Yohan memandang keluar jendela ruangannya dengan kepala yang dipenuhi pikiran.
tok..tok..tok.. terdengar pintu diketuk dari luar.
"Masuk!" ucap Yohan.
Farhan memasuki ruangan dan berjalan menghampiri Yohan.
"Farhan.. Aku ingin kamu menyelidiki tentang Irene lebih dalam dan detail tanpa terkecuali," perintah Yohan.
"Aku mau tau segalanya tentang Irene dan juga..," ucapan Yohan terhenti sejenak, "Selidiki dokter Jerry yang bekerja dirumah sakit kita. Apa hubungan dia dengan Irene?"
"Baik pak direktur, akan segera saya laksanakan secepatnya," jawab Farhan tegas.
Tatapan Yohan masih memandang keluar jendela.
"Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Irene?" Farhan sedikit penasaran.
"Iya.. Sepertinya ada hal besar yang disembunyikan Irene dari keluarganya yang berhubungan dengan dokter Jerry," Yohan menjelaskan setahu dia.
"Memangnya apa yang anda lihat kemarin?" Farhan makin penasaran.
"Kemarin tiba-tiba tubuh Irene bergetar hebat seperti orang yang ketakutan saat bertemu dengan dokter Jerry. Dan sepertinya Shasha dan Kevin juga sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi," Yohan menceritakan apa yang dilihatnya,
"Saat aku bertanya Irene kenapa? Justru Shasha menyuruhku untuk tidak ikut campur".
Farhan mengerti situasinya dan mencoba menebak apa yang terjadi. Tapi yang jadi pertanyaan Farhan. Kenapa Yohan begitu peduli. Biasanya dia tak akan mengurusi masalah orang lain.
Farhan memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa loe peduli dan kepo tentang masalah Irene bro? Bukannya loe slalu menegaskan kalo kalian cuma pacaran kontrak?"
Yohan terdiam menatap Farhan. Bahkan dia tak mengerti kenapa dia begitu peduli dengan masalah Irene saat ini.
"Loe udah ada feeling sama Irene bro?" tanya Farhan penuh selidik.
Yohan akhirnya mengerti tentang perasaannya. Wajahnya memerah dan kemudian memalingkan wajahnya.
"Haahh.. Akhirnya temen gue si balok es ini mencair juga," Farhan tersenyum lega.
"Gue akan usahain yang terbaik buat cari tau masalah ini. Loe gak usah khawatir bro,. Dan saran gue, loe harus lebih menunjukkan perasaan loe pada Irene".
Farhan benar.. Aku harus lebih menunjukkan perasaanku apalagi disaat Irene butuh seseorang seperti saat ini. Batin Yohan.
Yohan menelepon mamanya mama Ayu untuk menyiapkan makanan untuk dibawa ketempat Irene. Yohan beralasan Irene sedang sakit dan kangen masakan mama Ayu. Alasan yang dibuat-buat tapi bisa jadi amunisi untuk bertemu dengan Irene.
...****************...
Yohan menghentikan mobilnya didepan kontrakan Irene. Ia melangkahkan kakinya dengan tangan yang penuh dengan hadiah untuk Irene. Irene tinggal dikontrakan dilantai 2.
Sebelumnya Yohan sudah bertanya pada Kevin tentang keadaan Irene. Dan Kevin mengatakan kalo Irene tidak bekerja dan sedang istirahat.
Yohan memencet bel didepan pintu kontrakan Irene.
Irene yang sedang bersiap akan memasukkan mie instan kedalam panci segera bergegas kepintu depan. Irene melihat di Lcd smartdoor nya terpampang wajah Yohan.
"Yohan?" Irene terheran-heran dan segera membukakan pintu.
"Yohan? Ada apa kesini? Hari ini kan kita gak ada jadwal kencan," kata Irene setelah pintu terbuka.
"Aku disuruh mama nganter makanan buat kamu dan beberapa hadiah," jawab Yohan dengan alasan yang dibuat-buatnya sampai membuatnya sedikit tersipu malu.
"Oh.. Makasih. Ayo masuk. Tapi kontrakanku sedikit berantakan.. hehe.." Irene mempersilahkan Yohan masuk.
Yohan masuk kedalam kontrakan Irene.
"Silahkan duduk dulu.. waduh.. aku lupa komporku... mie ku.." Irene berlari setengah panik kearah dapur.
Irene segera mematikan kompor dengan panci diatasnya yang airnya sudah tersisa sedikit.
"Fiiuuhh.. untung aja gak gosong.. hehe,," Irene lega.
"Kamu lagi apa?"
"Kkamjjag-iya!" Irene terkejut ada Yohan dibelakangnya saat ini.
Yohan yang memang mengikuti Irene dari tadi hanya tersenyum melihat ekspresi Irene.
"Kamu mau bikin mie tadi?" Yohan melihat mie instan dimeja dekat kompor.
"I..iya.. hehe.. Kamu sih tiba-tiba dateng. Aku hampir lupa sama komporku," ucap Irene sedikit kesal.
Yohan tersenyum melihat Irene yang tampak imut saat kesal. Dan menarik tangan Irene untuk mengikutinya kembali keruang tamu.
"Kan aku udah bawain kamu makanan dari mamaku," ucap Yohan sambil membuka kotak makanan yang dibawanya tadi, "Sekarang kamu tinggal duduk dan makan. Apa perlu kuhangatkan lagi ke microwave?"
Irene menggelengkan kepalanya, "Gak perlu.. Aku gak bisa makan makanan yang panas.. Ini masih enak kok.. Makasih ya".
Irene mengambil sendok yang disodorkan Yohan untuknya. Dan menyuap demi suap makanan lezat buatan mama Ayu ke mulutnya.
"Kamu udah makan?" tanya Irene menatap Yohan.
"Sudah.. Makannya pelan-pelan aja," jawab Yohan lembut dan mengambil sisa nasi dipipi Irene.
"Kayak anak kecil aja makannya belepotan," Yohan tersenyum mengejek.
Wajah Irene memerah menahan malu.
"Hiishh.. Kamu apa-apaan sih. Jangan panggil aku anak kecil paman," jawab Irene membela diri.
Yohan tertawa dengan gaya bercanda Irene.
"Apa sekarang perasaaanmu jauh lebih baik?" tanya Yohan yang sedari tadi menatap Irene makan.
Ah.. benar juga.. saat itu kan ada Yohan juga disana. Apa yang dipikirkannya saat ini ya?
Batin Irene sedikit cemas.
"Kalau kamu gak mau cerita juga gak apa-apa kok Irene. Lagipula kita juga baru kenal," kata Yohan, "Tapi karena kita baru kenal, setidaknya aku adalah orang yang bisa menjaga mulutku".
Irene menatap Yohan dan seketika menundukkan wajahnya.
"Aku baik-baik aja kok. Maaf sudah bikin kamu cemas," ucap Irene lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments