Sesampainya di rumah, Kania langsung bergegas mengecek kondisi Aisyah yang masih mengurung diri di kamar hingga saat ini. Kania sangat khawatir pada saudara kembarnya itu, ia tak mau jika sesuatu yang buruk terjadi pada Aisyah di dalam sana.
Kania pun kembali mengetuk pintu kamar itu dengan keras sembari memanggil nama Aisyah berkali-kali berharap gadis itu mau membukakan pintu untuknya yang berada di luar, akan tetapi hasilnya sama saja lantaran Aisyah tetap tak mau membukanya.
Kania sempat frustasi dan hendak turun kembali ke bawah menunggu kedatangan dokter yang sudah ia pesan kemarin untuk mengecek Aisyah, namun keajaiban tiba karena terdengar suara kunci terbuka dari dalam kamar Aisyah.
Ceklek...
Benar saja pintu pun terbuka. Kania yang sudah sempat berbalik badan karena frustasi, kini kembali menoleh ke belakang lalu tersenyum saat melihat pintu kamar Aisyah sudah terbuka walau sedikit.
Kania langsung bergerak mendekat ke arah pintu dan menatap Aisyah yang tengah berdiri disana, Kania pun senang sekali karena akhirnya Aisyah mau membuka pintu untuknya, gadis itu tersenyum kemudian memeluk tubuh Aisyah dengan erat.
"Syah, aku seneng banget kamu mau bukain pintu buat aku. Sekarang kamu jangan pernah kunci pintunya lagi, ya? Aku khawatir tau sama kamu, apalagi kamu gak pernah mau makan!" ucap Kania.
Aisyah hanya diam tak menjawab perkataan Kania. Nampaknya gadis itu masih belum pulih benar dan kondisinya juga sangat drop, ya tentu sangat sulit bagi seorang wanita seperti Aisyah untuk bisa melupakan semua kejadian buruk yang menimpanya itu dalam waktu sekejap.
Kania memahaminya. Aisyah mau membuka pintu saja sudah cukup baginya, ia sangat senang karena Aisyah akhirnya mau keluar dan kembali menemuinya seperti dulu.
"Sekarang kita makan yuk!" ucap Kania.
"Gue gak selera," ucap Aisyah singkat.
Kania pun tampak sedih mendengar jawaban dari Aisyah yang tidak ingin makan, ia memegang wajah saudaranya itu dengan kedua tangan lalu menatapnya serius, Kania tentunya tidak mau jika Aisyah sakit karena terus telat makan.
"Syah, please! Ayo makan dulu, sebentar aja!" bujuk Kania.
"Lu abis darimana? Kok dandan?" tanya Aisyah.
"Aku pergi sama kak Damar tadi," jawab Kania.
"Pergi kemana? Ngapain?" tanya Aisyah lagi.
Kania semakin bingung harus menjawab apa, ia juga tak mengerti mengapa Aisyah kini yang balik bertanya padanya mencecar ia dengan pertanyaan yang sangat sulit dijawab, ia khawatir jika Aisyah akan marah nantinya bila tau kalau ia sudah mengambil alih job milik saudaranya itu.
"Aku cuma jalan-jalan kok," jawab Kania gugup.
"Ohh," Aisyah hanya mengucapkan itu. Ia langsung menyingkirkan tangan Kania dari tubuhnya lalu berjalan melewati gadis itu.
Sontak Kania kebingungan hendak kemana Aisyah yang tiba-tiba pergi itu, namun Kania memilih langsung mengejarnya agar tidak terus-terusan penasaran.
"Syah, kamu mau kemana?" tanya Kania.
Aisyah tak menjawabnya. Ia terus melangkah menuruni tangga dengan perlahan tanpa ekspresi dan juga tidak menghiraukan keberadaan Kania di sampingnya yang terus saja memandang dirinya sembari berkicau layaknya burung.
Akhirnya mereka sampai di meja makan, Kania pun tersenyum karena ia tau ternyata saudaranya itu ingin makan sesuai dengan yang ia mau. Barulah kini Kania merasa tenang sekaligus senang karena ternyata Aisyah tidak melakukan apa-apa.
"Kamu mau makan? Kenapa gak bilang sih?" ujar Kania tersenyum sambil geleng-geleng.
Aisyah lagi-lagi hanya diam, ia menyendokkan nasi ke piringnya lalu mengambil beberapa lauk yang ada disana. Sedangkan Kania hanya memperhatikan saudaranya itu sambil tersenyum dan menopang dagunya dengan satu telapak tangan.
"Alhamdulillah, akhirnya Aisyah mau makan juga!" batin Kania.
...•••...
Daniel POV
Sesuai janji, gue terpaksa harus nemenin Darwin sohib gue yang moodyan itu. Gue juga heran kenapa Darwin jadi seperti itu sejak mengenal Aisyah dan cintanya ditolak cewek itu, padahal dulunya Darwin seorang pria tangguh yang gak manja.
Kali ini gue jemput dia di rumahnya pakai motor kesayangan gue yang udah hampir 5 tahun menemani gue, terlihat Darwin sudah berdiri di depan pagar rumahnya sambil memegang helm dan tersenyum saat gue datang kesana.
"Gua pikir lu gak bakal dateng, mantap dah!" ucapnya sembari menepuk pundak gue.
"Ya iyalah, gue mah orangnya tepat janji! Mana pernah gue ingkar apalagi sama lu? Udah yok naik! Kita mau jengukin Aisyah kan?" kata gue meminta dia untuk langsung naik ke motor.
"Sabar dong bro! Kita mampir dulu ke toko kue, gue mau beliin buat Aisyah." ucapnya.
"Yaelah, belum tentu dia mau ketemu sama lu. Lagian sekarang lu udah maafin dia nih? Bukannya sebelum ini lu marah sama dia gara-gara nolak ajakan lu buat macarin dia?" gue sedikit meledeknya.
"Yang lalu biarlah berlalu, jangan dibahas lagi! Udah sekarang anterin gue ke toko kue terdekat!" ucapnya sembari memakai helmnya.
"Iya iya, udah naik!"
Dia pun langsung naik ke jok motor gue dengan terburu-buru, entah setan apa yang merasuki tubuhnya sampai dia jadi semangat begini untuk menemui Aisyah, padahal sebelumnya dia sama sekali tidak mau saat gue ajak ke rumah Aisyah.
"Ayo gas bro!" ujarnya sambil menepuk punggung gue dengan dua tangannya.
"Buset dah, santai aja kali bro!" ucap gue.
Akhirnya gue langsung tancap gas daripada Darwin terus saja bawel minta segera pergi.
Sepanjang jalan gue terus celingak-celinguk ke kanan dan kiri secara bergantian mencari toko kue yang ada di sekitar sana, namun hingga sekarang gue dan Darwin juga belum bisa ketemu sama toko kue tersebut.
"Win, gimana nih? Toko kuenya gak ada juga, kayaknya disini langka deh." ucap gue.
"Gue juga gak tau, coba deh gue mau cari di hp dulu lewat maps!" ucapnya berteriak.
"Oke!"
Gue melipir sejenak ke pinggir memberi waktu bagi Darwin untuk membuka hp nya dan mencari dimana letak toko kue sekitar sini.
"Heh, ceknya turun dong di bawah!" perintah gue pada Darwin.
"Ah ribet!" ucapnya.
"Bukan masalah ribet, ini gue keberatan kalo harus tahan berat motor sama badan lu yang kek sapi Afrika itu!" ucap gue.
"Ah body charming lu!" ujarnya sembari turun dari motor gue dengan wajah cemberut.
"Bapak lu body charming! Yang bener tuh body shaming kocak, belajar bahasa Inggris gak sih lu!" ucap gue meralat ucapannya.
"Ah sama aja!" ucapnya.
Setelah sekian lama menunggu, gue makin gak sabar karena cukup lama Darwin melihat hp nya dan belum berhasil menemukan dimana toko kue itu.
"Woi! Gimana ini?" gue berteriak coba nanya ke dia.
"Gimana apanya?" Darwin malah balik bertanya.
"Lah? Toko kuenya kocak!" ucap gue.
"Oh iya, lupa gue cek lagi. Tadi sinyal gue ngelag, terus sembari nunggu gue nge-game dulu. Eh malah keasyikan, hehe..." ucapnya dengan santai.
"***** lu!"
Terus terang aja gue kesel banget sama dia, sedari tadi gue nunggu lama eh ternyata dia malah main game bukannya nyari toko kue.
Daniel POV end
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Idahas
orang tua Aisyah sama Kania mana ya
2024-02-25
1