Marien sedang sibuk membersihkan kaca jendela saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. Akibat rumah yang sudah lama tidak ditempati membuat keadaan rumah itu cukup kotor. Bagian dalam kamar sudah bersih, sekarang bagian luar. Memang cukup melelahkan, namun dia sangat senang bisa berada di rumah itu karena di rumah itu, dia tidak perlu bertemu dengan Alexa yang menyebalkan.
Suara ketukan pintu kembali terdengar, Marien sudah melangkah menuju pintu. Sepertinya itu makanan yang dipesan oleh William untuk mereka berdua. Pintu rumah dibuka, dua orang kurir berada di depan pintu dan tersenyum.
"Kami mengantar bahan makanan dan beberapa barang," ucap salah satu dari mereka.
"Oh, hm. Masuk saja!" Marien melihat keluar di mana banyaknya barang yang menumpuk. Apa yang sebenarnya dipesan oleh William?
Marien membiarkan kedua kurir itu membawa barang-barang yang ada di luar masuk ke dalam. Marien pergi mencari William yang sedari tadi berada di dalam kamar namun pria itu tidak ada.
"William, apa kau berada di kamar mandi?" tanya Marien sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Yes, Marien. Ada apa?"
"Hm, apa perlu aku bantu?" tanya Marien.
"Tidak perlu, sebentar lagi aku sudah selesai!"
"Baiklah," Marien mengangkat bahu lalu melangkah pergi. Sebaiknya dia melihat para kurir itu membawa masuk barang-barang yang William beli. Entah apa yang ada di dalam kotak, yang pasti beberapa kotak menumpuk di sisi ruangan.
Kurir itu sudah selesai namun Marien mendapatkan kiriman makanan untuk mereka nikmati bersama. Tidak buruk, setidaknya William bisa dia andalkan.
"Kenapa kau mencari aku?" tanya William yang baru saja keluar dari kamar.
"Kau memesan begitu banyak barang, apa isinya?"
"Bahan makanan dan kebutuhan kita sehari-hari," jawab William.
"Baiklah, makanan yang kau pesan sudah datang. Ayo kita makan terlebih dahulu, setelah ini aku harus membersihkan rumah ini dan kemungkinan aku harus membeli beberapa kaleng cat untuk mempercantik temboknya," ucap Marien.
"Aku bantu!"
Marien melihat ke arah William? Apa bisa? Tapi sebaiknya dia tidak bertanya karena dia tidak mau William mengira dia menganggapnya remeh.
"Boleh saja, sepertinya hari ini kita akan cukup sibuk!" ucap Marien.
Marien melangkah mendekati William lalu mendorongnya menuju dapur, makanan pun diberikan pada William agar dia yang membawanya. Meski yang dipesan hanya pizza karena Marien belum memiliki peralatan dapur tapi itu sudah cukup untuk mereka berdua apalagi mereka berdua akan sibuk setelah ini.
William sudah berada di meja makan, sedangkan Marien mengeluarkan makanan dan minuman untuk mereka nikmati. Tatapan mata William tidak berpaling darinya, dia ingin tahu kenapa Marien memilih pria cacat seperti dirinya dan bersedia melayani dirinya padahal menikah dengan pria cacat seperti dirinya sangatlah merepotkan. Fiona meninggalkan dirinya karena hal ini tapi kenapa Marien justru mau merepotkan diri?
"Kenapa kau mau menikah dengan pria cacat seperti aku, Marien? Bukankah kau bisa memilih pria yang lainnya?" tanya William.
"Kenapa? Apa kau menyesal telah menerima tawaran dariku?" Marien melihat ke arahnya sambil menikmati pizza-nya.
"Tidak, bukan begitu. Kau memiliki cek satu juta dolar, bukankah kau bisa membayar pria yang lebih baik dari pada aku? Kau tidak perlu merepotkan diri dengan membayar pria cacat seperti aku jadi kenapa kau membayar aku dan mau merepotkan diri?"
"Entahlah, anggap saja itu keberuntungan dirimu. Aku tidak memikirkan hal yang lainnya apalagi kau dihina seperti itu, jujur saja aku tidak tahan melihatnya. Sekarang katakan padaku, apa wanita itu tunanganmu?"
"Tidak, kami belum bertunangan tapi aku memang berniat melamarnya dengan cincin yang sedang kau kenakan itu tapi sayang, dia ternyata memiliki yang lain selain aku!"
"Wanita seperti itu hanya sampah, tidak perlu kau tangisi dan cincin ini," Marien melihat cincin bermata biru yang melingkar di jari manisnya. Apakah cincin itu asli?
"Aku akan mengembalikan cincin ini padamu nanti dan jika aku jadi kau, sebaiknya gunakan satu juta dolar itu untuk berbisnis. Belum terlambat untuk menjadi sukses lalu perlihatkan pada wanita itu saat kau sudah berhasil dan buat dia menyesal karena sudah mencampakkan dan menghina dirimu!"
"Akan aku pertimbangkan!" ucap William. Dia harus berpura-pura tidak memiliki apa pun agar Marien tidak curiga.
"Jangan terlalu lama, jalan untukmu menjadi sukses sudah berada di depan mata. Aku akan membantu saat kau perlukan."
"Thanks, apa pekerjaanmu?" tanya William. Dia harus tahu lebih banyak tentang istrinya.
"Aku bekerja di sebuah perusahaa, tidak perlu khawatir karena aku memiliki penghasilan. Kau bisa memulai dengan perlahan dan aku pasti akan mendukungmu," ucap Marien tanpa tahu jika pria yang dia nikahi itu bukanlah pria miskin yang kekurangan uang.
"Terima kasih, aku tidak akan mengecewakan!" William tersenyum, wanita yang dia nikahi tidak bisa diremehkan begitu saja. Benar yang Marien katakan, anggap dia sedang beruntung karena bisa bertemu dengan Marien. Meski pernikahan mereka hanya akan berjalan selama satu tahun tapi dia akan memanfaatkan waktu yang dia miliki untuk membalas perbuatan Fiona yang telah menghina dirinya.
"Jadi, apa yang terjadi dengan kedua kakimu dan apakah kekasihmu tidak tahu akan keadaan kedua kakimu? Bisakah ceritakan sedikit padaku?" tanya Marien karena dia penasaran.
William menghela napas, dia tampak enggan karena kecelakaan yang dia alami masih terbilang baru dan semua itu terjadi gara-gara dia ingin menemui Fiona yang memintanya untuk cepat datang. Sekarang dia baru sadar, betapa bodohnya dia selama ini.
"Tidak apa-apa jika kau tidak kau mengatakannya," ucap Marien.
"Bukan begitu, aku hanya baru menyadari jika aku terlalu bodoh selama ini," jawab William.
"Benarkah?" Marien menatapnya dengan ekspresi ingin tahu.
"Yeah, kecelakaan itu aku dapat karena aku buru-buru ingin pergi menemui dirinya. Mobil yang aku bawa terlalu cepat oleh sebab itu mobilku menabrak pembatas jalan dan kedua kakiku terjepit. Dokter berkata aku akan mengalami kelumpuhan untuk seumur hidup, meski begitu aku berusaha untuk tidak menghubunginya dan tidak mengatakan apa yang terjadi. Aku datang ke pesta ulang tahunnya untuk memberikan kejutan tapi justru aku yang mendapatkan kejutan darinya!"
"Sebab itulah dia tidak tahu akan keadaan kakimu?" tanya Marien, sedangkan William menjawabnya dengan anggukan.
"Baiklah, jadikan semua itu sebagai pelajaran. Terkadang apa yang terjadi untuk membuka kedua mata kita agar kita melihat kenyataan yang ada dan keadaan kedua kakimu, percayalah jika kau bisa berjalan suatu saat nanti. Tunjukkan pada kekasihmu itu, siapa sesungguhnya yang pecundang!" Marien tampak mengebu-ngebu. Rasanya jadi ingin memukul wanita itu yang tidak ingin dia tahu namanya.
"Kau benar, mulai sekarang aku akan belajar banyak hal!" ucap William karena dia sudah memutuskan untuk menjadi orang biasa jadi dia akan belajar banyak hal dan belajar menilai orang dengan baik.
"Aku juga ingin belajar banyak hal tapi sekarang, bagaimana jika kita belajar membersihkan rumah ini bersama?" ajak Marien.
"Oke, kita belajar dari yang mudah terlebih dahulu!" jawab William. Meski dia tidak pernah melakukan pekerjaan itu tapi dia tidak keberatan sama sekali.
"Ayo kita mulai!" Marien mendorong William keluar dari dapur, banyak yang harus mereka kerjakan tapi mereka benar-benar bisa belajar dari hal yang kecil untuk hubungan mereka berdua. Dimulai saling membantu membersihkan rumah, mereka bisa semakin mengenal satu sama lain karena Marien tidak ingin ada pertengkaran di antara mereka meski hubungan mereka hanya sesaat. Bagaimanapun dia harus memperlihatkan pada ayahnya juga Alexa jika pernikahannya baik-baik saja agar Alexa tidak memandang rendah dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Aidah Djafar
saling berjuang tunjuk'an pada mereka bahwa bukan kalian yg pecundang 👌
semangat Marien vs William 👌
2023-12-08
1
Bernadet Wulandari
marien jangan salah William anak sultan loh.
2023-11-16
0
Puput
Diluar dari suaminya yang Horang kayah🤭, tapi saran dari marien bagus dan mendukung Suaminya😊
2023-11-06
2