Malam semakin larut. Cantika yang baru saja berbaring untuk memejamkan matanya dikejutkan dengan kedatangan seorang pelayan wanita yang masuk tanpa permisi ke kamarnya
"Nona, ada Polisi di luar," seru salah seorang pelayan di rumah Samson dengan panik.
Cantika langsung menyalakan lampu dan menyibak selimutnya.
"Polisi, untuk apa mereka kemari?" tanya Cantika.
"Nona tidak perlu banyak bertanya sekarang kita harus pergi dari sini secepatnya," ujar pelayan itu dengan wajah tegang dan cemas.
"Kita ke bawah dan tanya dulu apa tujuan mereka datang."
"Nona, kami tidak punya waktu lagi, ayo cepat ikut kami," ujar pelayan itu dengan air muka marah. Tangannya langsung saja menarik tangan Cantika keluar dari ruangan itu.
.
"Kalau tidak salah kenapa harus pergi?" Cantika merasa kebingungan dengan apa yang pelayan itu lakukan. Dia sempat mendengar keributan di lantai bawah tapi takut untuk melihatnya. Sayup-sayup dia mendengar teriakan Kaisar di sana.
"Cantika, keluar kau! Jangan bersembunyi dariku! Katakan di mana Farida?" seru Kaisar dengan nada marah dari bawah.
"Dia, apa maksudnya?" tanya Cantika pada pelayan. Namun, bibirnya langsung dibekap oleh dua orang pelayan pria yang lain dan dia dengan cepat di bawa ke lift rahasia yang berada di dalam sebuah lemari.
Lift itu seperti membawanya ke sebuah ruangan bawah tanah yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Ayo Nona, kita harus cepat," perintah pelayan itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mantanku datang dan dia marah?"
Namun, sepertinya ketiga orang yang bersama dengan Cantika enggan untuk menjawab pertanyaan wanita itu. Mereka terus saja berjalan di sisi Cantika melewati lorong lembab dan sedikit berair.
Mereka akhirnya sampai di sebuah pintu yang terbuat dari besi. Ketika pintu itu di dorong terlihat jalan raya menuju ke arah rumahnya. Jalan ini berada di bawah bukit tempat rumahnya berada.
Sebuah mobil pick up bermuatan sayuran sudah menunggunya. Cantika diarahkan untuk masuk ke dalam tumpukan sayuran itu.
"Kenapa tidak di depan?"
"Tolong kerjasamanya untuk kebaikan Nona. Sangat berbahaya jika Anda di depan. Nanti setelah sampai ke tempat tujuan, Nona akan tahu alasannya."
Cantika melihat ada ular di salah satu dari daun bayam. Dia menjerit geli.
"Aku tidak mau," tolak Cantika. Pelayan itu melihat ulat yang ditunjuk oleh Cantika. Dia langsung membuangnya.
"Nona, ini demi kebaikan Anda."
"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa aku harus bersembunyi seperti buronan?" tanya Cantika penasaran.
"Nona cepatlah, ada mobil yang mendekat," seru sopir yang berdiri di pintu mobil.
Di saat itu dari arah rumahnya yang ada di atas bukit terdengar bunyi tembakan peluru secara beruntun. Dada Cantika berdegub dengan kencang. Wajahnya menjadi pucat dan panik. Dia lalu mengikuti semua arahan anak buah ayahnya itu, tanpa bertanya lebih jauh lagi.
Satu hari perjalanan yang mereka lalui hingga sampai di satu tempat. Tempat itu melewati rindangnya hutan Pinus. Jalanannya sepi, walau begitu terlihat bagus aspalnya. Dia tidak tahu dibawa kemana dirinya saat itu.
Hatinya ingin bertanya, kemana ayah, ibu serta anaknya, tapi dia sendiri berada di belakang mobil pick up itu. Bajunya pun sudah diganti seperti baju petani di desa. Tidak ada yang bisa dia tanyai. Baru ketika mereka telah sampai ke lokasi itu, dia pindah duduk ke depan.
Akhirnya mereka sampai ke sebuah rumah sederhana namun berhalaman besar. Dia di sambut oleh seorang wanita yang sangat tua berpakaian kebaya dengan motif juga dan kain jarit untuk bagian bawahnya.
"Wah, cucuku akhirnya datang juga," ujar nenek itu.
"Ibu," teriak Alisha dari arah rumah. Dia lalu berlari cepat ke arah ibunya.
"Kenapa Ibu lama sekali?" tanya Alisha.
"Ibu ...." Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Aku adalah ibu dari ayahmu, Samson," terang sang Nenek. "Panggil aku Mbah, itu untuk menyebut nama nenek di sini."
"Mbah," ulang Cantika. Dia lalu menyapukan pandangannya ke sekitar.
"Di mana Papah?"
"Bapakmu durung mulih, Nduk.( Papahmu belum datang, sebutan untuk anak perempuan)"
"Tapi ibumu sudah datang, hanya saja dia sedang ke kebun bersama dengan pegawai bapakmu," terang Mbah Surip. "Kita masuk dulu, menunggu yang lain pulang. Mbah sudah siapkan banyak makanan untuk kalian. Hanya saja itu, makanan desa ya seadanya," ujar Mbah Surip dengan wajah tulus.
Cantika tersenyum.
"Walah, ayu tenan cucuku ini."
Cantika dibawa masuk ke dalam. Suasana rumah itu sangat tenang dan nyaman. Ruang tamunya terlihat luas dengan lantai terbuat dari keramik putih biasa. Banyak pajangan foto di sana. Sepertinya itu foto Ayahnya ketika masih kecil dan remaja.
"Ibu, di belakang ada banyak kambing, ayam juga bebek, ada kolam ikannya juga Bu, terus kebun sayur. Tadi aku temani Mbah ambil sayur di kebun belakang," ujar Alisha tampak antusias.
Cantika mengangguk. Kemarin malam, memang Alisha pergi keluar bersama dengan Ira, sedangkan dia memilih untuk tetap berada di rumah. Menyendiri. Tidak tahu jika ada keributan setelahnya.
"Duduk dulu, Nduk. Mbah mau ambilkan minuman hangat. Udara di sini dingin karena di daerah gunung," ujar Mbah Surip.
"Jangan repot Mbah. Duduk saja temani aku," kata Cantika.
"Eh, repot apanya. Mbah malah senang karena cucu Mbah yang cantik datang. Mbah tidak tahu jika selama ini Samson punya istri dan anak. Kalau tahu, pasti Mbah akan sering menengokmu, Nduk," terang Mbah Surip.
Cantika tersenyum kecut mendengarnya. Wanita berumur lanjut itu lalu masuk ke dalam rumah. Apa saja makanan yang ada di bawa keluar. Selain itu dia juga banyak bercerita tentang ayahnya yang dulu menghilang dan di kita telah meninggal. Tidak tahu bahwa Ayah lama berada di dalam penjara.
Selama mendengarkan cerita neneknya, Alisha berada di pangkuan Cantika hingga anak itu tertidur pulas.
Setelah terakhir pertemuannya dengan Kaisar, membuat Alisha berubah. Dia lebih banyak berinternet dengan ibunya. Tidak memberontak seperti biasanya. Dia juga jadi lebih manja. Cantika kira hidupnya akan tenang setelah ini, tapi ternyata masalah lain muncul. Entah apa yang terjadi di sana hingga membuat Kaisar marah. Kenapa dia mencari Farida di rumahnya dengan membawa polisi? Apakah ibunya melakukan kesalahan lagi? Cantika terlalu takut untuk menebaknya.
"Tehnya diminum, Nduk, keburu dingin," kata Mbah Surip.
"Itu kamar kalian," tunjuk Mbah Surip ke salah satu pintu kayu sederhana di ruangan tamu itu. "Tapi kecil tidak seperti rumah bapakmu di kota."
"Tidak apa-apa, Mbah," ucap Cantika. Dia lalu menggendong Alisha masuk ke kamar tapi disaat yang bersamaan Ira muncul dan masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum."
"Nak, menantu sudah pulang. Kalau mau mandi, Mbok sudah panaskan air di atas Pawon."
"Iya, nanti Mbok." Ira melihat ke arah Cantika dengan khawatir, lalu mencoba menyembunyikan di depan ibu dari Samson.
"Kau sudah datang, Nak, eh Alisa tidur. Kita bawa masuk ke dalam kamar." Ira lalu mengarahkan Cantika ke kamar.
"Mbok, aku tinggal ke kamar dulu. Mau bicara dengan putriku," kata Ira.
"Oh, iya. Iya, Mbok akan siapkan makan malam untuk kita."
"Tidak usah, Mbok, nanti aku saja," ujar Ira tersenyum canggung basa basi.
"Tidak apa-apa, sudah ada, tinggal di taruh di atas meja saja," ujar Mbok Surip masuk ke dalam.
"Ibu, apa yang terjadi? Kenapa rumah kita digeruduk Polisi dan...." Mulut Cantika ditutup oleh Ira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Anggi Susanti
ira ini jadi ibu gk mendidik yg baik malah bikin ulah terus
2023-06-03
0
Triiyyaazz Ajuach
Ira nggak kapok" bkin ulah pasti dia yg udh culik Farida
2023-06-03
0