Tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua setelah cek cok kecil yang terjadi di antara mereka. Marien pun jadi canggung ingin berbicara terlebih dahulu. Jujur dia tidak tahu harus memulai dari mana. Mereka berdua seperti orang asing, saling melihat pun tidak.
William berada di dalam kamar, menyibukkan diri dengan pekerjaan sedangkan Marien berada di dapur dan makan malam seorang diri. Dia sangat ingin memanggil William dan mengajaknya makan bersama tapi dia ragu karena dia takut pria itu masih marah.
Sendirian lagi tapi dia sudah terbiasa sendirian karena sejak dulu dia memang selalu sendiri. Marine menikmati makanannya dan terlihat tidak berselera. Sesekali dia melihat keluar, berharap William masuk ke dapur untuk makan tapi pria itu tidak terlihat.
Marien kembali menghela napas, lupakan. William pasti akan makan jika dia sudah lapar. Hari ini dia pun tidak membantu William untuk mandi, dia harap pria itu bisa melakukannya. Marien sudah selesai, makanan pun disisakan untuk William. Semoga saja besok hubungan mereka kembali seperti semula karena dia tidak suka bertengkar seperti ini apalagi mereka harus saling bertemu sampai satu tahun ke depan.
Tanpa Marien sadari, kedua kakinya sudah melangkah menuju pintu kamar. Marien sudah berdiri di depan pintu, dia sudah hendak mengetuk tapi tidak jadi karena dia ragu. Napas berat dihembuskan, Marien justru melangkah pergi. Kenapa dia seperti anak kecil saja?
William pun tampak tak fokus, meski dia sudah berusaha untuk berkonsentrasi tapi nyatanya tidak bisa. Gara-Gara perkataannya, Marien tidak berbicara dengannya bahkan tidak membantunya lagi untuk mandi. Marien pun tidak memanggilnya untuk makan. Bukannya dia haus akan perhatian tapi sikap yang ditunjukkan oleh Marien seolah-olah wanita itu marah dengannya hanya karena perkataannya saja.
Ck, lupakan saja. Lebih baik dia tidur, mungkin besok hubungan mereka akan lebih baik. Dari pada keluar untuk berbicara dengan Marien lalu bertengkar dengannya lebih baik dia tidak membicarakan apa pun. Ternyata tidak saja William yang tidak berkonsentrasi, Marien yang sedang mencari pekerjaan pun tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.
Umpatannya terdengar, cukup sudah. Permasalahannya sudah banyak dan dia tidak mau menambah masalah dengan suami yang dia nikahi untuk satu tahun ke depan.
"Sial!" Marien menutup laptopnya. dia sudah tidak tahan lagi. Berdiam-diaman seperti itu, apa bedanya dengan hubungannya dengan Alexa? Jangan sampai permasalahan di antara mereka justru mengacaukan rencana mereka untuk membalas dendam.
William masih melihat ponsel ketika pintu kamar terbuka. Tatapan mata tidak lepas dari Marien yang melangkah masuk ke dalam lalu Marien melangkah mendekati dirinya. Ponsel diletakkan saat Marien berdiri di sisi ranjang. Marien tampak canggung, namun dia berusaha tersenyum.
"Hm, mengenai pembicaraan kita," ucapnya.
"Ada apa? Aku rasa tidak ada yang perlu dibahas!" ucap William tapi sesungguhnya dia memang menunggu hal ini.
"Aku minta maaf, sepertinya aku sudah sedikit keterlaluan!" ucap Marien.
"Kemari!" William menepuk ranjang yang ada di sisinya. Marien naik ke atas ranjang, meski canggung tapi dia tetap duduk di sisi William. Rasa canggung kembali datang, dia bingung mau membicarakan apa namun William meraih tangannya dan menggenggamnya.
"Sekarang, apa kau mau menjelaskan sedikit pembicaraan kita tadi?" tanya William.
"Sebelumnya maafkan sikap egoisku. Aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu marah apalagi dengan benda yang tidak berguna itu. Aku juga tidak bermaksud menyinggung perasaanmu apalagi sampai menganggapmu tidak berguna. Tidak ada yang sempurna, William. Semua orang memiliki kekurangan dan aku, tidak mungkin menghina dirimu hanya karena cacat yang kau alami saja!" ucap Marien.
"Jika begitu, katakan padaku kenapa kau membelikan hadiah untuk kakakmu padahal kau sangat membenci dirinya?!"
"Aku juga tidak mau, hanya membuang-buang uangku saja tapi aku tidak bisa menolaknya!"
"Kenapa?" William berpaling, menatap ke arah Marien. Marien tersenyum tipis dan setelah itu, Marien meletakkan kepalanya ke bahu William.
"Alexa akan menikah dengan si tua bangka itu dan aku diminta untuk datang. Aku sudah menolak karena aku tahu bukan hal bagus datang ke acara pernikahannya karena aku yakin akan ada jebakan yang sudah dia persiapkan untukku di sana tapi ayahku justru memaksa aku. Aku tidak bisa menolak, William. Oleh sebab itu aku harus pergi!"
"Jadi kau tidak ingin aku tahu hadiah itu agar aku tidak tahu jika kau akan pergi menghadiri acara pernikahannya?"
"Yeah, tadinya begitu tapi sekarang kau sudah tahu!"
"Kenapa, Marien? Apa kau benar-benar tidak mempercayai aku ataukah kau malu menghadiri pesta pernikahannya bersama dengan orang cacat ini?"
"Bukan begitu, William. Tolong jangan salah paham!" pinta Marien.
"Jika begitu, katakan padaku apa alasannya sehingga kau menyembunyikan hal ini dariku?"
"Dengar!" Marien mengangkat kepalanya yang masih bersandar di bahu William, Marien juga meletakkan satu tangannya ke atas telapak tangan William yang sedang menggenggam tangannya yang lain. Dia akan menjelaskan pada William agar kesalahanpahaman di antara mereka tidak berkepanjangan. William menatapnya, dia benar-benar ingin tahu apa alasan yang Marien miliki.
"Aku tidak bermaksud menyinggungmu tapi aku hanya tidak ingin kau terlibat dengan permasalahan antara aku dan kakakku!" ucap Marien.
"Kau tidak ingin aku terlibat karena kau meremehkan aku, bukan?"
"Bukan, William. Kau sedang berusaha bangkit untuk membalas mantan kekasihmu itu dan aku tidak mau kau mendapatkan masalah sehingga jalanmu untuk maju terhambat. Alexa tidak akan berhenti saat dia tahu apa yang sedang kau lakukan apalagi dia akan menikah dengan seorang pria yang memiliki kekuasaan. Aku tidak mau kau berakhir seperti aku, kehilangan pekerjaan dan sekarang kau lihat aku, aku sulit menemukan pekerjaan karena ulah Alexa yang licik. Sebab inilah aku tidak ingin kau tahu karena aku yakin kau pasti akan pergi bersama denganmu ke acara pernikahannya dan aku tidak mau kau berada di dalam masalah gara-gara aku!" jelas Marien.
"Kau terlalu baik, Marien!" William menariknya lalu memeluknya.
"Kau terlalu baik sehingga mengkhawatirkan banyak hal. Percayalah padaku, dia tidak akan bisa melakukan apa pun padaku bahkan dia tidak akan bisa menyentuh aku walau hanya seujung kuku tanganku ini. Percayalah padaku, dia tidak akan bisa!"
"Aku hanya tidak ingin rencanamu untuk membalas dendam jadi gagal hanya gara-gara perseteruanku dengan kakakku, William!"
"Tidak perlu khawatir, lagi pula aku tidak akan membiarkan kau pergi sendiri lalu mendapatkan penghinaan tanpa aku tahu. Jika kakakmu memang ingin menghina dirimu nanti, biarkan kita dihina bersama. Kita sudah menjadi suami istri, bukan? Suka duka harus kita lewati bersama, itu sumpah kita meski hanya untuk satu tahun ke depan!"
"Baiklah!" Marien melingkarkan kedua tangannya ke tubuh William, sepertinya dia yang terlalu mengkhawatirkan banyak hal.
"Maafkan sikap egoisku!" ucapnya lagi.
"Tidak perlu dipikirkan, aku lebih suka kau terbuka seperti ini. Jangan takut dengan apa pun karena aku ada di sampingmu dan aku ingin kau percaya padaku meski pun keadaanku seperti ini!"
"Terima kasih, aku tidak bermaksud meremehkan dirimu jadi aku minta maaf sekali lagi."
"Stts, lupakan apa yang telah terjadi!" William mengusap kepala Marien, dia lebih suka mereka seperti itu dari pada saling diam satu sama lain.
"Apa kau tidak mau makan?" tanya Marien.
"Apa aku boleh memakanmu terlebih dahulu?" goda William.
"Apa?" Marien terkejut, buru-buru mendorong William hingga pelukan mereka terlepas.
"Tidak boleh?" William masih saja menggodanya.
"Tentu saja tidak boleh!" Marien melompat turun dari atas ranjang dengan terburu-buru, "Aku akan memanaskan makanan untukmu!" setelah berkata demikian, Marien melangkah keluar dengan terburu-buru.
William tersenyum namun senyuman itu sirna setelah Marien keluar. Ternyata itu alasan yang Marien miliki. Dia bukan pengecut yang akan bersembunyi di belakang wanita dan siapa pun yang akan menyakiti Marien, akan berhadapan dengannya karena mulai hari ini, mulai detik ini pula, musuh Marien adalah musuhnya juga dan dia tidak akan tinggal diam jika ada yang menyakiti Marien.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
im3ld4
bambang mancaaab 😂
2024-09-07
0
Aidah Djafar
uuuh akhirnya 🤔 Krn keterbukaan kejujuran suami itu penting 🤔😍
2023-12-09
1
Anantacia putri Zahara
gemeesssss naa teh kacidaaaaaaaaaaaaaaaa
2023-09-27
4