Cantika memilih kata yang tepat agar Kaisar mengerti tentang keadaannya yang serba sulit, terutama keadaan Farida yang tidak seperti pikiran Kaisar.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan Kai. Bukan aku berburuk sangka dengan istrimu, hanya saja kita mengantisipasi keadaan. Bukan hanya hati Farida saja yang harus dijaga, hati Lana juga. Kedua anak itu tidak pernah bisa akur, tidak kah kau mengerti akan hal itu?"
Kaisar termangu mendengarnya. Dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Cantika hanya saja, kesehatan Alisha jauh lebih penting dari apapun juga.
"Tapi aku ingin tinggal bersama Ayah!'' seru Alisha.
Cantika mengatur nafasnya agar bisa lebih tenang menghadapi semua ini. Dia mendekat ke arah putrinya.
"Sayang, tidak baik kita menganggu keluarga baru Ayah. Ibu tahu kau akan mengerti tentang hal ini."
Alisha menggelengkan kepalanya terus. "Tidak mau, aku mau bersama Ayah, Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku," tolak Alisha disertai isak tangis keras.
Cantika lalu memeluk Alisha, tapi Alisha menolaknya. "Pokoknya bersama dengan Ayah."
Cantika tidak tahu harus mengatakan apa.
"Kau boleh tinggal bersama Ayah, jika kau mau," ujar Kaisar menenangkan Alisha.
"Dia akan tinggal bersamaku beserta ibunya," ucap Hanafi tiba-tiba membuat semua yang ada di ruangan itu melihat ke arah sumber suara.
Hanafi berdiri gagah di pintu. Dia memakai kaos lengan panjang dan celana jeans sobek. Benar-benar bukan tipe orang yang Alisha sukai. Alisha menyukai orang yang rapih seperti ayahnya.
Pria itu berjalan mendekat ke arah Cantika.
"Kau tahu kan jika Ayahnya telah menitipkan mereka padaku. Makanya aku yang akan mengurus keduanya."
"Om, ini siapa? Aku tidak kenal?" tanya Alisha.
"Aku ayah barumu, ibumu telah menikah dengan Om," jawab Hanafi tersenyum.
Namun, senyuman itu tidak dibalas dengan sebuah senyuman pula. Malah wajah kecut yang didapatkannya.
"Ayahku hanya Ayah Kaisar, tidak ada Ayah lain. Dan kapan ibu menikah dengan pria itu?" balik Alisha menatap ke arah ibunya.
Cantika gugup menjawabnya. Di saat yang sama, tangan Hanafi memeluk pinggangnya.
"Kami menikah beberapa hari yang lalu dengan diam-diam. Bukan untuk menyembunyikannya darimu, hanya saja ibumu ingin agar kita dekat terlebih dahulu baru Ibu akan mengatakannya." Hanafi mengeratkan pelukannya. Cantika melihat ke arah Kaisar.
"I-iya. Itu benar. Ibu tahu kau tidak akan suka jika diberi ayah baru, maka dari itu, ibu menyembunyikannya agar kau bisa berkenalan dulu dengan ayah barumu," tutur Cantika tersenyum kaku.
Ini bukan solusi yang bagus bagi dirinya. Hanya saja ini lebih baik daripada tinggal di istana Kaisar bersama dengan istrinya. Itu akan membuat dia sesak.
"Tapi aku ingin tinggal bersama dengan Ayah dan kau tidak akan pernah menjadi ayahku!" seru Alisha tidak senang.
"Aku memang tidak akan bisa menjadi Ayahmu yang heroik ini, tapi aku akan berusaha jadi temanmu. Kau tidak perlu memanggilku ayah, kau bisa memanggil namaku, Hanafi," jawab bijak Hanafi.
"Itu tidak sopan, Om lebih baik," potong Cantika menatap kedua mata Hanafi dengan seksama sehingga kedua netra mereka saling bertemu.
"Terserah padanya, aku tidak pernah memaksa seorang anak untuk mengatakan apa yang dia sukai," balas Hanafi.
"Tugas seorang Ibu adalah memberitahu anaknya mana yang baik baginya. Memanggil nama seorang yang jauh lebih tua darinya itu tidak sopan." Mendadak tubuh Cantika merasa merinding semua dengan posisi seperti itu dan juga ditatap dengan dalam oleh mata tajam Hanafi.
Cantika memutuskan tatapan itu, mencondongkan tubuhnya ke arah Alisha agar pelukan itu terlepas.
"Kau dengar kan apa yang Ibu katakan. Panggil dia Om," ulang Cantika.
"Tapi ...." Alisha menatap ke arah Kaisar.
Kaisar tersenyum setengah hati. Dia seperti tidak rela jika Alisha diambil oleh orang lain, tapi ini Hanafi, kakak dari Farida dan dia sudah kenal bagaimana sifatnya. Dia tidak punya alasan untuk bersikeras membantu Cantika.
"Ibumu sudah menikah lagi, artinya Alisha udah punya keluarga baru lagi. Ayah ikut senang. Kau harus ikut dengan ibumu kemanapun dia pergi, termasuk dengan suami barunya."
Alisha menunduk sedih. Kenapa harus seperti ini? Pikirnya. "Namun, ayah sudah berjanji akan memenuhi keinginanku," ucapnya sedih.
"Ayahmu tidak ingkar dengan janjinya. Hanya saja, ayahmu juga punya keluarga sendiri, ibu tidak enak jika harus tinggal bersama dengan keluarga baru Ayah," ucap jujur Cantika. "Kau mengerti kan perasaan Ibu."
Alisha tentu saja sangat mengerti karena dia pernah ikut tinggal bersama dengan Kaisar. Walau dia masih kecil, tapi dia juga mengerti jika Kaisar bukan ayah kandungnya.
Airmata menetes dari pelupuk matanya. Dia lalu berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut, menangis.
Cantika mengedikkan bahunya. Kaisar mengusap kasar rambutnya. Dari dulu dia sangat sedih jika melihat Alisha menangis, tapi dia sudah tidak bisa berbuat banyak karena Alisha bukan putri kandungnya.
"Alisha, Ayah pulang dulu ya Sayang. Besok Ayah akan menemui putri ayah yang paling cantik ini. Pokoknya Ayah akan selalu ada di sisimu walau kita tidak tinggal bersama," katanya mengakhiri drama ini. Kaisar mencium kepala Alisha yang sedikit menyembul dari selimut yang dia kenakan. Mengusap rambutnya pelan, lalu meninggalkan ruangan itu.
Beberapa jam kemudian, mereka sampai di rumah Hanafi. Alisha masih tampak menekuk wajahnya dalam pelukan Cantika.
"Rumahnya kecil sekali," komentar Alisha begitu melihat bentuk rumah itu.
"Walau tidak sebesar rumahmu yang dahulu, tapi akan jadi luas jika kita menganggapnya sebagai istana," jawab Hanafi.
Alisha membuang mukanya. "Aku tidak suka."
"Sekarang kau memang tidak menyukainya, tapi jika kau sudah terbiasa dan mengenal rumah ini, kau akan mencintainya," balas Hanafi dengan santai.
Alisha makin mengerucutkan mulutnya. "Mana ada mencintai kalau g suka, pokoknya aku nggak suka tinggal di sini!" seru Alisha.
"Maaf, dia biasa .... Kau tahu kan bagaimana kehidupan kami sebelumnya," ucap Cantika. Dia lalu melihat ke arah lain dengan wajah sedih.
"Bahagia itu ada di dalam diri, untuk apa semua itu jika tidak pernah puas dan tenang," jawab Hanafi santai.
Hanafi lalu membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk ibu dan anak itu.
"Kalian akan tidur di kamar atas agar lebih nyaman. Aku tetap berada di kamar bawah. Namun, jangan khawatir di lantai atas semuanya ada. Bahkan lemari pendingin untuk menyimpan minuman dan Snack. Yang tidak ada hanya dapur dan ruang makan. Kalian harus turun untuk makan."
"Kau bisa minta bantuanku kalau turun ke bawah," kata Hanafi pada Alisha.
"Tidak ada lift?" tanya Alisha polos. Hanafi memutar bola matanya malas.
"Hanya ada dua lantai di rumah ini, ehm tiga dengan tempat jemuran di atas, tapi aku lebih suka jemur baju dibawah."
Hanafi mengambil Alisha dari pelukan Cantika dan membawa mereka naik ke atas.
"Ibu, apakah Ibu akan tidur dengan orang itu?" tanya Alisha dengan suara rendah tapi masih terdengar oleh Hanafi.
Cantika bingung untuk menjawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Anggi Susanti
ya pasti suatu saat akan tidur bersama karena ibu dan im hanafi sdh jadi suami istri alisha yaa sifat manja dan ingin yg glamor alisha turunan cantika dan ira walau cantika sekarang sdh berubah
2023-06-12
0
Triiyyaazz Ajuach
peka dikitlah Kaisar jika tadi kau ngeyel ajak Alisha dan Cantika tinggal bersamamu yg ada rmh tanggamu bakal berantakan karna Maulana pasti marah karna dulu dia juga diperlakukan buruk oleh Alisha jgn membuat kesalahan 2x Kaisar utamakan perasaan anak org lain tapi anak sndri malah nggak dipikirin perasaannya
2023-06-12
0