Beberapa hari kemudian.
Cantika sedang duduk di halaman belakang ketika seorang pelayan datang dan memberitahunya jika ada yang sedang mencari. Dia menutup majalah fashion yang sedang dipegang dan bangkit.
Kakinya masih terasa sakit karena luka yang diderita kemarin. Dia berjalan dengan menyeretnya.
Di ruang tamu berdiri pria membelakangi Cantika. Pria itu memakai kemeja biru laut yang lengannya sebagian dilipat ke atas. Memakai celana berwarna coklat tua yang pas di tubuhnya.
"Bagas?" panggil Cantika.
Bagas membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekat ke arah Cantika lalu memeluknya. Cantika terdiam, tidak membalas pelukan Bagas.
"Aku langsung kemari ketika mendengar kabarmu," ucap Bagas dengan suara khawatir.
Pria itu merenggangkan pelukannya dan melihat Cantika dari atas kebawah untuk memeriksa keadaannya. Dia melihat perban masih menempel di kaki Cantika.
Bagas membungkuk dan hendak menyentuhnya, tapi Cantika memundurkan kakinya ke belakang.
"Apa yang terjadi, Cantika?" tanya Bagas sedih. Cantika masih bisa melihat perhatian dan cinta di mata Bagas. Andai saja waktu masih bisa dia putar kembali, dia ingin bersama Bagas waktu itu.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya terpeleset dan jatuh saja," ujar Cantika berbohong.
"Jatuh ke dalam laut, itu sangat mengerikan. Jangan ulangi lagi karena aku tidak sanggup mendengar hal buruk menimpamu."
"Kau lihat, aku masih bisa berdiri tegak di depanmu. Aku baik-baik saja," ujar Cantika.
"Oh, aku lupa," ucap Bagas. Dia lalu menyerahkan buket bunga mawar merah ditangannya.
"Aku membawa ini untukmu, kau menyukainya kan?" ucap Bagas. Cantika terpaku menerima buket bunga itu.
Bagas lalu berjalan mengambil tas berisi makanan.
"Aku juga membawa martabak manis spesial kesukaanmu, keju bercampur kacang dan coklat. Masih panas," imbuh Bagas dengan wajah berseri-seri.
"Oh, satu lagi, kau makan ini bersama dengan Es Boba."
Netra Cantika berkaca-kaca. Ternyata Bagas masih mengingat semua hal yang dia sukai. Sudah lama sekali dia tidak merasakan rasanya dicintai.
"Kemarilah," ajak Bagas menarik tangan Cantika ke kursi sofa. Pria itu lalu membuka kotak berisi martabak, memotongnya lalu menyuapi Cantika.
Cantika terdiam, tapi akhirnya dia menerima suapan itu.
"Enakkan? Ini aku beli ditempat biasa kita makan bersama sewaktu kuliah dulu."
Entah mengapa, air mata mengalir di pipi Cantika tanpa bisa dia tahan. Bagas yang melihatnya langsung menyeka air mata Cantika dengan tisu yang ada di atas meja.
Namun, Cantika menolaknya.
"Istrimu, dia pasti menunggu di rumah," ucap Cantika.
Bagas menghela nafas panjang. "Dia sudah tahu tentang kita dan Alisa, dia juga sudah menerima jika seandainya aku memilih menikah denganmu."
"Kau sangat jahat sekali, dia baru saja kehilangan rahimnya dan kau malah mengatakan hubungan yang belum pasti aku akan menerimanya."
"Tapi ...." Bagas ingin menyela. Cantika merenggangkan tangannya. Di saat itu, Alisa yang baru saja pulang sekolah masuk ke dalam ruangan itu.
Dia melihat ibunya bersama dengan pria yang pernah dia lihat di sekolah dulu.
"Om, kenapa di sini bersama Ibu?" tanya Alisha.
Bagas yang melihat kedatangan Alisa langsung bangkit, berdiri, mendekat ke arah Alisha.
"Hei Cantik, kita bertemu kembali. Om kemari untuk bertemu dengan ibumu," ujar Bagas.
"Om kenal dengan Ibu?" tanya Alisha lagi seperti memastikan satu hal dengan gaya seperti anak pada umumnya.
"Ya, kami sudah kenal lama," jawab Bagas melihat ke arah Cantika yang sedang menatap keduanya.
Anggukan Cantika membuka Alisha percaya. Dia lalu melihat ke arah Bagas lagi. "Waktu itu Om, mengambil fotoku, aku ingin melihatnya," ujarnya.
"Fotomu masih ada di rumah, Om, kau bisa melihatnya kapan pun."
"Foto? Foto apa?" tanya Cantika tidak mengerti.
"Om datang ke sekolah untuk memotret semua anak di sekolah katanya untuk apa ya?" terang Alisha tidak jelas.
"Untuk brosur toko swalayan tempat dimana ku bekerja. Aku hendak menjadikan anak sekolah dan ibunya sebagai icon-nya. Sedangkan Alisha, fotonya sangat unik dan menarik, hanya saja aku tidak mungkin mengambilnya untuk kujadikan model sebelum mendapatkan ijin darimu. Aku hanya ingin menyimpannya di rumah," jelas Bagas.
"Jadi fotonya sudah jadi dan bukan aku yang nanti fotonya akan ada di swalayan?" cecar Alisha yang terlihat kecewa.
"Semua harus seijin ibumu," kata Bagas.
"Bu ... boleh kan?" tanya Alisha penuh harap.
Cantika tidak suka jika Alisha turun ke dunia hiburan dan hidup terekspos dan menjadi milik publik ketika masih kecil. Dia ingin Alisha menikmati dunianya. Hanya bermain dan bersekolah saja. Namun, dia tidak mungkin akan menolaknya karena itu bisa berakibat fatal untuk hubungannya dengan sang anak. Alisha bisa tambah membencinya setelah semua yang terjadi.
"Boleh," jawab Cantika ragu dan kaku, dia melirik ke arah Bagas.
"Bagaimana kalau kau ikut juga menjadi modelnya. Perusahaan kami pasti akan sangat menyukainya jika artis dengan nama besar seperti mu bisa menjadi icon swalayan milik kami."
"Kau gila, seperti yang kau tahu namaku sedang jelek di mata publik."
"Kita akan membangunnya lagi," ujar Bagas. Pria itu memang yang dulu menemaninya merintis karir di dunia hiburan hingga sampai bisa meraih menjadi ratu kecantikan sebuah ajang pencarian bakat. Itu titik awal perjalanan karirnya yang meningkat.
Kini, dia hanya ada di rumah saja setelah tahu bahwa Fadil bukan ayahnya. Dia tidak sesibuk seperti dulu lagi. Tawaran ini seperti angin segar untuknya kembali lagi bersinar.
"Bagaimana?" tanya Bagas penuh harap. Cantika menatapnya.
"Apa masih ada harapan?"
"Selalu masih ada harapan untuk mereka yang mau berusaha, betul begitu Alisha?" tanya Bagas bersemangat.
"Iya, Bu, ayo, kita foto biar nanti foto kita ada di mana-mana," bujuk Alisha.
Cantika melihat ke arah Alisha lalu berjongkok di depannya. "Kau ingin kita melakukannya?" tanya Cantika.
"Iya, agar ayah melihatnya dan bangga punya anak seperti ku. Aku rindu dia, Bu, tapi Ayah tidak pernah datang lagi. Apa ayah sudah lupa padaku setelah punya Lana? Aku ... aku sangat sedih."
Cantika langsung memeluk Alisha erat.
Keterangan Alisha membuat hati Cantika terluka. Anak itu antusias melakukan ini karena Kaisar. Alisha masih berharap Kaisar menjemputnya dan membawanya pergi.
Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar pengakuan anaknya. Bagaimana cara untuk menerangkan pada Alisha bahwa Kaisar bukan ayahnya. Walau di pengadilan Alisha mendengarnya tapi dia masih berkeyakinan bahwa hanya Kaisar yang bisa jadi ayahnya tidak ada pria lain.
Cantika sendiri tidak tahu apakah Alisha mengerti jika Bagas adalah ayahnya. Jika iya mengapa Alisha masih memanggilnya Om, jika tidak mengapa dia terlihat santai saja ketika bersama Bagas.
Cantika menatap ke arah Bagas yang nampak kecewa mendengar ungkapan hati putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Anggi Susanti
gimana lagi dari kecil alisa sdh berssma kaisar jadi anak itu beranggapan ayahnya ya kaisar seharusnya csntika memberi tau kaisar bukanlah ayahnya pelan pelan alisa akan bisa menerima
2023-06-03
0
Triiyyaazz Ajuach
semua karna obsesimu dulu Cantika yg begitu ingin menjadi istri Kaisar
2023-06-03
0
Puja Kesuma
gini aja lah terangkan aja ke alsiha klo bagas ayah kandungnya..pasti alisha mengerti krn alisha anak yg cerdas... dan menikah aja dgn bagas kau cantika...suru bagas menceraikan istrinya aja klo.kau gk.mau dimadu
2023-06-02
0