...❤️❤️❤️❤️...
Kania POV
Ting nong....
Ting nong....
"Syah, aku ke depan dulu ya? Takutnya itu tamu atau mungkin dokter yang mau periksa kamu," ucapku meminta izin pada Aisyah untuk mengecek keluar rumah setelah mendengar bel berbunyi.
"Dokter? Buat apa kamu panggil dokter kesini?" tanya Aisyah seperti tidak suka.
"Eee...." aku pun bingung harus menjawab apa, aku takut Aisyah akan marah jika aku memanggil dokter untuk mengecek apakah dia baik-baik saja atau mengalami gangguan kejiwaan.
"Aku cuma khawatir aja sama kamu, aku takut kamu kenapa-napa, Syah!" ucapku memberanikan diri.
Kulihat tatapan Aisyah semakin tajam menjurus ke arahku, aku pun panik dan reflek menunduk mengalihkan pandangan darinya karena aku tak berani bertatapan langsung dengan dia saat ini.
"Suruh dia pulang!" ucapnya.
"Hah? Apa??" aku terkejut bukan main saat mendengar ucapan Aisyah barusan, aku tak mengerti mengapa Aisyah meminta seperti itu.
"Iya, suruh dokter itu balik aja! Aku gapapa kok, aku gak perlu diperiksa segala!" ujarnya.
"Tapi Syah, kamu itu—" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba Aisyah sudah langsung menyela nya begitu saja.
"Aku gak kenapa-napa, Kania! Suruh dia pulang atau aku yang akan pergi!" ucapnya mengancam ku.
Akhirnya aku tak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan Aisyah itu, aku pun terpaksa meminta dokter yang baru datang itu untuk pulang saja agar Aisyah tidak semakin marah padaku, ya walau aku sebenarnya ingin Aisyah tetap dicek kondisinya.
"Iya oke, aku suruh pulang dokter itu. Tapi, kamu tetap disini ya jangan kemana-mana!" ucapku.
Aisyah mengangguk tanda iya, kulihat dia juga sudah kembali fokus pada makanannya dan tidak lagi menatap tajam ke arahku. Aku pun beranjak dari kursi dengan perlahan, lalu mulai berjalan ke depan mengecek siapakah yang datang.
Saat di luar, ternyata memang benar disana ada seorang dokter yang aku panggil. Aku pun bergegas menghampirinya untuk meminta maaf padanya sekaligus menyampaikan kalau aku tidak jadi memintanya untuk memeriksa Aisyah.
"Eh dokter Ardi udah dateng," ucapku sambil tersenyum menghampiri dokter itu.
"Iya, maaf saya terlambat. Jadi, apa Aisyah sudah membaik saya ini?" ucapnya. Ya dokter Ardi ini memang adalah dokter langganan keluargaku, ketika ada masalah pasti setiap anggota keluarga di rumah ini selalu memanggil dokter Ardi.
"Eee maaf banget ya dok, tapi kayaknya aku gak jadi deh minta dokter buat periksa Aisyah. Soalnya Aisyah juga udah mendingan kok, dia mau keluar barusan dan makan sama aku." ucapku.
"Ohh, ya gapapa diperiksa aja juga. Siapa tau Aisyah emang kena penyakit mental atau apa gitu, kan kita semua gak ada yang tau kalau belum diperiksa lebih lanjut!" ucap dokter Ardi.
"Umm, gausah deh dok. Aku gak mau Aisyah malah makin marah, maaf ya!" ucapku merasa bersalah.
"Yaudah gapapa, kabarin saya aja kalau nantinya Aisyah kambuh lagi atau ngurung diri di kamar kayak kemarin!" ucap dokter Ardi tersenyum.
Aku merasa lega karena dokter Ardi mau menerima semuanya dengan legowo, tadinya aku sudah takut dan cemas kalau dokter itu akan kecewa atau yang lebih buruk memarahiku, mungkin dia begitu karena menganggap keluargaku adalah langganan setianya.
"Yasudah, saya permisi ya?" ucapnya.
"Oh iya, hati-hati dok! Sekali lagi aku minta maaf, aku gak bermaksud buat PHP-in dokter." ucapku kembali meminta maaf padanya.
"Iya gapapa, saya maklum kok!" ucapnya.
Aku tersenyum lega mendengarnya, dia pun kembali ke mobilnya lalu pergi dari rumahku. Aku menunggu sampai pak dokter benar-benar pergi dan mobilnya tidak terlihat lagi, barulah setelah itu aku menutup pintu gerbang lalu berjalan ke dalam.
•
•
Ting nong....
Ting nong....
Baru saja aku hendak masuk, eh sudah ada lagi yang memencet bel rumahku. Aku terpaksa berbalik badan kembali untuk mengecek siapa yang datang kali ini, dan ternyata aku menemukan Darwin serta Daniel tengah berdiri di depan pagar rumahku.
Aku yang penasaran hendak apa mereka datang kemari, langsung memilih untuk lanjut melangkah menghampiri mereka dan bertanya langsung.
"Darwin, Daniel. Kalian mau apa?" tanyaku.
"Eh kamu Kania apa Aisyah?" Daniel malah balik bertanya padaku, sepertinya ia masih belum bisa membedakan antara diriku dengan Aisyah.
"Aku Kania lah, kamu emang udah berapa tahun sih ketemu sama aku? Masa masih gak bisa bedain!" ucapku sedikit kesal dengan Daniel.
"Hehehe, ya maaf." ujarnya sambil nyengir.
"Iya, sekarang kalian mau apa kesini?" ucapku kembali bertanya apa maksud dan tujuan mereka berdua datang ke rumahku.
"Begini Kania, gue sama Daniel tuh niatnya pengen jengukin Aisyah. Ya sekalian kasih kue ini ke dia, kan udah lama kita gak ketemu dia sama cek kondisi Aisyah!" jawab Darwin dengan senyum di wajahnya.
"Ohh, jadi kalian pada mau ketemu Ais?" ucapku.
"Iya bener, soalnya sohib gue yang tampan dan keren ini udah ngebet banget pengen ketemu Aisyah!" ucap Daniel sambil menepuk pundak Darwin.
"Apaan sih lu? Enggak kok, gue biasa aja tuh!" ujar Darwin langsung menyangkal ucapan Daniel.
Aku pun dibuat terkekeh sendiri melihat tingkah laku Darwin serta Daniel di depan mataku, mereka memang selalu seperti ini dan membuat setiap orang yang melihatnya akan tertawa, untunglah memang mereka datang diwaktu yang pas saat Aisyah juga sudah mau keluar kamar.
Akhirnya tanpa basa-basi lagi, aku mengajak mereka berdua untuk langsung saja masuk ke dalam dan menemui Aisyah disana. Ya siapa tau dengan kehadiran Darwin, Aisyah bisa lebih tenang dan melupakan kak Marvel.
"Yaudah gausah ribut! Ayo kita langsung masuk aja ke dalam!" ucapku sembari melebarkan pagar.
"Nah setuju tuh! Gue juga pengen lihat kondisi Aisyah sekarang, dia udah mendingan atau belum." ucap Darwin terlihat semangat sekali.
Mereka berdua pun mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam melewati pintu gerbang, aku menutup kembali pagar itu serta menguncinya agar tidak ada maling yang bisa masuk, ya saat ini aku sudah tidak memiliki satpam karena tak cukup uang untuk bisa menggaji mereka.
Setelahnya, aku bersama kedua pria itu lanjut berjalan menuju ke dalam rumahku. Kulihat mereka tampak berbisik membicarakan sesuatu, aku tak bisa mendengar apa-apa lantaran suara mereka terlalu pelan dan telingaku juga sudah agak kotor.
Aku membawa mereka ke ruang tamu dan ku persilahkan mereka untuk duduk lebih dulu menunggu disana.
"Darwin, Daniel. Kalian duduk dulu disini, ya?" ucapku.
"Oh oke, emang kamu mau kemana?" tanya Daniel.
"Aku panggilin Aisyah dulu, tadi dia sih lagi makan siang di meja. Sebentar ya?" ucapku.
"Ohh, jadi Aisyah udah mau keluar kamar?" Darwin melontarkan pertanyaan dan aku pun menjawab dengan cara mengangguk sambil tersenyum, kulihat dia langsung tersenyum bahagia.
"Wah Alhamdulillah banget! Akhirnya si Ais mau keluar juga dari kamar, bagus deh!" ucap Darwin lagi.
"Iya, yaudah ya aku kesana dulu." ucapku.
Mereka berdua kompak manggut-manggut secara bersamaan, lalu kulihat mereka mulai duduk di sofa dan Darwin tampak senang sekali.
Kania POV end
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments