Kematian Wanita Hamil Beserta Bayinya

Ingat seorang wanita hamil yang ketemu Olive saat ingin menggugurkan kandungan nya di rumah pak Djarot? Yang pada akhirnya Olive tidak jadi menggugurkan kandungan nya karena berubah pikiran. Walaupun saat di rumah pak Djarot atau juru kuncen itu Olive diiming-imingi dengan uang sebagai penukaran janinnya.

Wanita itu adalah seorang ibu muda yang sudah memiliki dua orang anak. Dia bernama Marwa. Sekarang ini kehamilannya sudah diusia sembilan bulan lebih sepuluh hari. Bahkan dia sedang menantikan kelahiran bayinya itu.

Hampir beberapa bulan dimana dirinya melakukan ritual penukaran janin dengan uang, janin di dalam perutnya tidak juga hilang. Padahal dia tidak menghendaki anaknya yang ketiga itu karena suaminya dianggapnya sangat pemalas dan kurang bertanggung jawab atas keluarganya. Namun setelah Marwa mendapatkan uang sebagai ganti janinnya itu suaminya diberinya modal untuk membuka usaha. Suaminya dan dirinya akhirnya membuka warung bakso dan mie ayam di kampungnya. Usahanya pun laris manis dan ramai oleh pengunjung. Sehingga kehidupan ekonomi Marwa mulai mengalami peningkatan.

Hari ini Marwa dan suaminya sengaja tidak jualan bakso dan mie ayam di warungnya. Marwa dan suaminya sudah bersiap-siap ke klinik bersalin untuk mempersiapkan segala sesuatu jika Marwa akan melahirkan bayinya. Dari pagi sampai sekarang Marwa mengalami rasa sakit di perutnya. Sampai akhirnya Marwa dirujuk ke rumah sakit besar di kota.

"Mas sakit banget mas," keluh Marwa pada suaminya. Suaminya ikut panik dengan keadaan istrinya.

"Marwa, bertahanlah! Kamu pasti bisa melewati ini semuanya seperti saat kamu melahirkan anak-anak kamu sebelumnya," kata suami Marwa yang bernama Sumarmo. Marwa mengangguk pelan namun wajah pucat nya terlihat jelas di sana.

"Mas, ini uang kamu yang bawa saja mas. Jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu dengan ku, aku titip anak-anak yah, mas!" ucap Marwa.

Sumarmo yang mendengar ucapan Marwa jadi menyipitkan bola matanya. Marwa memberikan tas dengan ukuran besar pada suaminya. Uang itu adalah uang hasil kesepakatan dirinya dengan juru kuncen di mana janinnya akan hilang atau lenyap pada waktu yang akan ditentukan dan diganti dengan uang. Namun sampai menjelang kelahiran sang jabang bayi, janin itu berkembang sampai sekarang dan tidak hilang. Tentu saja hal itu membuat Marwa bingung. Selama ini Marwa menduga bahwa janinnya akan hilang saat sudah kembali ke rumah. Namun sampai beberapa bulan janin itu berkembang sampai sekarang hingga usia janin itu sudah saatnya lahir di dunia.

"Kamu bicara apa sih, Marwa? Kamu harus semangat dan kuat. Selama ini kamu sudah pernah merasakan rasa sakit saat melahirkan kedua anak kita," ucap Sumarmo.

"Tapi apa yang aku rasakan lain, mas. Rasa sakit nya benar-benar tidak bisa aku tahan lagi," sahut Marwa yang semakin pucat wajahnya.

Seorang suster datang dan memanggil Sumarmo. Setelah nya Sumarmo meninggalkan Marwa dan mengikuti suster itu ke ruang dokter. Di sana Sumarmo mendengar penjelasan yang disampaikan oleh dokter kandungan yang sebelumnya telah memeriksa Marwa. Tentu saja Sumarmo terkejut dengan penjelasan dari dokter tersebut. Sampai akhirnya Sumarmo harus memutuskan semua nya dengan cepat.

"Baiklah, dokter! Lakukan apa yang menurut dokter terbaik untuk keselamatan istri saya dan bayi saya," kata Sumarmo yang pasrah.

"Tidak, pak! Bapak harus memutuskan untuk memilih salah satu dari keduanya. Ibu atau bayi bapak," sahut dokter itu penuh tekanan.

"Baik, selamatkan ibu dari bayi itu terlebih dahulu," ucap Sumarmo akhirnya. Walaupun sebelumnya Sumarmo tidak menghendaki bayi itu lahir, hati kecil Sumarmo sudah merasa bersyukur ketika janin itu tetap berkembang di dalam rahim Marwa dan tidak hilang.

Sumarmo menandatangani surat perjanjian dimana Marwa akan melakukan operasi untuk mengangkat bayi di dalam rahim nya. Setelah beberapa menit kemudian, Marwa di bawa menuju ruang operasi untuk melakukan tindakan. Rasa sakit Marwa masih terus menerus ia rasakan. Sampai di dalam ruangan operasi dirinya mendapatkan bius lokal untuk pengangkatan bayi di dalam perut nya.

Sumarmo diperbolehkan ikut masuk di ruangan operasi itu. Saat operasi itu berlangsung Marwa masih merasakan pucat wajahnya. Dia tiba-tiba melihat tiga sosok asing berada di ruangan itu berdiri memperhatikan dirinya. Sosok dengan rambut gimbal berjenis kelamin pria. Dua anak kecil tanpa rambut dan seorang wanita berambut panjang memperhatikan dirinya yang sedang melakukan proses operasi itu.

"Mas," ucap Marwa. Sumarmo menggenggam tangan Marwa erat. Di saat itu Marwa tidak bisa bercerita dan menyampaikan apa yang telah dilihatnya. Sorot mata ketiga sosok itu tajam merah darah. Mereka iblis yang menyerupai sosok manusia.

"Seram sekali, mas!" ucap Marwa di sela-sela para dokter dan suster menjalani proses operasi.

"Jangan takut, ada aku di sini!" kata Sumarmo yang ia pikir adalah Marwa merasa takut karena kegiatan operasi yang telah ia jalani.

Beberapa menit berlalu hingga hampir satu jam, Marwa selalu tertuju pada tiga sosok yang sejak tadi memperhatikan dirinya. Marwa pingsan setelah bayinya bisa dikeluarkan dari dalam rahim nya. Marwa pingsan karena bayinya tidak berwujud seperti bayi pada umumnya. Ditambah lagi bayi Marwa dan Sumarmo sudah tidak bernafas atau telah meninggal dunia.

Sumarmo panik karena istrinya tidak sadarkan diri. Beberapa tim medis yang sedang menutup atau menjahit sayatan diperut bagian bawah Marwa terlihat satu suster mencoba menyadarkan Marwa. Sampai beberapa lama Marwa tidak juga sadar dari pingsannya. Hingga akhirnya suster itu berkata.

"Dokter, ibu pasien denyut nadinya melemah," ucap salah satu suster itu. Sekarang semua fokus memberikan pertolongan pada Marwa. Sampai cukup lama mereka akhirnya menyerah. Mereka tidak bisa menyelamatkan nyawa Marwa.

"Maaf, pak! Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun Tuhan berkehendak lain, istri dan bayi bapak meninggal dunia," ucap dokter itu penuh penyesalan.

"Ya Tuhan! Ini tidak mungkin! Marwa bangun Marwa. Kamu harus hidup, Marwa," ujar Sumarmo yang kini menangisi kepergian istri nya.

Di sisi tempat lain dan dimana orang-orang itu tidak mampu melihat sesuatu yang gaib, ke tiga sosok yang sejak tadi menunggu proses operasi itu menikmati segumpal daging yang menyerupai orok manusia. Mereka dengan lahapnya memakan orok milik Marwa. Sedangkan ruh Marwa hanya bisa melihat mereka penuh penyesalan dan tangis yang memilukan.

Ruh Marwa menatap penuh penyesalan pada jasadnya sendiri yang sudah terbujur kaku. Di sana ada suaminya yang memeluk dirinya dengan tangis yang tidak bisa dibendung nya.

"Marwa kalau tahu kamu bakal meninggal seperti ini, aku pasti akan melarang kamu untuk ke rumah juru kuncen itu. Aku akan menuntut dia. Karena dia, kamu meninggal," gumam Sumarmo dengan tangis penuh penyesalan.

⭐⭐⭐⭐⭐

Di depan gundukan tanah yang masih basah bertuliskan Marwa binti Aziz, Sumarmo menyesali semua yang terjadi. Dia merasa sudah gagal menjadi suami yang baik bagi Marwa, istrinya. Gara-gara dirinya yang saat itu belum mau bekerja dan malas mencari uang, menyebabkan Marwa ke tempat juru kuncen itu untuk membuat kesepakatan penukaran janin dirinya dengan uang yang banyak.

Marwa berpikir pertukaran itu hanya melenyapkan janinnya. Namun ternyata nyawanya pun ikut melayang bersama dengan bayi yang dilahirkan nya. Setelah bayinya meninggal tidak lama kemudian Marwa juga meninggal dunia. Tentu saja Marwa adalah salah satu tumbal perempuan hamil beserta janinnya untuk tumbal pembangunan jembatan.

"Marwa, maafkan aku Marwa! Aku memang laki-laki dan suami yang tidak berguna. Gara-gara aku kamu jadi meninggal dunia," ucap Sumarmo dengan deraian air mata di kedua sudut matanya.

Sumarmo kini bergegas ke rumah pak Drajat. Dia ingin menuntut pak Djarot atas kematian istrinya yang tidak wajar. Dimana bayinya juga tidak seperti bayi manusia pada umumnya. Dan juga Marwa meninggal dunia jasad nya dalam keadaan yang membusuk.

Dengan mengendarai motor buntut nya, Sumarmo ke rumah juru kuncen itu. Setibanya di rumah pak Djarot, Sumarmo mengetuk pintu rumah kayu itu dengan penuh emosi.

"Pak Djarot! Pak Djarot! Bukakan pintunya!" teriak Sumarmo di siang itu. Tidak lama kemudian, seorang laki-laki setengah baya membukakan pintu rumahnya dengan wajah datarnya. Tanpa banyak bicara, pak Djarot menatap tajam ke arah Sumarmo.

"Pak Djarot! Anda lah penyebab meninggalnya istri dan bayiku. Gara-gara bapak, istri dan anakku meninggal secara tidak wajar. Dasar dukun gila!" ucap Sumarmo

"Gara-gara aku?" sahut pak Djarot dengan mata membulat lebar dengan sempurna.

"Iya, gara-gara anda si dukun pemuja setan," ucap Sumarmo.

"Bahkan aku tidak menyuruh istri kamu datang ke rumahku. Dia yang meminta bantuan padaku. Dan aku hanya membantu nya disaat dia ingin menggugurkan kandungan nya. Lalu aku hanya menawarkan uang sebagai ganti janinnya. Itu saja!" terang pak Djarot.

"Tapi gara-gara anda, istri saya ikut meninggal!" sahut Sumarmo.

"Itu sudah takdir! Kalian sudah menikmati uang yang aku berikan. Tapi disaat kalian mendapatkan musibah, baru datang kemari," ucap pak Djarot.

"Kalau sudah tidak ada kepentingan, lebih baik anda pergi!" sambung pak Djarot seraya menutup pintu rumah kayunya dengan kasar.

Sumarmo diam membisu tidak bisa berkata-kata lagi. Benar, selama ini mereka telah menikmati uang nya. Lalu siapa disini yang akan disalahkan. Sumarmo hanya bisa meratapi dan menyesalinya. Dia benar-benar sudah gagal menjadi seorang suami yang baik bagi istri dan anaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!