Perjalanan yang mereka lalui tidak mudah. Harus melewati hutan karet juga semak belukar yang tinggi. Belum lagi udara dingin yang berkabut dan menusuk tulang.
Mereka hanya mengandalkan sorot senter untuk menerangi jalan yang ada. Seperti tidak ada kehidupan di sana. Ini adalah hal paling mengerikan yang pernah Cantika lalui. Sebelum ini, dia selalu menjadi putri yang selalu mendapatkan pelayan yang bagus.
Mereka akhirnya sampai juga di sebuah gubug reyot. Gubug itu nampak terang dari dalam rumah. Pintu mulai dibuka. Nampak seorang pria keluar dari tempat itu.
"Bu, kau sudah datang," sapa pria itu.
Ira hanya menganggukkan kepalanya. Ketika mereka mau masuk ke dalam rumah, muncul tiga orang pria dari kegelapan. Mereka adalah anak buah Samson yang dari awal mengawal Cantika secara diam-diam. Mereka memilih duduk di kursi bambu seadanya, di luar gubug reyot itu.
"Bagaimana dia?" tanya Ira pada Ojak.
"Tadi sempat bangun tapi seperti yang Anda perintahkan, dia sudah tidak sadarkan diri," jawab Ojak.
"Ibu, apakah itu Farida?" tanya Cantika tegang. Dia memegang kepalanya sendiri.
Ira hanya menganggukkan kepalanya. Memberi tanda pada Cantika agar tenang.
Cantika sendiri menggelengkan kepalanya. "Kau gila! Kau akan membuat kita semua masuk penjara."
"Justru cara inilah yang bisa membuatmu bahagia. Dia adalah sumber bencana bagi hidupmu, Cantika." Ira memegang bahu Cantika.
"Bu, kau tidak tahu apa yang aku butuhkan," jawab Ira.
"Kau butuh Kaisar, Alisha juga butuh ayahnya, begitu kan, Sayang?"
"Namun, ini salah."
"Tidak ada yang salah. Aku akan meminta pria itu untuk menceraikan istrinya dan menikah denganmu lagi jika ingin Jelong itu hidup. Namun, jika tidak mau, maka dia akan kehilangan wanitanya. Akan merasakan sakit yang kau rasakan karena berpisah darinya."
"Bu, aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi ini bukan cara yang benar."
"Kau belum sadar juga! Jika kita mengalah, maka kita akan terus diinjak," bentak Ira dengan suara keras.
"Bu, ini tidak akan berhasil. Kaisar hanya akan membenciku."
"Namun, kau akan memilikinya seumur hidupmu dan Alisha akan bahagia karena berkumpul lagi dengan ayahnya."
"Ibu, kau gila!" ujar Cantika. Dia lalu melihat ada satu bilik kamar yang terbuat dari anyaman bambu. Cantika langsung masuk ke dalam dengan mendorong pengawal yang berjaga.
Dia melihat Farida yang seperti orang mabuk parah. Dia mendekat ke arah wanita itu dan mengangkat tubuhnya lalu mengguncangnya.
"Farida, kau kenapa? Sadarlah!" ucap Cantika mengguncang tubuh Farida. Namun, wanita itu malah tertawa.
"Cantika... ha ... ha ... kau kah ini? Kau disini juga? Mana Kai? Kau pasti menyembunyikannya kan?" tanya Farida.
"Farida! Lihat aku, kita pergi dari sini!" ajak Cantika hendak menarik tubuh Farida. Namun, wanita itu tetap duduk di tempat.
"Aku akan pergi jika Kaisar yang menjemputku. Kau tidak boleh cemburu, kakakku tersayang."
"Tidak ... tidak... kau itu musuhku, kau selalu ingin menjatuhkan aku. Kau selalu dengki denganku, aku membencimu, sangat membencimu. Aku bahkan ingin sekali membunuhmu, tapi aku bukan seperti dirimu yang jahat. Aku bukan kau," racun Farida kembali berbaring di tempat tidur.
"Kau dan ibumu sangat jahat. Kalian selalu membuat hidupku dan ibuku seperti di neraka, bahkan kau dan ibumu membunuh ibuku. Kenapa? Kenapa kalian setega itu? Padahal kami tidak pernah jahat pada kalian... kenapa harus membunuh ibuku ...," isak Farida.
"Padahal dulu hanya dia yang menyayangiku ... sekarang kau merasakannya kan? Bagaimana rasanya orang yang kau cinta diambil dengan paksa darimu," lanjut Farida dengan suara tidak jelas.
"Ha... ha ... Kaisar sekarang dia mencintaiku. Bukan kau... kau telah dapat karmanya Cantika dan aku puas, tapi ...." Farida mencoba untuk bangun dan menegakkan kepalanya yang terasa berat.
Cantika ikut menangis mendengarnya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan kalian," ujar Farida tidak sadar.
"Kau kira aku juga akan memaafkanmu, Jelong!" balas Ira yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
"Kau dan ibumu sama-sama perusak kebahagiaan keluargaku. Kau itu racun yang harus disingkirkan. Kau juga anak pembawa sial! Kehadiranmu adalah kesialan bagi kami."
"Kau itu penyihir jahat dan selamanya akan jahat lalu masuk ke neraka, membusuk di sana," jawab Farida lantang.
Terdengar suara keras tamparan. Farida memegang pipinya yang memerah. Ira lalu menampar lagi wanita itu berkali-kali.
Cantika yang tidak tahan melihatnya lalu keluar dari ruangan itu. Dia berjalan keluar dari rumah itu, melewati Alisha yang tertegun.
"Kau mau kemana Cantika?" seru Ira. Cantika tidak menghiraukan panggilan ibunya. Dia hanya ingin menghilang dari bumi ini selamanya. Tidak kuat menahan dosa dan rasa bersalah serta luka yang lebih dalam.
Ira memberi tanda pada Ojak untuk membawa Cantika masuk kembali. Ojak langsung berlari mengejar Cantika dan membawa paksa wanita itu kembali ke gubuk.
"Lepaskan aku!" teriak Cantika ketika sudah berada di depan Ira.
"Kau bodoh bila pergi dari sini!" ujar Ira. "Kau tahu di luar sana banyak Polisi yang mencari kita."
"Karena itu keluarkan dia dari sini agar hidup kita tenang Ibu."
"Membebaskannya? Ha... ha ... tidak mungkin. Aku lebih baik membuangnya ke dasar jurang daripada melihatnya hidup bebas kembali."
"Bu, obsesimu hanya akan membunuh kita berdua," jelas Cantika.
"Diam kau, Bodoh!" bentak Ira dengan mata memerah. "Semua ini untukmu, untuk kebahagiaanmu, apakah kau belum mengerti juga?"
Ira lalu mengambil handphonenya. Dia menulis sebuah pesan di sana lalu mengirimkannya.
Alisha yang ketakutan nampak terdiam di sudut ruangan. Cantika lalu berjalan memeluknya.
"Kau jangan takut, Ibu ada di sini."
"Kenapa harus takut. Nenek melakukannya untuk kalian, terutama kau Alisha. Kau ingin agar ibumu bersama dengan ayahmu lagi kan. Nenek akan mewujudkannya. Kau jangan khawatir."
Mata Alisha berbinar seketika. Dia melepaskan diri dari ibunya dan berlari mendekat ke arah Neneknya, lalu memeluk.
"Benar, Nek?" balik Alisha antuasias.
Ira menganggukkan kepala dan mengusap kepala Alisha. "Ingat semua yang Nenek lakukan untuk kebaikan kalian." Ira lalu tersenyum, dia melihat kecut ke arah Cantika.
Cantika menarik keras rambutnya ke belakang sambil menghembuskan nafas keras. Dia lalu melihat ke arah Farida.
Hatinya merasa bimbang dengan apa yang akan dia lakukan. Jika dia mengikuti ajakan ibunya, itu sama saja dengan melawan kehendak hatinya yang ingin sebuah ketenangan hidup.
Jika dia melawan, ibunya bisa melakukan hal gila yang tidak bisa dia duga. Dia tahu ibunya bukan orang baik-baik yang akan bertaubat dengan mudah. Sebenarnya kini dia malu punya ibu seperti itu. Hanya saja, dia sangat menyayangi ibunya. Tidak ingin hal buruk mengenai dirinya.
Alisha, dia tampak senang dengan perkataan neneknya. Hal itu, membuat Cantika sedih. Dia tidak ingin Alisha meneruskan sifat ibunya yang akan melakukan semua cara agar semua yang diinginkan bisa berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
didikan Ira bkin Alisha justru jadi anak yg selalu menginginkan milik org lain
2023-06-05
0
Anggi Susanti
nenek satu ini sdh gila anak sdh mau taubat eehh ini nenek malah semakin menjadi jadi dan parahnya itu akan mempengaruhi alisa yg masih kecil dan gk tau apa² ckckck gedek q dengan jalan pikiran ira
2023-06-05
0