Juru Kuncen

"Duduklah dulu! Aku masih ada satu pasien lagi. Kalian tunggulah di sana. Sambil menyelesaikan ritual dari pasien sebelumnya, aku akan mempersiapkan sesajennya untuk ritual yang akan kita jalankan," ucap juru kuncen itu setelah bu Marsini dan juga Olive tiba di rumah kayu.

Olive terlihat memainkan kuku-kuku di jarinya. Dia masih merasa khawatir dan takut. Bayangan sakit nya saat melakukan aborsi terasa. Telapak tangannya seketika dingin. Bu Marsini melihat Olive yang panik akhirnya ikut mengusap pundak Olive dan berusaha menenangkan nya.

"Kamu tenang saja yah, dik! Kata juru kuncen itu ritualnya tidak sakit kok," ucap bu Marsini.

"Bu Marsini, apakah di dalam masih ada pasien? Kok sepertinya kita lama menunggu nya," tanya Olive.

"Seperti yang dikatakan oleh juru kuncen tadi, dia masih ada pasien di dalam. Kita tunggu saja di sini dengan tenang," kata bu Marsini. Olive menarik nafasnya dalam-dalam. Dia berusaha tenang. Di saat itu, bu Marsini meninggalkan Olive lalu masuk ke ruangan juru kuncen tersebut.

Di saat duduk seperti itu, Olive mendengar teriakan seorang perempuan yang menjerit kesakitan. Olive mengerutkan dahinya.

"Aduh, sakit! Jangan di sana. Itu sakit!" Suara perempuan dari dalam ruangan itu begitu jelas.

Olive semakin dibuat ketakutan dengan jeritan perempuan itu yang seperti merasakan sakit. Olive yang penasaran ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Olive nekat mengintip dari lubang celah papan yang menjadi penyekat ruangan itu. Jangan lupakan bahwa rumah juru kuncen itu adalah berbahan kayu atau rumah papan.

Betapa Olive sangat terkejut saat melihat seorang perempuan muda dengan perut buncit telentang namun kedua kakinya membentang lebar. Jangan lupakan pemandangan yang menyeramkan, menjijikkan terlihat di mata Olive. Di mana Olive melihat seorang anak kecil dengan kepala botak sedang merogoh bagian inti milik perempuan itu. Dengan lahapnya, anak kecil itu memakan daging yang menggumpal dengan darah yang segar.

Olive yang melihat nya rasanya ingin muntah. Selain anak kecil, Olive melihat seperti seorang laki-laki dengan badan gelap legam, rambut gimbal ikut merogoh ke bagian lubang inti perempuan yang berperut buncit itu. Dia juga dengan lahap memakan daging segar dengan darah yang menetes di mulutnya. Pemandangan itu benar-benar mengerikan. Di mana perempuan hamil besar itu menahan rasa sakit karena janinnya diambil paksa oleh dua orang. Apakah benar-benar orang? Tapi kenapa tanpa rasa jijik memakan daging segar dan tega melakukan itu tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"Dia bukan manusia! Mana ada manusia tega melakukannya? Ya ampun, aku jadi takut. Lebih baik aku urungkan niatku untuk melakukan ritual itu di sini," gumam Olive.

Olive kembali mengintip. Kini Olive melihat sosok wanita berambut panjang cekikikan melihat laki-laki dan seorang anak kecil itu sedang menikmati daging segar yang merupakan janin milik perempuan hamil itu. Suara tawanya terdengar jelas oleh Olive.

"Astaga! Dia pasti kuntilanak!" pikir Olive.

Walaupun Olive merasakan ketakutan dan merasakan jijik melihat adegan menyeramkan itu, namun rasa penasaran nya mengalahkan rasa takutnya.

Sampai beberapa lamanya, perut buncit perempuan itu semakin mengecil. Tiba-tiba Olive dikagetkan dengan suara bu Marsini dan juru kuncen keluar dari ruangannya. Olive dengan cepat-cepat kembali ke tempat duduknya.

"Tunggu sebentar yah dik! Sebentar lagi giliran kamu," kata bu Marsini.

Juru kuncen itu tersenyum seraya menatap tajam ke arah Olive yang terlihat gemetaran. Bu Marsini memberikan air minum pada Olive.

"Aku bantu juru kuncen itu menyiapkan segala sesuatunya yah, dik! Kamu di sini dulu," Kembali bu Marsini masuk bersama dengan juru kuncen itu.

Kedua orang itu seperti mondar-mandir melakukan ritual aneh itu. Jangan lupakan Olive yang sudah pucat pasi. Dia ingin lari meninggalkan rumah itu. Benar-benar ingin kabur dari sana dan mengurungkan diri untuk melakukan ritual aborsi aneh yang seperti nya menyakitkan bagi perempuan hamil.

Olive sudah berencana ingin lari dari tempat itu sebelum bu Marsini dan juru kuncen nya keluar dari ruangannya. Namun perempuan hamil yang tadi dilihat nya keluar dan berjalan mendekati Olive. Perempuan itu duduk di sebelah Olive yang gelisah ingin meninggalkan tempat itu.

Mata Olive melihat perempuan itu masih dalam keadaan perutnya membuncit. Dia masih terlihat baik-baik saja. Padahal terakhir yang dilihat oleh Olive, perempuan itu perutnya sudah rata dan janinnya sudah dimakan oleh makhluk yang menyerupai manusia.

"Mbak, mau melakukan ritual juga?" tanya perempuan itu. Olive mengangguk pelan.

"Jangan khawatir, mbak! Tidak sakit kok!" kata perempuan itu. Olive mengerutkan dahinya.

"Tapi kok... " sahut Olive. Perempuan itu tersenyum seraya mengusap perutnya yang masih besar.

"Soal perut ini yang masih besar, kata mbah juru kuncen nanti juga kempes sendiri. Jadi jangan khawatir," terang perempuan itu. Olive manggut-manggut.

"Tapi tadi aku mendengar kalau mbak berteriak-teriak karena merasakan sakit. Bahkan aku melihat kalau mbak... " Olive tidak mampu untuk bercerita tentang apa yang dia lihat. Perempuan itu terkekeh mendengar cerita Olive.

"Mbak salah dengar kali. Aku di dalam duduk mengobrol dengan juru kuncen dan juga seorang ibu-ibu saja kok. Aku tidak diapa-apain," cerita perempuan itu. Olive menyipitkan bola matanya.

"Tapi aku benar-benar mendengar teriakan mbak karena merasakan kesakitan kok... sumpah mbak!" sahut Olive.

"Aku juga berani bersumpah loh, mbak! Kalau di dalam aku duduk mengobrol saja dengan juru kuncen itu bersama ibu itu. Tapi sebelumnya aku disuruh minum air kencingku sendiri yang dicampur dengan setetes darah di jempolku ini. Tapi sebelum aku meminumnya, di jampi jampi oleh juru kuncen itu," cerita perempuan itu. Olive melongo tidak habis pikir.

"Air kencing dicampur darah kita sendiri, diminum?" tanya Olive tidak percaya.

"Iya, mbak! Hanya itu saja kok!" terang perempuan itu.

Tiba-tiba percakapan mereka terhenti ketika juru kuncen dan bu Marsini keluar dan menghampiri mereka. Namun bu Marsini membawa amplop coklat itu dan memberikannya pada perempuan tadi.

"Ini uang sebagai imbalan kamu, dik! Syaratnya kamu boleh membukanya saat tiba di rumah. Karena usia janin yang kamu kandung itu enam bulan, maka dari itu kamu mendapatkan imbalan uang enam milyar," terang bu Marsini. Tas besar yang berisi uang itu diterima wanita itu dengan mata berbinar.

Perempuan itu melongo antara tidak percaya dan berusaha percaya. Jangan lupakan Olive yang juga semakin penasaran dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

"Soal perut kamu yang masih membesar, nanti pelan-pelan akan kempes pada waktunya. Jadi kamu jangan khawatir," sambung bu Marsini.

"Baik bu, terimakasih banyak. Kalau begitu saya permisi. Sampaikan ke bapak juru kuncen kalau saya pamit pulang," kata perempuan yang perutnya masih membuncit.

"Ya, ya nanti aku sampaikan pada pak Djarot," Sahut bu Marsini yang menyebut nama juru kuncen itu dengan nama pak Djarot.

Terpopuler

Comments

Reliya

Reliya

serem tapi masih penasaran

2023-10-13

0

Kustri

Kustri

iiiih, serem......

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!