Ethan kamu ingin aku mandi dulu sebelum kamu puaskan ya?"
Nona Amelia mendesah begitu Ethan menyiram tubuhnya dengan shower mandi. Ethan melepas baju atasnya agar tidak basah.
Nona Amelia sudah tidak kuasa membendung gejolak asmaranya pada Ethan. Nona Amelia terus merangkul dan menciumi Ethan yang memandikannya. Ethan mematikan keran air begitu seluruh badan Nona Amelia basah. Ethan membalut tubuh Nona Amelia dengan handuk dan mengajaknya ke tempat tidur.
Ethan mendorong tubuh Nona Amelia di atas tempat tidur. Nona Amelia langsung jatuh sambil tersenyum manja pada Ethan.
"Ethan aku tahu kamu sangat menginginkanku sejak pertama kali bertemu. Tidak apa-apa kamu main kasar denganku! Aku mau menerimamu meskipun kamu belum mapan secara ekonomi. Mulai sekarang kamu adalah pacarku. Ethan, aku milikmu!"
Nona Amelia membuka handuknya di atas tempat tidur. Tangannya menarik tangan Ethan.
"Iya, aku mulai sekarang pacarmu!"
Ethan mengusap kening Nona Amelia. Suhu tubuhnya sudah mulai menurun setelah diguyur air. Ethan tersenyum dan naik ke tempat tidur.
Nona Amelia langsung memeluk Ethan. Ethan menyambut dengan mengayunkan punggung telapak tangan.
'DUUUK'
Punggung telapak tangan Ethan memukul tengkuk Nona Amelia. Nona Amelia langsung pingsan di pelukan Ethan.
Namun Ethan tiba-tiba merasa rasa pusing tiba-tiba menjalar di kelapanya. Ethan mendorong pelukan Nona Amelia. Nona Amelia tergeletak di tempat tidur. Ethan memegang kepalanya menahan rasa sakit yang amat sangat. Darah segar menetes dari lubang hidungnya.
"Sial, kenapa bisa kambuh tiba-tiba begini serangan virus werewolf?!"
Ethan sempoyongan mencari obat serumnya yang berada di tas kerjanya. Matanya berubah menjadi hijau terang. Bulu kuduknya berdiri. Dengan sudah payah Ethan menyuntikkan kembali satu serum dosis ke lengannya. Ethan roboh di tempat tidur setelah selesai menyuntikkan serum. Badannya terasa sangat berat untuk berdiri. Pandangan matanya mulai kabur dan semakin gelap hingga gelap total. Matanya pun terpejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments