Bagas berdiri dengan menekuk satu kaki agar sejajar dengan Alisha, menatap putri semata wayangnya sambil memegang tangannya.
"Sayang, aku tidak akan memaksamu memanggilku ayah, melihat kau menerimaku saja aku sudah senang. Hanya saja, akulah ayahmu yang sesungguhnya dan kau tahu itu kan?"
Seketika mata Alisha menjadi nanar, dia melihat ke arah ibunya. "Tidak ... ayahnya hanya Ayah Kaisar, bukan ayah yang lainnya," ujar Alisha melepaskan tangan Bagas dengan kasar lalu berlari pergi.
"Aku benci dengan kalian!" seru Alisha.
Tubuh Cantika melemas. Dia menjatuhkan diri di sofa seraya memegang kepalanya yang terasa pusing.
Sedangkan Bagas mematung dengan posisi tangan masih ingin meraih Alisha. Dia terlihat perih setelah mendapatkan penolakan keras dari Alisha.
"Dia membenciku gara-gara masalah ini," ungkap Cantika.
Bagas menghela nafasnya. "Mungkin ini adalah pukulan berat baginya."
"Bukan mungkin lagi, ini adalah kenyataannya. Dia masih selalu ingin bersama dengan Kaisar, tapi Kai telah menyerahkannya padaku. Dia masih terlalu kecil untuk tahu kenyataan ini."
Cantika menyeka air mata yang keluar dan yang tidak bisa dia tahan lagi. Bagas mendekat ke arah Cantika.
"Karirku hancur dan hidup ku pun hancur setelah perceraian ini, aku masih bisa tetap tegar ... tapi melihat putriku membenciku, membuat ku terpuruk. Aku ingin marah pada diriku sendiri yang menyebabkan semua masalah ini terjadi," ungkap Cantika.
"Ijinkan aku membantumu keluar dari masalah ini," ujar Bagas memegang tangan Cantika.
"Ternyata kau ada di sini?" seru seorang wanita. Hal itu membuat Cantika dan Bagas menoleh ke arah sumber suara. Suasana menjadi tegang seketika.
"Hana, kau disini?" Ekspresi panik nampak di wajah Bagas.
"Kenapa? Kau terkejut?" ujar Hana dengan wajah sengit.
Cantika tersenyum kecut.
"Hana sebaiknya kita pulang ke rumah," kata Bagas dengan wajah khawatir lebih tepatnya takut.Tangannya memegang lengan Hana.
"Jangan buat keributan di sini,'' bisik Bagas lirih di telinga Hana. Hana menepis tangan Bagas dengan kasar.
"Aku kemari bukan karena ingin membuat keributan."
"Kau lihatlah, Cantika, Hana itu sangat baik. Dia pasti mengerti tentang kita." Bagas menarik nafas lega sambil menyeka keringat di leher.
Sedangkan Cantika merubah posisi duduknya. Dia menegakkan punggung dan mengangkat satu kaki ke kaki yang lain dengan anggun.
"Silahkan duduk, dan katakan apa yang kau inginkan," ujar Cantika. Bagas malah gugup melihat dua wanita itu terlihat santai, walau begitu suasana ruangan itu terasa dingin dan tegang.
Hana duduk di salah satu kursi single. Sedangkan Bagas memilih untuk tetap berdiri di belakang Hana.
"Kita belum kenalan sebelumnya, kenalkan namaku Hana Damayanti," ujar Hana mengulurkan tangannya.
Cantika tetap diam, hanya tersenyum saja dengan angkuh.
Hana menarik tangannya lagi dengan kesal. Dia tersenyum sinis. "Jadi kau artis itu, yang dirumorkan sudah cerai dari suaminya karen suamimu selingkuh dengan wanita lain yang tidak lain adalah adikmu sendiri."
"Maaf, dia bukan adikku," ujar Hana.
"Apalah itu aku tidak perduli. Namun, mendengar cerita itu dan melihat tingkahmu ini membuatku faham mengapa mantan suamimu berselingkuh. Walau cantik, kau itu angkuh," ejek Hana.
"Ya, inilah aku. Aku punya harga diri sendiri. Terserah orang lain menilaiku apa."
"Harga diri? Harga diri yang mananya, hamil dengan siapa dan menikah dengan siapa. Kini setelah kau bercerai kau menggoda suamiku, kenapa? Kau sudah tidak punya jatah lagi?" sarkas Hana.
"Jatah apa maksudmu?" tanya Cantika memasukkan anakan rambut ke belakang telinganya. Emosinya saat ini sudah naik, tapi tetap dia tahan.
"Kau lihat rumah ini? Aku bisa hidup mewah tanpa bantuan suamimu, bahkan dia dulu adalah mantan karyawan ayahku," ujar Cantika.
"Lalu untuk apa kau dekati suami ku lagi?" desak Hana. "Oh, aku tahu, kau ingin agar anakmu tidak kehilangan identitas, ada nama ayah yang tercantum di sana."
Cantika mengepalkan tangannya erat. Kedua rahangnya mengetat. Dia langsung berdiri.
"Aku rasa tidak perlu lagi kita bicara lebih lama. Jika kau ingin selamat, silahkan tinggalkan rumah ini secepatnya!" tegas Cantika berjalan meninggalkan tempat itu.
Dia sudah terlalu lelah untuk memulai sebuah pertengkaran. Dia hanya ingin sebuah ketenangan saja.
"Jangan sok suci, jika kau tidak menginginkan suamiku, kenapa dia terus mengejarmu dan ketika aku di rumah sakit, kalian berdua bersama kan? Tega sekali kalian!" seru Hana.
Cantika menghentikan langkahnya. Dia memejamkan mata sejenak untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di jiwanya.
"Bagas bawa dia pergi dari sini!"
"Hana, ayo kita pergi," ujar Bagas takut. Dia tahu siapa ayah kandung Cantika, tidak mungkin baginya membuat masalah. Jika tidak, kepalanya bisa terpisah dari tubuhnya.
"Aku juga akan pergi, tapi sebelum itu. Aku akan memberikan sodaqoh suami seperti mu pada dirinya. Aku tidak perlu hidup bersama pria yang merasa menderita karena telah bersamaku. Kau kini bisa bebas bersamanya," ujar Hana melangkah pergi.
"Tunggu!" panggil keras Cantika.
"Aku tidak perlu belas kasihmu. Dulu aku sudah membuang Bagas jauh dari hidupku. Kini pun aku tidak akan memungut sampah yang sudah aku buang dulu. Urusanmu dengannya bukan urusanku lagi!"
"Cantika, kau jangan seperti itu, ini hanya sebuah kesalahpahaman."
"Aku tidak perlu penjelasan darimu..Hidupku sudah rumit jadi aku tidak ingin memperumit keadaannya dengan kedatangan kalian disini."
"Aku masih punya hak atas Alisha."
Cantika tertawa sumbang.
"Hak? Hak yang mana? Bertahun-tahun aku yang membesarkannya. Kau hanya memberikan spermamu saja, tidak lebih dan jangan lupa, itupun kau sudah memperoleh kenikmatannya. Jadi, jangan bicara soal hak ... padaku!" keras Cantika.
"Urus saja wanitaku itu." Cantika lalu melihat ke sekeliling.
"Penjaga ...." panggil Cantika. Tiga orang pri bertubuh besar dengan tatto serta wajah seram langsung berlari masuk ke ruangan itu. "Usir mereka dari rumah ini. Jangan biarkan mereka masuk ke dalamnya lagi!" perintah Cantika.
Penjaga itu langsung mengamankan keduanya. Hana berjalan lebih dahulu keluar ruangan, berbeda dengan Bagas yang seolah enggan untuk meninggalkan tempat itu.
"Cantika beri kesempatan aku sekali lagi untuk bicara padamu," ujar Bagas.
Cantika membuang wajahnya ke samping. Dia sangat benci dengan pelakor, tidak mungkin dirinya akan merebut suami orang. Walau dia seorang janda, dia punya harga diri yang tinggi.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!"
"Aku mencintaimu, aku akan segera menceraikan Hana, tapi berilah aku kesempatan satu kali lagi," pinta Bagas memelas. "Lagi pula Alisha butuh sosok ayah yang mencintai nya."
"Kau bisa jadi ayah Alisha, tapi tidak berhubungan dengannya. Jauhi kami, sampai kau menyelesaikan masalah mu dengan istrimu. Namun, jangan pernah berharap aku akan menerimamu lagi!" tegas Cantika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Anggi Susanti
ya mungkin diposisi hana sedih lapiasan hana cantika ketika dia sdh gk bisa beri anak pada bagas kesedihanya disembunyikan dengan tameng marah mengejek cantika
2023-06-03
1
Triiyyaazz Ajuach
gmana sich Bagas katanya Hana udh terima klau kau mau nikahin Cantika tapi knp justru malah datang marah" melabrak Cantika hmm
2023-06-03
0
Puja Kesuma
oalah hana...mulutmu jahat jg ternyata udah gk bs kasi anak tp jahat omonganmu... lbh baik kau lepas bagas buat anaknya tp.jgn bicara mcm mcm kau hana.... bagas jg mcm laki laki bodoh diam.aja waktu hana bicara aneh aneh...
2023-06-02
2