Mual Dan Pusing

Masih perjalanan pulang dari tempat dukun itu yang berada di luar kota. Andre langsung mengantarkan Sonia ke rumahnya. Sonia terlihat tertidur di sebelah Andre yang masih fokus menyetir.

Hari kembali gelap dan kini mereka melewati hutan jati yang cukup panjang di sepanjang jalan di kanan dan kiri jalanan. Jalanan terlihat sepi. Ini benar-benar sangat aneh. Padahal sekarang masih menunjukkan pukul tujuh malam di arloji yang dikenakan Andre.

"Sepi banget jalanan. Biasanya kalau jam tujuh seperti ini banyak truk dan mobil travel yang lewat," gumam Andre.

Tiba-tiba saja Andre merasakan bulu kuduknya tegak berdiri. Di tepi jalan sebelah kanan jalan, Andre melihat anak kecil dengan jenis kelamin perempuan berdiri sendirian di sana. Dengan gaunnya berwarna hitam terlihat melambaikan tangannya. Namun Andre tetap melajukan mobilnya tanpa berhenti.

"Astaga! Apa yang aku lihat tadi benar-benar seorang anak kecil?" gumam Andre yang semakin menambah kecepatan mobilnya.

Di sebelah Andre, Sonia terlihat masih lelap dalam tidurnya dengan ditangannya masih memegang amplop coklat tebal yang berisi uang pemberian pak Djarot.

Andre berusaha fokus mengemudi mobilnya. Walaupun hati dan pikirannya sudah berkecamuk rasa takut. Apalagi ingatan Andre kembali teringat tentang apa yang ia lihat saat di rumah pak Djarot. Di mana kekasihnya Sonia terlihat dalam posisi telentang diambil janinnya. Bahkan janin itu langsung dimakan oleh tiga makhluk yang menyerupai manusia. Andre menduga bahwa tiga sosok itu bukanlah manusia karena sanggup dan tanpa jijik memakan gumpalan daging dan darah dalam perut Sonia. Tentu saja itu adalah janin Sonia.

"Kalau seperti ini terus aku bisa gila," umpat Andre masih dalam mode menyetir mobilnya.

Di depan jalan tidak jauh Andre akan melewati rumah makan yang ada mushola nya. Andre berencana untuk beristirahat dan sekedar minum kopi.

"Lebih baik aku berhenti di depan itu dulu. Mungkin saja Sonia juga ingin makan untuk mengisi perutnya," gumam Andre yang mulai menepikan mobilnya. Lalu mulai masuk ke parkiran rumah makan di sisi kiri jalan.

"Sonia, bangun! Kita istirahat dulu di sini. Kamu pasti lapar bukan?" kata Andre seraya mengguncang tubuh Sonia pelan. Sonia mulai membuka bola matanya.

"Hoam, sudah sampai yah?" ucap Sonia.

"Belum! Kita istirahat dulu di rumah makan ini. Makan dan minum dulu, yuk!" ajak Andre.

"Baiklah!" sahut Sonia seraya merapikan pakaiannya yang kucel karena seenaknya tidur di dalam mobil dengan posisi duduk. Sonia memasukkan amplop coklat nya ke dalam tas branded nya. Andre sudah turun dari dalam mobil dan mengitari mobil itu lalu membukakan pintu samping di mana Sonia duduk. Sonia tersenyum seraya turun dari mobil.

"Terimakasih sayang!" kata Sonia.

Kedua pasangan yang masih berstatus berpacaran itu masuk ke dalam rumah makan. Mereka mencari tempat duduk dan meja yang kosong. Pilihan Andre adalah kursi paling sudut. Seorang pelayan rumah makan segera mendatangi keduanya dan mulai mencatat apa yang akan dipesan oleh Andre dan juga Sonia. Setelah nya pramusaji itu meninggalkan keduanya untuk menyiapkan makanan dan minuman yang diminta Andre dan Sonia.

"Perutku mual dan rasanya pusing banget," keluh Sonia. Andre berusaha memijit daerah pelipis Sonia untuk mengurangi rasa pusingnya.

"Mungkin saja kamu lapar. Kamu kan tahu, saat ini kamu masih hamil. Janin itu masih di dalam perut kamu dan belum hilang. Jadi janin itu butuh makanan juga," terang Andre. Sonia kembali teringat bahwasanya dirinya hamil. Janin itu masih ada di rahimnya dan belum hilang.

"Kalau janin ini masih ada dalam rahimku dan tidak juga hilang, kamu harus menikahi aku Dre!" ucap Sonia.

"Tapi kata pak Djarot, janin itu akan hilang dengan sendirinya. Jadi kita lihat saja nanti. Lagipula pak Djarot sudah memberi kamu banyak uang sebagai ganti tukar dengan janin. Tidak mungkin jika janin itu tidak akan hilang," kata Andre.

"Yang menjadi masalah nya adalah, kita tidak tahu dengan pasti janin ini akan hilangnya kapan? Kamu sih, tidak menghendaki aku hamil tapi kamu menunjukkan orang yang salah untuk menggugurkan kandunganku ini. Bahkan ini seperti tidak menggugurkan kandungan tapi seperti penuh teka-teki," ucap Sonia.

"Sudah terlanjur, sayang! Jika janin itu tidak segera hilang dan perut kamu semakin membesar, terpaksa aku harus menikahi kamu," kata Andre. Sonia tersenyum lega.

"Nah, harusnya seperti itu kan? Aku menjadi tenang," sahut Sonia.

Pelayan pramusaji di rumah makan itu datang mengantarkan makanan dan minuman yang dipesan oleh Andre dan Sonia. Setelah itu Andre dan Sonia mulai menikmati hidangan yang sudah ada di atas meja. Sonia terlihat begitu lahapnya menghabiskan makanan nya. Berbeda dengan Andre yang masih menikmati kopinya seraya menghisap batang rokok nya.

Andre terlihat terkejut saat melihat anak kecil dengan gaun hitam duduk tidak jauh dari tempat duduknya. Tatapan tajam anak kecil itu tertuju pada Andre dan Sonia secara bergantian. Bahkan anak kecil itu duduk sendirian di kursi paling sudut. Andre tentu saja terheran-heran, kenapa anak kecil itu sudah sampai di rumah makan itu. Sedangkan Andre melihat anak kecil itu cukup jauh di jalan yang kanan kirinya hutan jati.

"Kamu lihat apa sih?" tanya Sonia seraya mengerutkan dahinya.

"Kamu lihat anak kecil itu! Tadi aku melihat nya saat di pinggir jalan hutan jati. Tapi kok anak kecil itu sudah sampai di sini yah?" ucap Andre. Sonia tentu saja ikut melihat ke arah anak kecil perempuan itu.

"Ah mungkin saja tadi dia bersama dengan anggota keluarga nya," sahut Sonia.

"Di sana tadi jelas-jelas tidak ada mobil yang sedang berhenti. Hanya anak kecil itu. Tapi... " cerita Andre.

"Sudahlah, lebih baik kamu makan dulu sayang! Jangan mikir yang tidak-tidak," sahut Sonia.

Andre terlihat masih bingung. Namun dia kembali menghubungkan dengan kejadian di rumah pak Djarot. Di mana di rumah pak Djarot tadi dirinya melihat tiga sosok yang memakan janin milik Sonia. Namun ada satu sosok perempuan yang hanya berdiri melihat tiga sosok itu makan janin dan ari-ari dalam rahim Sonia. Mungkin saja ini sosok yang sama.

"Seperti nya aku harus ke psikiater," pikir Andre seraya menggelengkan kepalanya.

⭐⭐⭐⭐⭐

Sonia merasakan mual dan pusing di kehamilannya itu. Dia tentu saja begitu panik, di mana janinnya juga masih belum hilang dari dalam rahimnya. Semakin hari dirinya merasakan berat badannya. Sonia takut jika ketahuan ibu nya kalau dirinya telah hamil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!