Bab.10

Gubuk reyot itu bergetar ketika seseorang mendobrak paksa pintu masuk. Semua yang ada di dalam terkejut dan langsung siaga.

Wajah yang tadinya tegang kini berubah tersenyum ketika melihat siapa yang datang.

"Sayang, ternyata kau," kata Ira mendekat ke arah Samson dengan gestur manja. Namun, bukan perlakuan baik yang didapatkan Ira, Samson malah mendorong tubuh Ira ke belakang. Dia seperti sedang menahan marahnya pada wanita itu.

"Ada apa, Sayang?" tanya Ira dengan wajah innocent.

"Dimana wanita itu?" bentak Samson dengan wajah memerah menahan marah.

"Siapa maksudmu!" ujar Ira gagap karena berbohon.

"Ira, tidak perlu kan aku bertanya padamu lagi?" ujar Samson gregetan ingin sekali dia mencekik wanita yang selama ini dia cintai itu. Hal itu, membuat Ira terkejut karena tidak biasanya Samson memperlakukannya dengan buruk.

Mendengar suara ayahnya, Cantika segera keluar dari kamar. Sebuah senyum lega terlihat di wajahnya. Dia berharap ayahnya akan membawa kabar baik untuk mereka.

"Papah?" Samson langsung memeluk Cantika.

"Cantika, bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Samson khawatir, memeriksa tubuh Cantika.

"Aku baik-baik, saja," jawab Cantika. Air muka Samson terlihat mengendur ketika melihat wajah teduh Cantika.

"Alisha?''

"Dia sudah tidur di kamar," ujar Cantika menoleh ke arah ibunya.

"Dimana istri Kaisar?" tanya Samson. Cantika melihat ke arah kamar. Samson langsung menuju ke sana.

Tidak lama kemudian dia kembali. Tangannya dengan keras diangkat ke wajah Ira.

"Aku sudah sangat sabar selama ini. Selalu mendukung dengan apa yang kau lakukan. Namun, kali ini aku tidak mentoleransi hal ini. Kau seperti memancing masalah bagi kita semua."

Ira memegang pipinya yang membekas merah.

"Aku hanya membalas dendam pada gadis itu," ungkap Ira membela dirinya sendiri.

"Balas dendam apa? Kau hanya membuat sengsara anak cucumu sendiri. Kau lihat, Alisha yang masih kecil harus menderita tidur di kamar itu, dia korban keegoisanmu."

"Aku melakukannya demi kebahagiaan mereka juga."

"Kau masih belum mengerti juga?" Bentak Samson.

Dia duduk lemas di salah satu kursi kayu tua. Memegang kepalanya.

"Aku tidak takut kehilangan harta bahkan nyawaku sendiri, tapi aku sangat takut melihat anak cucuku terluka."

Ira bersimpuh di lutut Samson. "Aku juga terluka melihat anakku menangis karena itu, aku merencanakan semua ini. Oh, aku tidak mengira akan menjadi seperti ini. Sungguh aku minta maaf."

"Jangan meminta maaf padaku, minta maaflah pada anakmu ini, serta wanita yang di dalam itu. Kembalikan dia pada keluarganya."

Ira langsung menggelengkan kepalanya dan bangkit, mundur.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan wanita hidup. Aku akan membunuhnya agar tidak ada lagi racun bagi hidup Cantika."

"Bu! Kau mengatakan akan melepaskannya."

Ira tersenyum jahat. "Aku memang akan melepaskannya, tapi tidak akan membiarkan dia hidup setelahnya."

"Cukup!" teriak Samson. Semua terdiam, menegang mendengar suara Samson yang menggelegar.

"Codet, hubungi keluarganya. Katakan kita akan mengembalikannya dan minta mereka menghentikan penyidikan."

"Siap, Bos!" Codet hendak maju ke depan, tapi dihalangi oleh anak buah Ira.

"Kau jangan ikut campur urusan ini," ujar Ira.

"Kau hanya akan membunuh kita semua jika masih keras kepala."

"Lebih baik aku mati daripada melihat dia hidup bahagia di luar sana. Hidup keluargaku hancur karenanya. Masa depan Cantika menjadi suram karena ulahnya. Kuharap kau mengerti!" ujar Ira dengan suara rendah.

"Kau gila!"

"Ya, aku gila karena wanita itu."

"Kau memang gila, otakmu tidak waras, Ira. Kau bukannya bertaubat malah semakin menjadi," ujar Samson.

"Ha ... ha ... ha... kita ini sama, Samson, kita sama-sama berjuang melakukan apapun untuk bisa sukses dan bahagia. Yang kau lakukan juga tidak lebih baik dariku."

"Setidaknya, aku lebih mementingkan keselamatan keluargaku dari pada ambisiku."

"Ambisi? Keluarga? Kau itu sendiri Samson, kau punya anak karena aku yang memberikannya. Ingat itu. Seharusnya kau membantuku bukannya menghalangi apa yang aku lakukan!" ujar Ira keras kepala.

Di saat itu, terdengar suara tembakan beruntun. Semua panik, mulai menyelamatkan diri dengan berlindung di tempat aman.

"Semua yang ada di dalam, ini Kepolisian sektor daerah ini. Kalian sedang dalam pengepungan. Sebaiknya kalian menyerahkan diri sekarang!" ucap seseorang dari arah luar gubug.

"Kau bawa Polisi?" tanya Ira. Samson menggelengkan kepala.

"Serahkan orang yang kalian sandera setelah itu berdiri di depan rumah ini."

"Ira tersenyum. Dia lalu mengambil pistol dari pinggang Samson dan menarik pelatuknya ke arah luar.

Lalu terdengar bunyi tembakan yang lain. Adu kekuatan mulai terjadi.

Di saat itu, Cantika langsung berlari ke arah kamar menyelamatkan putrinya. Alisha nampak ketakutan memeluk tubuhnya sendiri di sudut ruangan. Cantika lalu mendekat ke arah Alisha.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku takut, Bu, ayo kita pergi dari sini," ajak Alisha menangis.

Farida yang mendengar keributan lalu bangkit dan berjalan ke arah luar. Di hampir saja terkena peluru jika Codet tidak menariknya.

"Nona, apakah kau baik-baik saja?" tanya Codet. Farida melihat Codet.

"Kau siapa?" tanya Farida dengan tatapan innocent.

"Nona, aku ...," Codet ingin mengatakan jika dia Emilio, tapi terdiam ketika melihat Ira menatap dirinya tajam.

Suasana terasa mencekam. Samson tertembak di bagian bahunya. Ira tampak panik. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia lalu menarik pelatuk hendak menembak Farida. Namun, sebuah tembakan mengenai tangannya. Ira menjerit kesakitan.

"Farida, kau di mana?" teriak Kaisar menggema di ruangan itu.

"Di sini," jawab Codet membuat semua orang terkejut, terutama Samson. Dia menatap pucat karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Emilio, kau kah itu?" tanya Kaisar mengamati wajah sangar di sudut lain rumah itu. Dia tidak mengenal wajah orang di depannya, hanya saja kenal akrab dengan suaranya.

"Iya," kata Emilio membantu mengangkat tubuh Farida agar bisa berdiri tegak, gadis terlihat mabuk.

"Dia dicecoki obat terlarang, Tuan," terang Emilio.

Kaisar hendak berlari ke arah Farida. Ira yang melihat lalu mengambil senjatanya kembali dengan tangan satunya. Sebuah tembakan terdengar dari sebuah pistol ke arah Farida.

"Tidak!" teriak Kaisar. Dia langsung berlari melindungi Farida.

Hanafi yang melihat lalu menembak kembali Ira, namun Samson melindunginya. Akhirnya pria itu yang tertembak.

Farida langsung tersadar, dia menatap suaminya dan memeluknya. "Kai, kau baik-baik saja kan?"

Kaisar melihat ke arah belakang. Dia tertegun menatap kedua mata kecil yang melihatnya dengan wajah berkaca-kaca.

"Ayah ...," panggil Alisha dengan suara lemah.

"Tidak ... Alisha," seru Cantika berlari ke arah putrinya.

Kaisar langsung pergi memeluk Alisha yang hampir jatuh terkulai ke lantai.

"Putriku ... kenapa kau lakukan ini?" tanya Kaisar.

"Ayah, aku merindukanmu," ujar Alisha dengan terisak. Kaisar lalu memeluk tubuh Alisha erat.

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

gara gara ira keluarganya hancur....

2023-06-17

0

Anggi Susanti

Anggi Susanti

ini yg bikin semua kacau ira samson sdh mau baik tpi wanita itu keras kepala akirnya semua terjadi

2023-06-06

1

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

nah kau lihat skrg Ira itulah buah dari keegoisanmu jika kau mendengarkan kata" Samson maka suami dan cucumu tdk akan tertembak

2023-06-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!