Marien termenung saat bangun tidur. Mendadak dia seperti orang yang kehilangan arah karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Marien tidak beranjak dari tempat tidur karena dia tidak mau mengganggu William yang sedang memeluknya dari belakang.
Entah kenapa dia merasa hubungan mereka jadi semakin dekat apalagi pembatas sudah tidak ada lagi di antara mereka. Apakah kedekatan di antara mereka sudah benar? Jangan sampai kedekatan mereka justru membuat sebuah perasaan yang tidak diinginkan tumbuh di antara mereka berdua.
Marien menghela napas, sebuah pertanyaan muncul di hatinya. Apakah dia dan Alexa benar-benar saudara? Jangan katakan jika mereka bukan saudara tapi mengingat alasan yang dikatakan oleh Alexa kenapa dia membencinya sepertinya semua tidak ada hubungannya dengan persaudaraan mereka.
Tidak saja pertanyaan itu muncul di hati Marien, sebuah pertanyaan lain juga muncul dihatinya. Marien melihat cincin yang melingkar di jari manis. Apakah dia harus mempertahankan pernikahan mereka sampai satu tahun? Sesungguhnya dia bisa pergi dan membatalkan pernikahan mereka sehingga mereka tidak perlu terikat sampai satu tahun lamanya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Marien?" pertanyaan William justru mengejutkan dirinya.
"Kau sudah bangun rupanya!" Marien menyembunyikan tangannya dengan terburu-buru karena dia tidak mau William melihat jika dia sedang melihat cincin yang dia berikan.
"Lagi-Lagi kau tidak menjawab aku," ucap William.
"Oh, maaf. Apa yang kau tanyakan tadi?"
"Ck, masih sedih dengan pemecatan itu?" William menariknya mendekat sehingga tubuh mereka merapat.
"Tidak, bukan karena itu!" Marien meletakkan tangannya ke atas lengan William. Mendadak jantungnya jadi berdegup karena kedekatan mereka.
"Jadi, apa yang kau pikirkan?"
"Bukan hal yang serius, aku pikir bagaimana jika kita mengakhiri masa kontrak kita berdua lebih cepat!" ucap Marien.
"Apa maksud perkataanmu, Marien?" William membalikkan tubuh Marien sehingga mereka saling berhadapan.
"Katakan padaku, kenapa kau ingin mengakhiri masa kontrak pernikahan kita lebih cepat?" William tampak tidak terima dengan apa yang Marien katakan.
"Aku tidak mau berseteru dengan kakakku begitu lama jadi aku pikir lebih baik aku pergi yang jauh di mana dia tidak akan tahu keberadaanku!"
"Kau pergi, lalu bagaimana denganku?" tanya William.
"Kau harus tetap bangkit dan aku yakin kau pasti bisa menggunakan uang itu untuk maju!"
"Ini bukan masalah uang Marien, tapi ini masalah harga diri!" ucap William.
"Aku tahu," dia tahu apa yang William maksudkan dan dia lupa akan posisi William jika dia pergi karena menghindari perseteruan dengan kakaknya.
"Apa yang akan orang katakan terutama Fiona saat kau pergi meninggalkan aku begitu cepat sebelum aku membalasnya? Kau sudah mengangkat aku di depan Fiona dan setelah itu kau menghempaskan aku dengan mudahnya. Aku yakin kau tahu penghinaan apa yang akan aku dapatkan lagi saat dia tahu jika kau meninggalkan aku begitu saja!"
"Maaf, aku tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Lagi pula ini hanya pikiran gilaku saja, jangan dianggap serius," ucap Marien.
"Benar kau tidak serius?" tanya William.
"Sudah aku katakan itu hanya pikiranku saja karena apa yang baru saja aku alami."
"Baiklah," William menarik Marien mendekat dan memeluknya dengan erat. Meski dia hanya bersandiwara menjadi orang tidak berguna dan tidak memiliki apa pun tapi bukan pilihan bagus ditinggalkan oleh Marien saat keadaannya seperti itu. Fiona akan semakin menghina dirinya dan akan kembali menganggapnya sampah yang dicampakan untuk kedua kalinya.
"Apa yang akan kau lakukan hari ini?" Marien memundurkan tubuhnya sedikit, agar dia bisa memandangi William saat mereka sedang berbicara. Mereka berdua saling pandang, Marien tersenyum saat William memainkan jarinya ke pipinya.
"Kau tidak menjawab!" ucap Marien.
"Tentu saja aku harus mencoba keberuntungan seperti yang aku lakukan sebelumnya!" jawab William.
"Dengan keadaanmu ini, apa tidak ada yang membantu dirimu?"
"Tentu saja ada, Marien. Tidak perlu khawatir, seorang sahabat baikku akan membantu aku!"
"Senang mendengarnya, William. Setidaknya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan keadaanmu saat di luar!"
"Aku juga sangat senang kau masih mengkhawatirkan aku Marien. Sekarang katakan, apa yang akan kau lakukan hari ini?"
"Mencari pekerjaan, mungkin!" jawab Marien sambil mengangkat bahu.
"Bagaimana jika berjuang bersama? Mungkin dengan demikian kita bisa bangkit bersama untuk membalas mereka yang telah meremehkan kita!"
"Boleh juga!" jawab Marien, senyuman masih menghiasi wajahnya namun mendadak senyuman itu hilang dan kini mereka saling menatap dengan ekspresi serius. Tangan William yang bermain di wajah Marien terhenti, jari jemarinya menyelusuri rambut Marien dengan perlahan.
Tanpa mereka sadari, wajah mereka semakin dekat. Jantung Marien berdegup semakin cepat apalagi hembusan napas William dapat dia rasakan. Marien bahkan menahan napasnya secara spontan, kedua matanya sudah terpejam saat bibir mereka sudah semakin dekat. Tatapan mata William tak berpaling dari bibir Marien, Marien tidak menolak maka dia tidak akan ragu oleh sebab itu William kembali mendekatkan bibir mereka namun semua itu terhenti karena suara ponsel William.
Marien membuka kedua mata, sedangkan William mengumpat karena kegiatan mereka berdua jadi terganggu.
"Hm, aku mau ke kamar mandi!" ucap Marien sambil beringsut turun. Celaka, kenapa dia begitu pasrah? Sebaiknya dia mulai berhati-hati karena jika mereka sudah melakukannya satu kali, mereka akan melakukannya lagi bahkan bisa semakin jauh tanpa mereka berdua sadari.
William memukul ranjang, sial. Ciuman mereka jadi gagal karena suara ponsel. William meraih ponselnya yang masih berbunyi, siapa yang mengganggunya sepagi ini? Awas saja, akan dia maki tapi setelah melihat jika ibunya yang menghubunginya amarahnya langsung hilang. William melihat ke arah Marien yang baru keluar dari kamar mandi dan melangkah keluar dari kamar sebelum menjawab panggilan dari ibunya.
"Mom, kenapa menghubungi aku sepagi ini?"
"Kenapa, apa tidak boleh?" tanya ibunya pula.
"Bukan begitu, katakan ada apa? Mommy dan Daddy tidak akan cepat kembali, bukan?"
"Hei, kenapa bertanya demikian? Kau seperti tidak ingin kami pulang saja!"
"Sebaiknya jangan pulang terlebih dahulu, Mom. Kalian nikmati saja waktu kalian berdua. Ajak Daddy jalan-jalan selama satu tahun!" ucap William.
"William, apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanya ibunya curiga.
"Tidak, aku hanya ingin kalian menikmati waktu kalian berdua lebih lama!" bisa celaka jika ibunya kembali secara tiba-tiba.
"Benar kau tidak menyembunyikan sesuatu?" ibunya masih saja curiga.
"Tidak ada, sungguh. Lagi pula tidak ada yang kalian lakukan jika kembali jadi nikmati saja waktu yang kalian miliki dengan kakek dan nenek!"
"Baiklah, baik. Sesungguhnya Jacob dan Edward memintamu untuk datang. Apa kau punya waktu?" tanya ibunya dan mereka berdua adalah sepupu William yang ada di California.
"Tolong katakan pada mereka untuk saat ini tidak bisa karena aku sedang sibuk!"
"Baiklah, bagaimana hubunganmu dengan Fiona?"
"Mom, aku dan Fiona sudah berakhir jadi jangan dibahas lagi!" jawab William sambil melihat ke arah pintu karena dia khawatir Marien masuk ke dalam.
"Benarkah?" ibunya seperti tidak percaya.
"Yeah, aku pergi dulu nanti aku akan menghubungi Mommy lagi!" ucap William karena dia tidak bisa berbicara terlalu lama di rumah itu. Bisa celaka jika Marien mendengar apa yang dia bicarakan dengan ibunya.
"Baiklah, Boys. Jangan lupa sarapan!"
"Jangan lupa Mom, kembalilah tahun depan!" pinta William sebelum mengakhiri percakapan mereka.
"Hah?" Silvia selaku ibu William tidak mengerti dengan permintaan putranya tapi yeah, dia memang tidak berniat cepat kembali.
William meletakkan ponselnya, semoga saja ibunya tidak cepat pulang karena banyak yang dia sembunyikan dan dia tidak ingin ibunya tahu. Meski dia tidak tahu kapan kedua kakinya akan sembuh tapi dia berharap kedua kakinya bisa sembuh sebelum kedua orangtuanya kembali.
Marien yang sudah selesai membuat sarapan masuk ke dalam kamar. Tatapan mata William tak lepas darinya. Istri yang dia nikahi selama satu tahun itu lebih baik tidak diketahui oleh keluarganya karena dia tidak tahu sampai di mana hubungan mereka berdua nantinya.
"Siap menjalani harimu?" tanya Marien.
"Tentu saja, ayo kita berjuang bersama!"
"Baiklah!" Marien membantunya turun dari atas ranjang. Saatnya melakukan tugas seorang istrinya. Setelah itu pergi mencari pekerjaan dan tanpa Marien tahu jika William sedang mencari sebuah perusahaan untuknya kelola nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Aidah Djafar
semangat Marien 👌 saling mendukung 🤔 jngn berpisah donk 🤔 puny anak kalian lebih good lagi tentunya setelh Willi sembuh dari lumpuhnya 🤔☺️
2023-12-08
1
Dini Lestari
sembuhkn dulu kakimu will ,jdi kmu bebas bergerak ,jgn terlalu lma lumpuh nya ,kmu kn banyak uang ,dn untuk kedepan nya pasti kalian pd jatuh Cinta sunguhan,, lanjut
2023-11-21
0
Stephanie Kilanmasse
ampun deh😅😅😅😅😅
2023-11-10
0