Pertukaran Janin

Saat Andre dan Sonia tiba di rumah dukun itu. Di mana rumah tunggal dengan tipe rumah kuno dengan halaman yang cukup luas. Sekitar rumah itu dikelilingi dengan pohon besar yang cukup rindang. Namun terkesan keangkeran di sana saat malam kembali gelap. Pencahayaan lampu yang redup dan tidak begitu terang. Namun begitu, di kampung tersebut sudah masuk listrik.

Setelah bertanya-tanya dengan penduduk sekitar mengenai tempat tinggal dukun di kampung itu, Andre bisa menemukan tempat tinggal paranormal tersebut. Bersama dengan Sonia kekasihnya akhirnya bisa bertemu dengan pak Djarot yang dikenal oleh orang-orang sekitar sebagai seorang dukun, orang pintar maupun paranormal.

Duduk dengan gelisah Sonia bersama dengan Andre. Hari sudah sore saat keduanya tiba di tempat itu. Kebetulan tinggal Andre dan Sonia yang berada di tempat itu. Mungkin saja pasien telah habis dilayani oleh dukun itu dengan maksud dan tujuan yang berbeda.

Tatapan tajam dari kedua mata yang sudah mulai redup menatap Andre dan Sonia. Dia adalah pak Djarot yang umurnya sekitar enam puluh tahunan. Namun terlihat begitu muda dan kuat. Bagi orang yang belum pernah tahu pak Djarot, mungkin dikira pak Djarot masih berumur sekitar tiga puluh tahunan. Entah resep apa yang membuat pak Djarot terlihat awet muda.

Orang-orang mengenal pak Djarot bisa memasang susuk baik untuk penarik pengasihan, kecantikan, maupun kekuatan. Selain itu pak Djarot juga dipercaya bisa menyelesaikan masalah seseorang dengan cara magis. Namun begitu di kampung itu juga sudah ada pengobatan secara medis seperti bidan, praktek dokter umum dan puskesmas.

"Kalian mau tukar janin dengan uang?" tanya pak Djarot yang dikenal sebagai juru kuncen ataupun dukun di tempat itu.

"Benar, pak!" jawab Andre singkat.

Sonia mengerutkan dahinya. Niatnya mau aborsi tapi jadi tukar menukar seperti ini. Pak Djarot pun berdiri dari tempat duduknya. Dia masuk ke dalam dan menyiapkan segala sesuatunya untuk acara ritual.

"Tunggu sebentar yah. Bapak akan menyiapkan sesajen untuk ritual ini," kata pak Djarot. Sonia mulai gelisah karena dia belum tahu apa bentuk ritual itu sendiri.

"Tenang, jangan khawatir! Aku akan menemani kamu saat melakukan ritual itu," ucap Andre. Sonia berusaha tenang walaupun dirinya merasa takut.

Kembali pak Djarot keluar dari ruangan itu dan memanggil Sonia.

"Silahkan, kalian bisa masuk! Kita akan mulai ritualnya," ucap pak Djarot. Sonia dan Andre berdiri dari duduknya serta merta berjalan mendekati pak Djarot. Pak Djarot mengerutkan dahinya saat Andre dan Sonia bersama-sama ingin masuk ke ruangan yang akan dipakai ritual.

"Maaf, di sini siapa yang hamil dan hendak melakukan ritual penukaran janin?" ucap pak Djarot. Dia bisa saja menyuruh Andre keluar dari ruangan itu. Namun pak Djarot sedikit berbasa-basi ingin mengusir Andre secara halus.

"Saya, pak!" sahut Sonia.

Pak Djarot berusaha tersenyum walaupun wajah garangnya masih belum bisa ia tutupi. Andre menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf, ritual ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Jadi silahkan, menunggu di luar," ucap pak Djarot.

Sonia dan Andre saling berpandangan. Pada akhirnya Andre kembali duduk di kursi kayu di ruang tengah setelah mengusap pundak Sonia sebagai isyarat supaya Sonia lebih tenang dan tidak khawatir.

⭐⭐⭐⭐⭐

Duduk bersila pak Djarot dengan di depannya ada sesajen lengkap. Sonia menunggu instruksi yang akan diberikan oleh pak Djarot.

"Siapa nama kamu tadi?" tanya pak Djarot.

"Sonia, pak!" jawab Sonia.

"Hem, oh iya Sonia tolong kamu ke kamar mandi sebentar dan tampung sedikit dari air seni kamu ke wadah ini," perintah pak Djarot seraya memberikan wadah kepada Sonia.

Setelah memberikan perintah itu, pak Djarot kembali terpusat pada sesajen itu dan mulai membaca mantra. Sonia tanpa banyak bicara bergegas ke kamar mandi dan melakukan apa yang diperintah pak Djarot yaitu menampung sedikit air seni nya.

"Sekarang, beri sedikit darah kamu tujuh tetes ke dalam wadah yang berisi air seni kamu ini," ucap pak Djarot setelah Sonia kembali dari kamar mandi dengan membawa wadah yang berisi air kencingnya sendiri. Pak Djarot memberikan jarum pentul untuk memudahkan Sonia mengeluarkan darah di jempolnya.

Sonia pun melakukan apa yang diperintahkan pak Djarot tanpa banyak bicara. Tujuh tetes darah masuk ke dalam wadah yang berisi air seni milik Sonia. Pak Djarot kini mulai mengaduk antara air seni dan darah segar milik Sonia itu hingga tercampur. Setelah itu kembali pak Djarot membacakan mantra. Mulutnya komat-kamit entah apa yang pak Djarot baca.

"Berapa umur kamu, nak?" tanya pak Djarot setelah selesai membaca mantra.

"Dua puluh dua tahun, pak!" jawab Sonia.

"Hem usia yang masih sangat muda belia," kata Pak Djarot seraya memberikan gelas yang sudah ia tuang dengan campuran air seni dan darah milik Sonia. Sonia mengerutkan dahinya saat pak Djarot memberikan gelas yang berisi air seni dan darahnya sendiri.

"Minum itu sampai habis!" perintah pak Djarot. Sonia melebar bola matanya dengan sempurna. Dia tentu saja tidak akan mengira jika disuruh minum minuman yang seharusnya tidak ia minum.

"Siapa nama orang tua kamu?" tanya pak Djarot.

"Bapak saya sudah meninggal dunia. Kini tinggal ibu saya. Beliau bernama bu Marsini," ucap Sonia tanpa sadar dia telah meminum gelas yang berisi campuran air seni dan darahnya sendiri. Pak Djarot tersenyum mendapati Sonia telah menghabiskan isi di gelas itu.

Cukup lama Sonia diajak mengobrol dengan pak Djarot tanpa melakukan kontak fisik termasuk diurut bagian perut nya. Sonia hanya minum air seni dan darah saja setelah itu hanya ngobrol sesuatu yang menurut Sonia tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan acara ritual penukaran janin. Bahkan perut Sonia tidak merasakan mual atau kontraksi seperti proses menggugurkan janin.

"Silahkan kamu tunggu di luar! Bapak akan menyiapkan uang sebagai penukaran janin kamu tadi," ucap pak Djarot. Sonia terlihat bingung. Tentu saja Sonia bingung karena dia seperti belum mengalami kontraksi atau keguguran. Tidak ada darah yang keluar dari bagian inti nya.

"Apakah janin saya sudah hilang pak?" tanya Sonia bingung. Pak Djarot berusaha tersenyum walaupun senyuman nya terlihat menyeramkan.

"Janin kamu masih di dalam perut kamu. Tapi nanti kalau sudah waktunya, janin kamu akan hilang sendiri," terang pak Djarot.

Sonia semakin tidak mengerti. Dia tidak paham dengan ritual yang dilakukan oleh pak Djarot.

"Tapi saya mau sekarang juga janin saya hilang, pak! Saya tidak mau di dalam perut saya masih ada orok. Bagaimana kalau semakin hari perut saya semakin membesar?" protes Sonia.

"Kamu jangan khawatir, nak! Nanti janin kamu akan hilang dengan sendirinya. Dan perut kamu akan kempes tidak ada lagi bayi kamu," kembali pak Djarot menjelaskan.

Sonia masih belum merasa puas dengan hasilnya. Tujuannya ke tempat itu adalah menggugurkan kandungan nya ataupun menghilangkan janinnya. Tapi kenapa Sonia merasa janinnya tetap didalam rahimnya. Sonia keluar dari ruangan itu lalu duduk di sebelah Andre yang wajahnya terlihat sangat pucat.

"Andre, kamu kenapa wajah kamu sangat pucat sekali?" tanya Sonia. Andre ingin menceritakan semua pada Sonia tentang apa yang ia lihat. Namun akhirnya Andre mengurungkan niatnya untuk bercerita karena pak Djarot kini sudah keluar dari kamarnya sambil membawa amplop coklat yang cukup tebal.

"Ini uang untuk kamu, dik! Uang ini hasil dari penukaran janin kamu tadi," ucap pak Djarot seraya menyerahkan amplop coklat tebal yang ternyata berisi uang. Sonia menerimanya dengan gemetaran.

"Soal perut kamu yang masih sedikit membuncit, kamu jangan khawatir! Nanti bisa kempes dan hilang janin kamu dengan sendirinya," jelas pak Djarot kembali.

Sonia dan Andre saling berpandangan. Tentu saja kedua nya masih merasa belum puas karena janin itu masih di dalam perut Sonia. Namun mereka menjadi senang saat melihat amplop yang berisi uang sebagai penukaran janin. Itu artinya apa yang dikatakan oleh pak Djarot benar adanya.

"Ya sudah yuk! Kalau begitu kita pamit pulang!" sahut Andre yang rasanya ingin secepatnya meninggalkan tempat itu. Sonia mengikuti ajakan Andre. Keduanya pamit pulang pada pak Djarot.

Pak Djarot masuk ke dalam rumahnya. Dia bisa bernafas dengan lega karena bisa memenuhi persyaratan apa yang diminta oleh makhluk penunggu itu dimana lokasinya akan dibangun jembatan. Dimana makhluk itu meminta tumbal seorang wanita yang hami diluar nikah beserta janinnya.

"Halo pak Warsito! Saya sudah mendapatkan tumbalnya dan sudah menjalankan ritualnya. Mulai besok, proyek jembatan itu bisa langsung dikerjakan," ucap pak Djarot melalui handphone jadulnya. Di seberang sana pak Warsito tertawa senang.

⭐⭐⭐⭐⭐

Perjalanan pulang ke rumah. Andre dan Sonia sudah di dalam mobil. Sonia menimang amplop coklat yang berisi uang itu. Dia tidak akan percaya jika dirinya memperoleh uang sebanyak itu.

"Aku masih belum mengerti. Kenapa ritual penukaran janin ini bisa mendapatkan uang. Uang ini diambil pak Djarot dari mana? Sedangkan aku tadi tidak melakukan ritual apapun kecuali hanya berbincang-bincang dengan pak Djarot saja. Namun aku hanya disuruh minum air seni dicampur darahku sendiri. Itu saja," terang Sonia. Andre mengerutkan dahinya.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

klu bener, uang'a 3M dung.... bisa buat usaha drpd kerja Ndre

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!