Walau Raka sudah berjanji untuk menikahi Adista, tetap saja bahwa pinangan itu tanpa cinta. Menjalani mahligai rumah tangga tanpa cinta sangat tidak mudah. Benar, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, memulai hubungan benar-benar tanpa cinta itu sangat tidak mudah.
Raka hanya bisa memeluk Adista, berharap kekesalan dan amarah Adista akan mereda. Tak masalah dengan pukulan tangan yang dia terima bertubi-tubi di dadanya. Toh, semuanya juga terlanjur terjadi. Mengelak pun tiada guna.
Sementara Raka sendiri benar-benar serius dengan ucapannya bahwa dia akan menikahi Adista usai pulang dari Lombok. Raka akan mengatakan semua yang terjadi kepada orang tuanya dan orang tua Adista. Berani berbuat, berani bertanggung jawab itu yang selalu Raka lakukan sejak dulu. Itu juga ajaran Papa Zaid kepada putranya.
"Sudah jangan nangis. Aku tidak akan lari dari tanggung jawab," balas Raka.
Mengurai sesaat dari pelukan Raka, kemudian Adista berbicara kepada Bossnya itu. "Aku tidak mau menikah dengan Pak Raka," katanya.
"Kenapa?" tanya Raka yang sekarang tampak bingung.
Bukankah seharusnya Adista senang, lega, dan bersyukur karena Raka tergolong bukan pria brengsek yang lari dari tanggung jawab. Akan tetapi, Raka bersedia dan memberikan janji untuk menikahi Adista. Raka bertanggung jawab secara penuh kepada Adista.
"Saya tidak mencintai Pak Raka," kata Adista.
Raka kemudian memberikan jawabannya. "Banyak pasangan memulai hubungan mereka tanpa cinta. Oleh karena itu, kita bisa mencobanya," balas Raka.
Ya, bahwa kenyataannya banyak pasangan memulai kehidupan rumah tangga mereka tanpa cinta. Oleh karena itu, Raka mengajak Adista untuk mencobanya terlebih dahulu. Siapa tahu, dari mencoba, dari membiasakan diri satu sama lain, akhirnya bisa tumbuh cinta.
Adista menggelengkan kepalanya. Untuk pernikahan yang sejatinya prinsipil dan bagi Adista adalah ikrar seumur hidup, Adista tidak mau. Menikah dengan orang yang tidak dia cintai, hanya akan membuatnya merasa terbelenggu dalam sebuah kompromi.
"Tidak Pak Raka. Yang pertama, Pak Raka sudah memiliki kekasih. Saya dengar sendiri Pak Raka mengatakan cinta melalui sambungan telepon kala Pak Raka mengantar saya pulang waktu hujan dulu. Kedua, saya sendiri sudah memiliki pacar."
Mendengar pengakuan Adista, Raka bak tersambar petir. Bukan karena hal yang pertama, tapi pada kenyataan bahwa Adista sudah memiliki seorang kekasih. Raka kira Adista seorang single dan tidak memiliki kekasih. Sebab, setahunya selama ini tidak ada lawan jenis yang mendekati Adista. Relasinya di kantor juga terbilang biasa-biasa saja.
"Kamu memiliki pacar?" tanya Raka.
"Ya, saya memiliki pacar," balas Adista dengan yakin.
"Siapa? Staff di La Plaza kah?" tanya Raka.
Dengan cepat Adista menggelengkan kepalanya. Sebab, pacarnya memang bukan staff La Plaza Hotel. Sehingga sudah pasti Bossnya itu tidak akan mengenalnya.
"Bukan, bukan staff La Plaza Hotel. Kami menjalin hubungan jarak jauh karena sekarang dia berada di luar negeri untuk kuliah," balas Adista.
Raka semakin bingung. Saking bingungnya, pria tampan itu sampai mengusap wajahnya beberapa kali. Rasanya Raka masih tak percaya jika Adista memiliki pacar.
"Setelah semua yang terjadi antara aku dan kamu, mungkinkah kamu kembali ke pacarmu? Tidak mungkin, Dista. Aku yang mengambil mahkotamu," kata Raka dengan lirih.
Mendengar apa yang Raka baru saja sampaikan, Adista kembali menangis. Ya, kenyataannya memang Raka lah yang mengambil mahkotanya. Setelah, staycation berujung petaka ini tidak mungkin Dista akan kembali ke pacarnya. Raka merasa tidak semua pria bisa bersikap baik dan menerima kekurangan pasangannya dengan tangan terbuka.
"Pak Raka tidak tahu apa-apa tentang saya, kenapa sih Pak, sampai melakukan itu," balas Adista yang kembali menangis.
"Maaf, Dista. Aku pikir kamu single. Sebab, selama ini terlihat kamu tidak pernah bersama siapa pun," kata Raka.
"Jangan mengambil keputusan sepihak, Pak Raka ... setelah semua ini, bagaimana lagi."
Terdengar nada frustasi dan keputusasaan di dalam suara Adista. Hasil dari pengambilan penilaian secara sepihak hasilnya sama sekali tidak baik. Sama seperti yang dilakukan Bossnya itu.
"Aku akan menemui kekasihmu itu, aku akan berkata jujur. Tidak mungkin kalau aku yang mengambil mahkotamu, tapi orang lain yang bertanggung jawab. Belum juga kalau terjadi kehamilan," kata Raka sekarang.
Mendengar kata kehamilan membuat Adista benar-benar pusing jadinya. Hasilnya Adista hanya bisa terus menangis. Belum siap dengan semua risiko yang mungkin terjadi.
"Saya gak mau menikah dengan Pak Raka!"
"Saya akan tanggung jawab apa pun yang terjadi."
Jika di satu pihak Adista menolak pertanggungjawaban Raka, sementara di pihak lain Raka bersedia tanggung jawab. Bagi Raka, dia yang merenggut mahkota Adista, maka dia jugalah yang harus bertanggung jawab. Belum juga nanti kalau terjadi kehamilan usai semua ini, sudah pasti bahwa Raka akan bertanggung jawab.
"Di mana pacarmu itu? Aku akan datang menemuinya dan mengatakan yang sebenarnya. Maaf, Dista. Sayangnya, aku akan tetap bertanggung jawab," balas Raka.
"Dia tidak akan bisa bertanggung jawab atasmu, Dista."
"Kenapa Pak Raka keras kepala?"
"Kamu yang keras kepala, Dista. Lagipula, aku bukan pria brengsek yang mengambil begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Biar aku selesai semua urusannya dan kamu cukup berdiam diri."
Raka sudah sampai pada keputusannya. Walau ada sesuatu yang mengganjal, tapi dia akan tetap melangkah maju. Raka tidak akan menjadi pria brengsek. Selain itu, Raka akan melakukan apa yang menurutnya benar untuk mengambil alih tanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Opa Sujimim
Raka kyknya cowok baik²
2023-08-01
0
Bunda Titin
pusing.........pusing.........🥴🤕
2023-07-21
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-07-15
0