Dalam sekejap, situasi berubah menjadi pertarungan yang berbahaya. Ethan merasa sudah tidak mungkin musuhnya untuk menyerah. Dia merasakan adrenaline mengalir dalam tubuhnya saat dia berhadapan dengan werewolf yang telah berubah wujud.
Ethan mencoba mencabut pistolnya, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, werewolf yang telah berubah wujud dengan cepat menyerangnya. Ethan terlempar dan pistolnya terpental. Dia segera berguling, meraih pisau perak yang disimpannya sebagai senjata cadangan di belakang pinggangnya.
Saat werewolf mendekatinya dengan taringnya yang menakutkan, Ethan melemparkan pisau perak ke arah jantung werewolf. Namun, werewolf itu dengan gesit menghindar, dan pisau itu hanya menancap di bagian punggung.
Werewolf itu meringis kesakitan, tetapi masih dalam keadaan berbahaya. Dia menggeram menunjukkan taringnya pada Ethan, siap untuk menyerang lagi. Ethan tahu bahwa dia harus bertarung dengan hati-hati.
Tepat saat werewolf itu melompat hendak menerkam, Ethan berguling menghindar sambil mengambil pistolnya yang tadi terpental dalam kegelapan, berusaha untuk kembali mempersenjatai diri.
Rupanya werewolf itu tidak bodoh, dalam lompatan saat menerkam Ethan, dia mengayunkan cakarnya ke arah Ethan berguling menghindar. Punggung Ethan tertancap kuku dan dia terlempar meluncur di tanah hingga menabrak tembok.
"UHUK UHUK UHUK"
Ethan terbaring di tanah sambil terbatuk-batuk. Darah segar keluar dari dalam mulutnya. Rupanya luka di punggungnya cukup dalam hingga mengenai organ dalamnya.
Ethan, meskipun terluka parah dan terbatuk-batuk, tidak kehilangan kewaspadaannya. Saat werewolf itu menerjangnya, dia dengan cepat mengambil pistol cadangan yang tersimpan di pinggang belakangnya. Meskipun berkaliber lebih rendah, senjata ini tetap mematikan dalam jarak dekat di tangan seorang ahli.
'DOR DOR DOR ....'
Suara pistol meledak di udara, dan proyektil-proyektil menghujani werewolf tersebut. Ethan dengan tepat membidik arah jantung werewolf, dan dengan serentak, serangannya mengenai sasaran. Werewolf itu roboh, menindih dirinya sendiri, dengan nafas yang tersengal-sengal. Meskipun terluka parah, werewolf itu masih hidup, tetapi sudah tidak memiliki kekuatan untuk melanjutkan serangannya.
Ethan merasa denyut jantungnya berpacu, tetapi dia tahu dia tidak boleh merasa terlalu aman. Dia menahan sakit di punggungnya dan segera berdiri, menjaga senjatanya siap untuk tindakan lebih lanjut.
"Dia tidak akan bisa melarikan diri lagi," gumam Ethan kepada dirinya sendiri, mengawasi werewolf yang terluka di tanah. "Sekarang, saya perlu tahu mengapa dia mencoba menyerang Nona Amelia dan apa yang dia ketahui tentang Vincent."
"Kenapa kamu ingin membunuh Nona Amelia, dan dimana Vincent?" Ethan membentak werewolf itu. Tangan kiri Ethan mencengkeram leher werewolf yang sudah terkulai lemah di tanah sambil mengguncang-gucang tubuhnya. Tangan kanannya menodongkan pistol kecilnya di kepala werewolf.
"Hehehe Kamu bukan werewolf sungguhan. Sungguh menjijikan menjadi makhluk rendahan sepertimu. Kamu hanya bisa bertarung seperti pengecut menggunakan senjata buatan manusia. Lebih baik aku mati daripada memberimu informasi."
Werewolf yang sekarat itu tersenyum mengejek Ethan. Dia merasa Ethan adalah makhluk rendahan yang menolak takdirnya untuk menjadi werewolf.
"Kamu lah yang menjijikkan! Mau mati saja terlalu banyak bicara omong kosong! Bagiku, tanpa senjata buatan manusia pun kamu masih sangat lemah."
Ethan tiba-tiba berdiri tegak. Luka di punggungnya menutup dengan instan. Mata Ethan berubah dari yang semula kecoklatan menjadi keemasan. Kata-kata ejekan werewolf yang sekarat di depannya sudah mengingatkannya akan anak buahnya yang sudah meninggal terbantai meskipun sudah membawa senjata lengkap. Ethan kembali teringat dendamnya pada werewolf.
Ethan tidak dapat lagi mengendalikan kemarahannya. Dia telah mencapai titik puncaknya, teringat akan semua penderitaan yang telah dialami oleh orang-orang yang dicintainya, dan ejekan terakhir werewolf ini adalah tetesan terakhir yang memenuhi cawan kemarahannya.
Dengan cepat, Ethan menyarungkan pistolnya, dan warna keemasan di matanya semakin kentara. Kukunya memanjang dan meruncing seperti senjata mematikan. Dengan gerakan cepat, Ethan menusukkan jarinya ke dalam lubang peluru di dada manusia-werewolf tersebut. Jari-jarinya merobek dada werewolf itu, dan dengan kekuatan yang luar biasa, Ethan mencengkeram tangkai jantung musuhnya.
"Hei, apa ... apa ... yang kamu lakukan? Jangan ... jangan!" Werewolf yang telah sekarat yang telah terkulai dalam wujud manusia merasa ketakutan melihat kekejaman Ethan. Dia merasa sangat kesakitan merasakan dadanya dirobek dengan tangan kosong. Nafasnya terasa sesak dan dadanya terasa nyilu.
Dengan tarikan yang kasar, jantung itu tercabut dari tempatnya. Ethan tidak punya belas kasihan. Dia menggenggam jantung di tangan kanannya dan memeras sekuat tenaga. Jantung itu kemudian pecah dengan suara mengerikan, darah berceceran di tangan Ethan dan menandai akhir dari pertempuran ini.
Werewolf itu mati dengan tatapan yang tak berdaya, mulutnya menganga, dan Ethan sekarang duduk di tengah genangan darah, nafasnya masih terengah-engah akibat pertarungan yang sengit. Dia merasa bercampur antara puas dan ngeri atas apa yang baru saja dia lakukan.
Ethan mengambil pistolnya yang tergeletak. Ethan bergegas ingin pergi dari lokasi pertarungan. Ethan tidak ingin terlalu lama berdekatan dengan genangan darah. Namun langkah kakinya terhenti setelah sayup-sayup mendengar panggilan dari Jacob. Ethan segera menyembunyikan pistolnya di balik jaketnya.
"Ethan! Apa yang terjadi di sana?" teriak Jacob, suaranya memecah malam yang sunyi. "Ada apa dengan suara tembakan tadi? Apakah semuanya baik-baik saja?"
Ethan tahu dia harus memberikan jawaban cepat, tetapi dia juga harus menjaga identitasnya yang sebenarnya tetap tersembunyi. "Tidak apa-apa, Jacob," jawabnya dengan suara tenang, berusaha menjaga agar suaranya tidak terdengar terlalu terengah-engah. "Hanya ada masalah kecil, tapi sudah teratasi."
Jacob terdiam sejenak melihat genangan darah di tanah dan sesosok mayat werewolf berwujud manusia yang tergeletak dengan dada yang terbelah. "Apa kamu yang membunuhnya?" Dialah yang sudah lama kita incar. Dialah yang bekerja sama dengan pengkhianat di club. " Jacob memeriksa mayat itu dengan teliti. Jacob melihat mayat dengan perasaan ngeri. Jacob tidak menyangka sosok Ethan yang terlihat enggan memangsa manusia tetapi mempunyai kekejaman selayaknya werewolf yang ganas.
Ethan mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Jacob. Dia tahu bahwa situasi menjadi semakin rumit dengan kemunculan Jacob.
"Kenapa kamu membunuhnya, Ethan?" Jacob dan anak buahnya memandang Ethan dengan wajah serius. Jacob dan anak buahnya segera mengepung Ethan. Mereka yang belum mengenal Ethan langsung waspada dengan Ethan yang bisa jadi merupakan musuh yang menyamar. Pengalaman mereka di dunia hitam menyebabkan mereka menjadi waspada. Tangan anak buah Jacob sudah berada di gagang pistol yang ada di pinggangnya.
"Aku memang sedang mencarinya karena dia sudah pernah berusaha menyerang atasanku." Ethan menjawab dengan tenang. Tidak ada pilihan lain bagi Ethan selain mengaku sebagai pengawal pribadi Nona Amelia. Ethan akhirnya menceritakan dirinya sebagai pengawal pribadi Nona Amelia yang harus menyingkirkan ancaman bagi Nona Amelia.
Jacob dan anak buahnya akhirnya merasa lega setelah Ethan menjelaskan bahwa dia adalah seorang pengawal pribadi yang berusaha untuk menghadapi musuh yang sama dengan mereka, yaitu jaringan Vincent yang merupakan mafia perdagangan organ yang sering beroperasi di klub malam yang dia jaga.
Jacob memandang Ethan dengan penuh perhatian. "Kami tidak punya banyak waktu. Kita dapat berbicara lebih lanjut. Tapi untuk saat ini, kita perlu membersihkan jejak ini dan menghilangkan mayat ini sebelum ada yang menemukannya."
Ethan mengangguk sebagai persetujuan. Dia tahu bahwa membantu Jacob dan anak buahnya adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang jaringan Vincent. Ethan yang belum paham dunia hitam membutuhkan sekutu dari musuhnya Vincent. Mereka bersama-sama mengubur mayat werewolf tersebut di tempat yang terpencil di hutan.
Setelah mereka selesai, Jacob berbicara dengan serius, "Kami sebenarnya ingin mengungkap jaringan Vincent pada petugas keamanan, namun kita tidak bisa melakukannya karena kita juga takut keberadaan werewolf bisa tercium oleh pihak keamanan. Yang bisa kita lakukan saat ini hanya melawan jaringan Vincent dalam dunia hitam."
"Sebaiknya tidak perlu kita berurusan dengan aparat keamanan. Kita bisa saling bantu dalam melawan jaringan Vincent. Jika memiliki informasi tentang jaringan Vincent, kalian dapat memberikan informasi kepadaku." Ethan dengan cerdik mencoba mencari sekutu dalam mewujudkan misi balas dendamnya.
Jacob tersenyum, meskipun senyum itu tersembunyi di balik topeng kegelapannya. "Baiklah, Ethan. Kami akan memberitahu mu jika ada informasi terbaru. Jika kamu butuh bantuan mu, kami juga akan menghubungi mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments