Suara benda jatuh yang berasal dari kamar mandi mengejutkan Marien dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Marien melihat ke sisi ranjang di mana William sudah tidak ada lagi berada di atas tempat tidur. Suara benda jatuh kembali terdengar, Marien buru-buru beranjak dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi.
"William, apa kau berada di dalam?" tanya Marian. Tidak ada jawaban, Marien kembali memanggil namun Wiiliam tidak menjawab panggilan darinya.
Wiiliam memukul kedua kakinya dengan keras namun tidak terasa sakit sama sekali. Syaraf yang ada di kakinya seperti sudah mati. William kembali memukul sambil mengumpat dalam hati. Sekarang dia benar-benar menjadi pria cacat yang sudah tidak berguna. Untuk mengambil sebuah benda saja dia harus berusaha dengan keras namun sia-sia. Apa ini ganjaran yang memang harus dia dapatkan akibat sikap arogan yang dia tunjukkan selama ini?
"William, ada apa denganmu? Apa kau terjatuh?" tanya Marien yang terdengar khawatir.
"Tidak, aku baik-baik saja!" jawab William.
"Boleh aku masuk untuk melihat keadaanmu?" Marien benar-benar khawatir, dia takur William terjatuh di dalam sana.
"Yeah, bisa bantu aku?" pinta William. Sesungguhnya dia enggan dan malu tapi mau tidak mau dia harus mengandalkan Marien. Jika bukan kerena kesulitan yang sedang dia alami, maka dia tidak akan mau. Sepertinya mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk mengandalkan Marien.
Marien masuk ke dalam dan melangkah mendekati William yang sedang duduk membelakangi dirinya. Sepertinya pria itu ingin mandi namun dia kesulitan. Marien berdiri di sisi William namun kedua matanya terbuka lebar karena dia harus melihat tubuh William yang telanjang.
"Oh my God!" Marien berbalik dengan terburu-buru sambil menutupi kedua matanya. Wajahnya menjadi panas, dia rasa ada rona merah di pipi karena ini kali pertama dia melihat tubuh seorang laki-laki.
"Kau harus bisa, Marien. Kau harus bisa!" ucapnya pada diri sendiri.
"Tidak perlu memaksakan diri, Marien. Keluarlah, aku bisa sendiri!" ucap William.
"Bu-Bukan begitu, maafkan atas reaksiku. Ini kali pertama aku melihat tubuh laki-laki jadi aku?" Marien mengusap wajahnya lalu mengusap dada. Ternyata ada belalai gajah di sana dan dia harus terbiasa dengan belalai itu.
"Sudah aku katakan tidak perlu memaksakan diri, aku bisa melakukannya tapi bantu aku untuk mengambil sabun dan showernya," pinta William.
"Sepertinya kita harus membeli sebuah kursi untukmu agar kau bisa duduk untuk mandi."
"Ide bagus, tapi bantu aku sebentar!"
"Tentu, aku yang akan membantumu untuk mandi!" Marien keluar sebentar untuk mengambil sebuah kursi yang ada di meja rias yang bisa digunakan William.
"Hanya ada ini saja yang bisa kau gunakan," ucap Marien.
"Tidak apa-apa, itu sudah cukup!"
"Baiklah, aku bantu!" Marien meletakkan kursi tidak jauh lalu dia membantu William berpindah dari kursi roda. Sesungguhnya dia merasa sangat aneh tapi dia sudah berjanji akan melayani William sebagai seorang istri.
"Fuh, pinggangku!" Marien merenggangkan otot pinggangnya yang terasa nyeri.
"Sudah aku katakan, aku bisa melakukannya sendiri jadi keluarlah!"
"Jangan seperti itu, aku sudah berjanji untuk melayani dirimu jadi aku harus menepati janjiku ini!" meski apa yang dia lakukan saat ini adalah yang pertama kali dan membuat jantungnya berdegup tapi Marien berusaha bersikap tenang. Dia harus ingat, panik tidak akan menyelesaikan masalah bahkan William bisa menganggapnya terlalu berlebihan.
Tatapan mata William tak lepas dari Marien yang sedang membersihkan tubuhnya. Marien benar-benar bersikap setenang mungkin meski dia harus melihat belalai yang baru pertama kali dia lihat. Mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk melihat tubuh seorang laki-laki.
"Kau bangun sepagi ini, mau pergi ke mana?" tanya Marien.
"Aku harus mulai bangkit seperti yang kau katakan oleh sebab itu aku harus pergi untuk menemui seseorang. Bukankah kau berkata aku harus membuat Fiona menyesal karena sudah mencampakkan aku? Oleh sebab itu aku harus memulainya."
"Bagus, kau memang harus melakukannya. Aku pasti akan mendukung dirimu sampai kau berhasil dan memberikan pelajaran pada kekasihmu yang tidak tahu diri itu!" ucap Marien.
"Kau terlihat lebih bersemangat dari pada aku, Marien?"
"Tentu saja, aku benci dengan wanita sombong yang hanya bisa menghina orang seperti kekasihmu itu!"
"Bagaimana denganmu? Apa kakakmu akan diam saja setelah kau menggagalkan rencananya dan tidak mengembalikan cek yang kau berikan padaku? Aku yakin dia tidak akan tinggal diam jadi kau harus mengatakan padaku jika kakakmu melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan padamu."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, William. Aku bukan perempuan yang mudah ditindas apalagi kakakku. Tidak akan ada yang bisa memperlakukan aku secara tidak adil karena aku bukan orang bodoh yang tidak bisa melawan!" ucap Marien sambil menatap ke arah suaminya.
"Aku tahu kau bisa," William mengusap wajah Marien dengan perlahan, "Tapi andalkanlah aku meski aku hanya suami bayaranmu saja itu pun jika kau mempercayai pria cacat seperti aku," ucapnya lagi.
"Aku akan mengandalkanmu, William," Marien meletakkan tangannya ke atas tangan William yang berada di wajahnya, senyuman manis pun menghiasi wajah. Suami yang dia bayar tidak buruk, sikapnya cukup menyenangkan karena William tidak bersikap arogan seperti kebanyakan pria pada umumnya.
"Senang mendengarnya. Bukankah kita sudah menjadi suami istri? Meski hanya tipuan tapi kita harus saling membantu satu sama lain!"
"Kau benar. Kita memang harus saling membantu!" Marien mengambil handuk karena dia sudah selesai. Dia kembali membantu William untuk duduk di kursi rodanya.
Hari pertama mereka menjadi suami istri dilalui tanpa adanya kendala dan mereka berdua sama-sama tahu diri. Tidak ada drama apa pun bahkan tanpa sadar mereka bersikap seolah-olah seperti suami istri yang sesungguhnya meski tidak ada kontak fisik. Marien membantu William mengenakan pakaian, baiklah. Dia pasti akan terbiasa.
William tidak seperti pria yang tidak memiliki uang, semua pakaian yang dia miliki adalah pakaian berkelas tapi dia tidak mau bertanya karena bisa saja William memiliki jabatan yang cukup baik sebelum dia dipecat.
Setelah selesai membantu William mandi dan berpakaian, Marien membawa William ke dapur dan membuatkan sarapannya untuknya. Pagi yang berbeda tentu dengan pria yang mendadak hadir di dalam hidupnya. Sepertinya dia sudah gila membayar pria itu tanpa pikir panjang tapi dia tidak menyesal sama sekali karena dia tidak mengeluarkan uang sama sekali.
"Di mana kau bekerja, Marien?" tanya William.
"Star Corp Company, kau tahu perusahaan itu bukan?"
"Hm, sedikit," jawab William. Star Corp, dia tahu perusahaan itu karena belum lama ini perusahaan itu sedang mengajukan kerja sama dengannya.
"Makanlah terlebih dahulu, aku harus mandi," ucap Marien.
"Terima kasih," William memandangi kepergian Marien dan terlihat berpikir. Apakah dia harus menerima ajakan kerja sama dari perusahaan di mana Marien bekerja? Sebaiknya tidak karena Marien tidak boleh tahu siapa dirinya.
Saat ini dia hanya William, hanya itu. Dia tidak akan membawa nama besar ayahnya dan dia pun tidak akan membawa nama besar ibunya agar Marien tidak mengetahui identitasnya. Lagi pula mereka hanya akan bersama selama satu tahun dan dia yakin, Marien tidak akan meributkan apa pun. Sekarang dia harus berpura-pura berusaha untuk bangkit dan tentunya dia akan membalas perbuatan Fiona dan tentunya dia akan melindungi Marien dari keluarganya yang serakah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Bungkusdong Dotcom
bukan tdk ada kontak fisik, tapi tdk ada kongam s3xual
2024-11-25
1
im3ld4
nanti kl dah biasa.. malah gak bs tidur loh mbak Mar🤣🤣🤣
2024-09-06
0
rathika amai
lope lope bang will will...
2024-07-02
0