Di saat Cantika baru saja berduka dengan ayahnya. Emilio datang mendekat.
"Cantika ...," Emilio tidak sanggup mengatakan apapun lagi. Dia hanya melihat ke arah kamar.
Cantika langsung berlari, hatinya berteriak, " Tidak... tidak... jangan sampai terjadi karena aku tidak akan bisa menahannya lagi, Tuhan."
Di sana, nampak Alisha yang sedang menatapnya dengan terengah-engah. Seperti kehabisan nafas. Sekuat tenaga, Cantika menggerakkan kakinya agar dapat melangkah ke depan.
"Alisha," panggilnya.
Alisha berusaha mengangkat satu tangannya untuk meraih tangan Farida, karena tangan yang lain memegang tangan Kaisar.
"Kau akan baik-baik saja, kau dengar, bantuan di luar sudah datang."
Alisha mencoba tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku bahagia melihat ayah dan ibu bersamaku seperti ini," ucapnya tersengal-sengal.
"Ya, kau harus bertahan putriku, ayah akan berjanji akan mengabulkan apapun permjntaanmu," janji Kaisar. Sejenak, Cantika menatapnya.
"Jangan menangis lagi," lanjut Kaisar mengusap air mata Alisha.
Terdengar bunyi helicopters mendekat di saat yang sama, Alisha menutup matanya.
"Alisha ... Alisha jangan tinggalkan Ibu ...," seru Cantika histeris karena panik.
"Dia tidak akan pergi, dia akan baik-baik saja," lanjut Kaisar.
"Tolong dia, Kai ... ku mohon tolong dia," ucap Cantika putus asa dan frustasi.
"Kau tenang dulu, biarkan dokter memeriksanya," ucap Kaisar menahan perasaannya. Padahal dalam hatinya dia sudah merasakan sesak luar biasa. Sejenak dia melihat ke arah Farida yang juga sedang mendapatkan perawatan dari Dokter. Dia tidak bisa meninggalkan Alisha di saat gawat seperti ini. Semoga, Farida memahaminya.
"Kak Hanafi, tolong jaga Farida," pintanya pada kakak iparnya. Hanafi menganggukkan kepala. Mengerti posisi Kaisar yang sulit karena sedang memangku Alisha yang diperiksa oleh Dokter.
"Nadinya sangat lemah," ucap Dokter itu.
"Kita harus cepat pergi ke rumah sakit jika tidak, kesempatannya untuk hidup hanya sedikit."
"Tidak ... tidak ... kau harus melakukan sesuatu!" teriak Cantika pada Dokter sambil menarik kerahnya.
"Tenang Cantika, kau hanya membuat suasana semakin keruh saja!" seru Kaisar.
Tubuh Cantika melemas, merosot ke lantai dari tanah.
Alisha langsung dibawa ke helicopters. Dokter mengatakan kesempatan hidupnya sangat sedikit, penting bagi anak itu mendapatkan semangat untuk hidup lebih lama. Ini adalah momen dimana Kaisar dan Cantika bersatu demi kelanjutan hidup anak itu.
Di dalam helicopters, Kaisar duduk dengan posisi Farida tertidur dalam pelukannya. Satu tangannya yang lain memegang tangan kanan Alisha.
Dokter masih berusaha agar Alisha bisa bertahan hidup dengan melakukan tindakan penyelamatan. Cantika sendiri berada di dekat Alisha sambil menggumamkan doa setiap saat.
Mendadak Farida membuka matanya.
"Kau sedih kan ketika anakmu sedang sakit, itulah yang kurasakan ketika melihat ibuku sekarat di rumah sakit, aku hancur dan itu semua karena kau. Kini kau menuai apa yang kau dan ibumu lakukan dulu," racau Farida setengah sadar.
Cantika hanya terdiam, menatap nanar ke arah Farida. Dia lalu menundukkan kepalanya. Membuang nafas keras karena dadanya terasa sesak. Saat ini yang dia butuhkan hanya tempat bersandar. Namun, sepertinya dia tidak akan pernah mendapatkannya.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat. Untung saja rumah sakit yang mereka datangi mempunyai alat untuk melakukan operasi darurat. Alisha langsung di bawa ke ruang Operasi setelah sebelumnya diperiksa oleh dokter yang berjaga.
"Kami butuh darah yang sama dengan pasien. Golongan darahnya A, di rumah sakit ini ada hanya saja kami membutuhkan beberapa kantong lagi sebagai tambahan," kata Dokter yang berjaga.
Semua yang ada di sana saling memandang. Cantika bersandar lemas di tembok, pasrah dengan semua yang terjadi.
"Darahku A, kau bisa mengambilnya sebanyak yang kau mau," kata Hanafi tiba-tiba membuat semua orang terkejut dan menoleh ke arahnya.
"Kalau begitu, ikut aku," kata dokter yang berjaga. Operasinya sendiri akan dilakukan oleh Dokter ahli bedah dan dokter pembantu lainnya.
Hanafi berlalu pergi tanpa kata mengikuti dokter itu. Sedangkan Cantika berjalan mendekat ke arah pintu operasi yang mulai di tutup. Dia berharap anaknya akan mendapatkan keajaiban. Hanya dia satu-satunya harapan hidupnya.
Kaisar sendiri tidak bisa menunggu operasi Alisha karena harus menunggu istrinya, Farida. Walau begitu, dia berdoa anak itu bisa selamat dan kembali tersenyum.
"Jangan tinggalkan aku," gumam Farida memegang tangan Kaisar erat.
"Aku disini, Sayang," jawabnya.
"Alisha maafkan ayah, tapi setelah ini ayah janji akan membuatmu bahagia karena itu bertahanlah hidup."
***
Hujan mulai turun dengan derasnya. Para peziarah mulai meninggalkan tempat itu, termasuk Kaisar dan keluarganya. Hanya dua anak buah ayahnya yang masih berdiri menemani Cantika.
Di saat itu, Cantika benar-benar merasa terpuruk. Dia memeluk batu nisan ayahnya, seraya menangis dengan pilu.
"Papah, mengapa kau begitu cepat pergi, padahal kita baru saja bertemu dan dekat. Papah, bagaimana caranya aku bisa bangkit sendiri? Ibu berada kantor polisi. Mereka mengatakan ibu sudah tidak waras, tapi aku berharap ibu hanya berpura-pura saja walau yang kulihat memang seperti itu. Alisha, dia juga belum sadar. Kemana aku harus mencari sandaran hidup?" kata Cantika di depan nisan ayahnya.
"Aku lelah dan seperti tidak kuat menanggung semua ini, ayah," lanjut dia lagi.
Anak buah Samson saling menatap sedih. Mereka juga turut prihatin atas kematian bos mereka. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak karena Polisi sedang mengamati tindak tanduk mereka.
"Nona, ayo kita pulang, awan sudah gelap dan gerimis sudah turun," ajak anak buah Samson.
"Kalian pulang duluan saja, biarkan aku disini, lagipula aku harus pulang kembali kemana? Rumah itu masih dijaga ketat oleh Polisi."
Anak buah Samson hanya bisa menghela nafas panjang.
"Musuh Papah juga sedang mengintai, lalu pemilik barang yang sudah disita polisi mau aku mengembalikan semua uangnya. Hanya saja rekening papah dibekukan oleh Polisi sebagai bukti transaksi. Aku tidak mengerti dengan semua ini," lanjut Cantika.
"Kami juga tidak tahu apa yang akan kami lakukan setelah ini. Haruskah kami mencari Bos baru?" Kedua anak buah Samson saling mendesah.
"Kalian carilah kehidupan yang lebih baik. Jadi orang yang lurus jadikan semua yang terjadi pada Papahku sebagai pelajaran penting dalam hidup. Jangan sampai ketika kalian sudah sukses malah mati sia-sia tanpa memberi harta pada anak istri kalian. Oleh karena sesuatu yang dicari dengan cara yang tidak baik hanya akan menjadi sampah saja."
"Anda benar, Nona."
"Pergilah jangan pedulikan diriku. Aku bisa menjaga diri sendiri dengan baik."
Akhirnya dua anak buah Samson yang tersisa pamit meninggalkan tempat pemakaman itu. Kini yang tersisa hanya Cantika.
Wanita itu lantas bangkit berjalan dengan gontai meninggalkan makam itu.
Baru saja beberapa langkah, mendadak kepalanya terasa pusing. Pandangan matanya kabur dan dia terjatuh ke tanah tidak sadarkan diri.
Di saat itu seorang pria dari kejauhan mendekat. Pria itu lantas memeriksa keadaan Cantika dan membawanya ke mobil.
"Jika bukan karena janjiku, sebenarnya aku malas melihatmu," gumamnya.
Beberapa saat kemudian, mobil itu sampai di depan sebuah rumah bercat biru laut. Hanafi lalu keluar menuju ke arah pintu depan penumpang. Menggendong tubuh Cantika masuk ke dalam rumahnya.
Cantika sempat membuka matanya yang terasa berat untuk sekejap. Dia merasakan perasaan hangat di dadanya.
"Kai, Aku tahu kau masih peduli denganku? Aku sangat mencintaimu," gumamnya lirih, memasukkan dirinya lebih dalam ke dada Hanafi. Lalu memejamkan matanya lagi.
Hanafi hanya bisa menghela nafas panjang. Akhirnya, dia sampai juga berada di kamar mandi. Lalu dia meletakkan tubuh Cantika di atas toilet dan menyiramnya dengan air hangat dari shower.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
jgn lagi berharap pada suami org Cantika saat Kaisar jadi suamimu dulu aja dia nggak peduli padamu apalagi skrg dia udh nikah nggak mgkn dampingi kamu mending fokus sama Hanafi suamimu skrg
2023-06-07
0
Anggi Susanti
ayolah cantika move on itu hanafi yg sdh jadi suamimu jangan terus mengingat kaisar yg sdh jadi muami orang sampai kpn km gk bisa bersama kaisar karena kaisar mencintai farida
2023-06-07
1