Bagas memperhatikan penampilan Cantika dari bawah hingga keatas. Tadinya mobil yang dia kendarai berlawanan arah dengan Cantika. Dia sekilas melihat wanita itu berjalan sendiri di malam hari dan dia hampir tidak mempercayainya. Dia akhirnya memutar balik kendaraan dan menyadari bahwa itu memang Cantika.
Penampilan Cantika tampak menyedihkan. Berjalan tanpa alas kaki dengan kondisi tidak terawat seperti biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan wanita yang dia cintai ini?
Secara otomatis, Bagas memegang kedua bahu Cantika.
"Apa yang terjadi?" tanya Bagas. Bukannya menjawab, Cantika malah memeluk Bagas dan menangis.
Sejenak Bagas terpaku, lalu dia membalas pelukan itu. "Kau jangan takut, aku selalu ada untukmu."
"Untung kau di sini. Alisha, dia ...?" ucap Cantika tersedu-sedu.
"Alisha kenapa?" tanya Bagas cemas.
Walau sudah mendapatkan penolakan keras dari anaknya itu, tapi Bagas masih berharap buah hatinya bisa menerima dia sebagai ayahnya suatu saat nanti. Hanya saja akhir-akhir ini dia sedang mengurus rumah tangganya yang sedang tidak baik-baik saja dan pekerjaan yang menghabiskan waktunya.
"Kau tidak tahu?" Cantika merenggangkan pelukannya.
"Alisha kenapa?" panik Bagas dengan perasaan tidak menentu.
"Alisa dia terkena luka tembak dan sekarang masih ada di rumah sakit."
"Ya Tuhan, kenapa bisa terjadi? Sebaiknya kita segera kesana dan kau harus menceritakan semuanya."
Selama di perjalanan Cantika menceritakan semua yang terjadi tanpa ada yang dia tutupi. Berkali-kali dia melihat Bagas memukul stir mobilnya dengan emosi ketika mendengar ceritanya. Namun, pria itu tidak mengatakan apapun.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Di sana tampak Kaisar sedang menemani Alisha yang sudah sadarkan diri.
"Sayang? Kau sudah sadar," kata Cantika berlari mendekat dan memeluk Alisha.
Alisha berusaha untuk tersenyum walau rasa sakit masih sangat terasa di tubuhnya.
"Ibu, kau kemana?" tanya Alisha.
Cantika mau mengatakan kalau dia tadi baru melakukan pemakaman kakek Alisha hanya saja itu mungkin akan berakibat buruk pada putrinya.
"Tadi Ibu menemani Kakek pulang," jawab Alisha. Semua yang ada di ruangan itu menatap ke arah Cantika.
"Oh, bersama Nenek?" balik Alisha. Cantika mengangguk dengan kaku. Dia mengusap kepala Alisha dengan lembut.
"Ibu, tubuhku sakit semuanya. Disini sangat sakit," ujar Alisha berusaha mengangkat tangannya ke dada.
Dua sudut Cantika berkedut ingin mengatakan sesuatu tapi ditelannya ketika mendengar Kaisar mengatakan sesuatu.
"Maafkan, ayah, Sayang, karena ayah kau menjadi seperti ini," ujar Kaisar mengenggam tangan Alisha erat dan menciumnya.
"Ayah, jangan bersedih karena aku senang karena aku sakit, ayah kembali lagi menjadi ayahku yang menemani aku. Jangan pergi lagi, Ayah. Aku sangat mencintaimu."
"Ayah akan ada di sini untukmu. Ayah juga sangat mencintaimu," balas Kaisar mengecup dahi Alisha.
Ayah mana yang tidak terharu melihat pengorbanan putrinya yang rela berkorban nyawa untuknya. Walau mereka tidak punya ikatan darah, tapi ikatan batin mereka sangat kuat.
Kaisar lalu melihat ke belakang. Di mana Bagas tampak berdiri diam di tempat dengan wajah muram yang sulit untuk ditebak.
"Kemarilah," panggil Kaisar pada Bagas.
Dengan langkah ragu Bagas maju, tapi langkah kakinya terhenti ketika melihat Alisa memalingkan wajahnya.
"Kau jangan seperti itu, Sayang. Dia juga ayah yang menyayangimu."
"Hanya ayah, ayahku, bukan pria itu!" seru Alisha.
"Dia akan tetap jadi ayahmu, Om hanya ingin mengenalmu saja tidak lebih. Om juga sangat khawatir tadi mendengar kabarmu, jantung Om serasa mau berhenti berdetak. Namun, sekarang Om senang melihatmu sudah sadar."
"Sayang, kau tidak boleh berkata buruk pada orang yang sayang padamu. Om itu hanya ingin melihatmu dan memastikan kau dalam keadaan baik-baik saja."
"Tapi aku tidak suka," kata Alisha lalu terbatuk-batuk kesakitan. Membuat panik orang di dalam ruangan itu.
"Panggil dokter," seru Cantika cemas.
Bagas langsung berlari keluar, sedangkan Kaisar membantu Cantika menenangkan Alisha.
Setelah Alisa tertidur kembali setelah ditangani oleh Dokter. Kaisar, Bagas dan Cantika duduk bersama di kursi sofa dalam ruangan itu.
"Kau kembalilah kepada Farida, dia pasti mencarimu?" ujar Cantika.
"Kau benar, hanya saja meninggalkan Alisha juga berat untukku," jawab Kaisar melihat ke arah putri kecilnya.
"Dia akan baik-baik saja. Aku akan menemani Cantika di sini."
Kaisar menatap tidak yakin pada Bagas.
"Percayalah, beri kesempatan padaku untuk membuktikan aku juga bisa menjadi ayah yang baik bagi putriku."
Kaisar tidak mengatakan apapun dan bangkit dari tempat duduknya. "Kalau begitu aku akan pergi dulu. Kabari aku kalau Alisha sudah bangun, aku akan kembali untuk menemaninya."
"Jika hal itu membuat hubunganmu dengan anak dan istrimu tidak baik maka tidak usah. Alisha akan baik-baik saja," timpal Cantika.
Kaisar menjawab sambil melihat pesan di handphonenya. "Alisha adalah putriku sampai kapan pun dia adalah putriku kau tidak bisa melarangku untuk menemuinya."
"Bukan maksudku seperti itu," balas Cantika.
"Aku tahu apa maksudku, hanya saja aku tidak suka diultimatum oleh siapapun mengenai putriku, termasuk kau, ayah yang baru kelihatan," sindir Kaisar pada Bagas.
"Maafkan aku atas semua kesalahan ini."
"Sudah kumaafkan semuanya karena semua itu sudah tidak berarti lagi bagiku. Okey, aku harus pulang, istriku sedang mencariku," ucap Kaisar meninggalkan Bagas dan Cantika dalam ruangan itu.
"Apakah kau juga akan pergi karena dicari oleh istrimu?"
"Hana mengajukan perceraian," kata Bagas.
Seharusnya, Cantika tidak terkejut mendengar ini, hanya saja dia merasa kasihan pada istri Bagas.
"Apakah kau menerimanya?"
"Jika aku masih punya kesempatan denganmu, aku akan menceraikannya."
Cantika tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Dia bangkit dan memilih duduk di sebelah Alisha.
"Kenapa kau malah tersenyum?"
Cantika hanya terdiam. Dia kemudian meletakkan kepalanya di tempat tidur Alisha. Merasa tenang ketika memegang tangan putrinya. Dia lalu memejamkan matanya karena lelah lahir dan psikis.
Ketika dia masih memejamkan mata, dia mendengar suara orang bertengkar dari luar kamar . Cantika langsung berdiri untuk melihat suara milik siapa itu.
Pintu ruangan mendadak terbuka. Farida berdiri di sana menatap ke arah Alisha. Dia mendekat, tapi Cantika menghalanginya.
"Untuk apa kau datang kemari? Apakah kau mau membalas dendam?"
Farida menatap Cantika dengan tatapan sayu. Dia lalu memeluk Cantika.
"Maafkan aku, Kakak," kata Farida tiba-tiba membuat Cantika tertegun. Cantika hanya bisa menelan salivanya dengan sulit sambil menatap ke arah Kaisar yang terlihat memegang dadanya, seperti merasa lega.
"Karena balas dendamku, anakmu yang jadi korban," Isak Farida.
"Apakah kau sadar dengan apa yang kau katakan? Kau tidak sedang bersandiwara lagi kan untuk mendapatkan simpati Kaisar?" tanya Cantika dengan suara meragukan. Setelah semua yang terjadi, dia tidak bisa mempercayai ucapan semua orang dengan mudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
yg patutnya mnta maaf itu kamu Cantika bkn Farida karna ibumu yg sdh menculik Farida juga mencekokinya dgn narkoba ,bknnya mnta maaf sama Farida tapi malah songong ky gitu Cantika msh nggak mau introspeksi diri kamu
2023-06-10
1
Anggi Susanti
farida orang baik cantika walau dia ingin balas dendam gk sejahat yg ibumu lakukan pada farida dan ibunya ingat itu disini yg paling jahat itu ibumu cantika
2023-06-10
0