Yohan tengah fokus menatap layar komputernya. Si gila kerja bukan hanya julukan semata untuknya. Tapi memang dia sungguh-sungguh dan kompeten dalam pekerjaannya. Ambisinya adalah ingin lebih memajukan perusahaan sampai terkenal ke mancanegara mengalahkan ayahnya.
BRAAKKK..
Yonas membuka pintu ruangan kerja Yohan dengan keras.
"Ada apa pak presdir?" ucap Yohan yang pandangannya tak teralihkan dari komputer.
"Ehemm.. Katanya kamu sudah punya pacar, apa itu benar?" kata Yonas yang sudah duduk di sofa tamu.
"Bukankah 2 minggu yang lalu saya sudah memberitahu presdir soal ini?" kata Yohan yang masih mengetik keyboardnya.
"Jadi kapan kamu mengenalkan gadis itu padaku hah? Siapa namanya? Irene, benarkan?" kata Yonas.
Yohan menghentikan gerakan tangannya.
"Hubungan kami masih baru dan aku gak mau membebaninya untuk bertemu keluargaku. Pasti dia gak nyaman nanti," Yohan memberi penjelasan.
"Justru karena hubungan kalian masih awal dan baru mekar-mekarnya. Mengenalkan pada keluarga akan menambah kedekatan kalian nantinya," ucap Yonas begitu antusias.
"Bagaimana kalo akhir pekan nanti kamu bawa Irene kerumah untuk makan malam bersama. Papa akan bilang ke mamamu untuk menyiapkan semuanya. Gimana?" tanya Yonas sedikit memaksa.
"Hah.. kalo aku tolak pasti papa akan merengek terus kedepannya. Jadi terserah papa aja," kata Yohan pasrah.
"Oke.. aku udah gak sabar menunggu akhir pekan buat ketemu calon mantuku.. hahahahaha,," Yonas kegirangan lalu meninggalkan ruangan Yohan.
Disusul Farhan memasuki ruangan Yohan.
"Hah.. Pak tua itu benar-benar sudah tak terkendali lagi," keluh Yohan pada Farhan.
"Lalu.. apa direktur mau mengajak Irene ke manshion bertemu keluarga besar?" tanya Farhan.
"Bukannya ini gak bisa dihindari lagi?" jawab Yohan.
Yohan mengambil ponselnya dan menekan nomer Irene untuk menelponnya.
tut..tut..tut....
"Halo!" jawab Irene dari ujung telepon.
"Pekan depan jadwal kencan kita berubah," kata Yohan.
"Berubah gimana maksudnya?" Irene masih bingung.
"Orang tuaku mengajakmu dinner ke manshion. Jadi sabtu sore aku akan menjemputmu untuk memilih baju ke desainer langgananku," ucap Yohan dengan santainya.
"Aku sih oke aja. Cukup berakting seperti biasanya kan?" kata Irene tanpa beban.
"Kali ini kita berakting langsung didepan orangtuaku. Jadi jangan sampai melakukan kesalahan nantinya," kata Yohan memperingatkan.
"Iya..iya.. aku tau.. yaudah aku masih kerja ini. bye!" Irene mengakhiri teleponnya.
Dicafe tempat Irene bekerja.
"Hiisshh.. dasar cowok arogan! kalo gak karena Oppa udah kutebas pake katana nya ayahku," kata Irene kesal.
"Wow.. menakutkan!" goda Kevin.
"Tapi sejauh ini bukankah semua baik-baik saja Ren? Sepertinya kali ini mata-mata yang dikirim tidak menyamar jadi pelanggan lagi," Kevin menyapu pandangannya keseluruh sudut ruangan cafenya.
"Hemm.. sepertinya sudah aman Vin. Cuma sabtu nanti aku diajak dinner bareng orangtuanya. Gue bisa akting natural gak ya Vin didepan mereka? kok gue jadi ciut gini," kata Irene sedikit cemas.
"Nanti kita latihan oke. Nunggu Shasha sepulang dari klinik nanti. Kita latihan, adegannya nanti gue sama Shasha jadi orangtuanya bos Yohan, gimana?" Kevin memberikan ide.
"Aahh.. ide bagus tuh!" Irene pun setuju.
...****************...
Sabtu sore seperti pesan Yohan. Irene dan Yohan pergi ke butik desainer langganan Yohan. Beberapa kali Irene bolak balik ruang ganti untuk mencocokkan gaun yang sesuai selera Yohan.
Hiiisshh.. dasar bos gila ini. Tinggal pilih satu kek.. gue capek daritadi gonta ganti udah 10x anjiirrrt..!!
Batin Irene menggerutu karena lelah.
"Oke.. aku pilih gaun itu aja," kata Yohan setelah Irene memakai gaun warna biru muda yang cocok dengan Irene.
Irene dan para staf menghela nafas lega.
Staf membawakan beberapa model sepatu yang sesuai dengan gaun Irene.
Yohan memilih salah satu dan menyuruh Irene untuk duduk. Dia berniat untuk memakaikan sepatu dikaki Irene.
"Hei.. hei.. kamu ngapain??!" kata Irene lirih setengah panik.
"Aku akan memakaikan sepatu untuk orang yang kucintai. Apa tindakanku berlebihan sayang?" kata Yohan santai sambil mulai memakaikan sepatu ke kaki Irene.
Irene memejamkan mata karena menahan malu. Dia tahu kalau ini semua hanya akting. Tapi jantungnya berdebar tak karuan.
"Makasih sayang," kata Irene tersipu.
Selesai berbelanja, Yohan dan Irene berangkat ke manshion keluarga Yohan.
Irene sedikit gugup. Tapi beberapa hari kemarin dia sudah berlatih bareng kedua sahabatnya untuk mendalami aktingnya.
Yohan dan Irene bergandengan tangan memasuki manshion.
Mereka sudah disambut oleh orangtua Yohan dan beberapa pelayan.
"Selamat datang dirumah kami Irene," sambut Yonas berbunga-bunga.
"Halo om.. tante.. Saya Irene pacar Yohan," Irene memperkenalkan diri.
"Jangan panggil om tante dong! Panggil mama papa ya supaya terbiasa nanti.. hahahaha.. sebentar lagi kan kita jadi keluarga.. iya kan ma?!" kata Yonas bersemangat.
"Iya pa," jawab mama Yohan, "Jadi ini yang namanya Irene ya? papamu begitu senang saat tau Yohan akhirnya punya punya pacar. Panggil aku mama Ayu ya!".
"Hah? Siapa? tan.. maksudku mama namanya mama Ayu?" tanya Irene bingung.
"Iya.. kenapa memangnya?" kata mama Ayu lembut.
"Aah.. kebetulan nama mamaku juga Ayu.. hehehehe.." kata Irene tak percaya kalau nama mama Yohan sama dengan mamanya.
"Sungguh? Gimana bisa sama ya.. hohohoho.. mungkin ini namanya takdir karena Irene akan jadi keluarga kami juga," kata mama Ayu bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments